Elemen Modal Analisis Elemen Pelengkap Wacana Argumentasi

71 Keterangan: Kalimat di atas ditulis oleh Baharuddin selaku Aktivis Jogja Police Wacth yang menanggapi kasus calon tunggal Kapolri pilihan Presiden Jokowi. Kalimat merupakan elemen sanggahan yang teridentifikasi dengan adanya kata “namun”. Kalimat yang berlaku sebagai elemen sanggahan tersebut untuk menyanggah pernyataan bahwa Presiden dalam hal mengajukan pemberhentian dan pengangkatan Kapolri disertai alasannya, namun yang perlu menjadi catatan adalah tidak ada kata wajib untuk disetujui DPR. 3. “Jika dilihat dari sejarahnya bangsa ini terkenal dengan kepribadiannya yang penuh dengan sopan santun. ” B7.2, 200115 Keterangan: Kalimat di atas ditulis oleh Yulius Dwi Cahyono, M.Pd. selaku Dosen Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma yang menanggapi kesantunan berbahasa kaum intelektual di media massa. Kalimat merupakan elemen sanggahan yang teridentifikasi dengan adanya kata “jika”. Kalimat yang berlaku sebagai elemen sanggahan tersebut untuk menyanggah pernyataan bahwa bangsa Indonesia saat ini begitu bebas dalam berpendapat hingga mengesampingkan kesantunan berbahasa, ini bertolak belakan dengan citra bangsa Indonesia yang dikenal sebagai bangsa yang santun . 72 4. “Padahal, beberapa waktu lalu, publik “dicerahkan” oleh hadirnya Bripda Taufik Hidayat, polisi muda di Kabupaten Sleman DIY, yang sederhana, tulus, dan gigih. ” C10.2, 270115 Keterangan: Kalimat di atas ditulis oleh Mardiyanto selaku Managing Coordinator Mishbah Cultural Studies Center yang menanggapi kasus KPK dan Telikungan Habitus Korupsi. Kalimat merupakan elemen sanggahan yang teridentifikasi dengan adanya kata “padahal”. Kalimat yang berlaku sebagai elemen sanggahan tersebut untuk menyanggah pernyataan bahwa instiusi kepolisian yang kini tengah tercoreng akibat kasus yang dialami BG bertolak belakang dengan sosok sedarhana Bripda Taufik yang sempat menampakkan citra baik di ranah kepolisian. 5. “Jika itu terus terjadi, hanya akan semakin membukakan mata rakyat siapa yang berbasi-basi membrantas korupsi di negeri ini. ” C11.4, 200115 Keterangan: Kalimat di atas ditulis oleh Mardiyanto selaku Managing Coordinator Mishbah Cultural Studies Center yang menanggapi kasus KPK dan Telikungan Habitus Korupsi. Kalimat merupakan elemen sanggahan yang teridentifikasi dengan adanya kata “jika”. Kalimat yang berlaku sebagai elemen sanggahan tersebut untuk menyanggah pernyataan bahwa pihak KPK juga Polri harus transparan dan menjunjung tinggi wibawa sebagai institusi penegak hukum agar dapat memberantas korupsi, namun 73 bila tidak tidak demikian, masyarakat akan menilai pemberantasan korupsi sebatas basa-basi. 6. “Jika bukan termasuk penyelenggara negara, Budi Gunawan dalam menjalankan fungsinya kala itu mengatasnamakan apa? Jika kita merujuk Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, penyelenggara negara adalah pejabat negara yang menjalankan fungsi eksekutif, legislatif, yudikatif dan pejabat lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan Negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. ” F8.2, 170215 Keterangan: Kalimat di atas ditulis oleh Baharuddin selaku Aktivis Jogja Police Watch yang menanggapi adanya implikasi pasca vonis BG. Kalimat merupakan elemen sanggahan yang teridentifikasi dengan adanya frasa “jika bukan”. Kalimat yang berlaku sebagai elemen sanggahan tersebut untuk menyanggah pernyataan bahwa pihak BG mengelak bahwa kala menjalankan tugasnya, BG bukanlah bertindak sebagai penyelenggara Negara, namun pembelaan tersebut bertentangan dengan pasal-pasal yang disebutkan pada kalimat di atas. 7. “Jika pihak Budi Gunawan melihat secara jeli atas penangkapan serta penetapan tersangka terhadap Wakil Ketua KPK, Bambang Widjojanto BW, yang dilakukan para penyidik dari Bareskrim Mabes Polri beberapa waktu lalu, jelas itupun tanpa didahului pemeriksaan terhadap BW. ” F11.2, 170215 Keterangan: Kalimat di atas ditulis oleh Baharuddin selaku Aktivis Jogja Police Watch yang menanggapi adanya implikasi 74 pasca vonis BG. Kalimat merupakan elemen sanggahan yang teridentifikasi dengan adanya kata “jika”. Kalimat yang berlaku sebagai elemen sanggahan tersebut untuk menyanggah pernyataan bahwa pihak BG melakukan gugatan praperadilan karena tidak sesuai dengan prosedur penangkapan, namun pihak BG tidak mengingat bahwa penangkapan BW juga mendapatkan perlakuan demikian oleh penyidik Bareskrim. 8. “Tetapi hal ini tidak diikuti oleh daerah koloninya, termasuk Hindia Belanda Indonesia ketika itu, karena pemerintah kolonial menganggap hukuman mati harus dipertahankan dalam keinginan untuk melindungi kepentingan politiknya. ” G8.2, 240215 Keterangan: Kalimat di atas ditulis oleh Mardiyanto selaku Managing Coordinator Mishbhah Cultural Studies Center yang menanggapi tentang daulat hukuman mati di Indonesia. Kalimat ini merupakan elemen sanggahan yang teridentifikasi dengan adanya kata “tetapi”. Kalimat yang berlaku sebagai elemen sanggahan tersebut untuk menyanggah pernyataan bahwa Belanda telah menghapus hukuman mati sejak 1870, namun tidak diikuti koloninya, termasuk Indonesia. 9. “Jika hal itu benar terjadi, maka akan sangat mudah bagi para koruptor untuk mendapatkan remisi. ” K4.1, 240315 Keterangan: Kalimat di atas ditulis oleh Pangky T. Hidayat selaku Direktur Eksekutif Research Center for Democratic

Dokumen yang terkait

KONSTRUKSI PEREMPUAN DALAM BERITA KASUS ANGELINA SONDAKH (KORUPSI WISMA ATLET) PADA SURAT KABAR HARIAN TRIBUN JOGJA DAN HARIAN JOGJA

0 3 137

PEMILU DALAM PEMBERITAAN DI TRIBUN JOGJA (Studi Analisis Isi Kuantitatif Kelengkapan Nilai Berita Pemilu 2014 di Surat Kabar Harian Tribun Jogja Periode 1 Desember 2013 – 31 Januari 2014).

0 3 17

PEMILU DALAM PEMBERITAAN DI TRIBUN JOGJA PEMILU DALAM PEMBERITAAN DI TRIBUN JOGJA (Studi Analisis Isi Kuantitatif Kelengkapan Nilai Berita Pemilu 2014 di Surat Kabar Harian Tribun Jogja Periode 1 Desember 2013 – 31 Januari 2014).

0 3 11

PENDAHULUAN PEMILU DALAM PEMBERITAAN DI TRIBUN JOGJA (Studi Analisis Isi Kuantitatif Kelengkapan Nilai Berita Pemilu 2014 di Surat Kabar Harian Tribun Jogja Periode 1 Desember 2013 – 31 Januari 2014).

0 2 19

DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN PEMILU DALAM PEMBERITAAN DI TRIBUN JOGJA (Studi Analisis Isi Kuantitatif Kelengkapan Nilai Berita Pemilu 2014 di Surat Kabar Harian Tribun Jogja Periode 1 Desember 2013 – 31 Januari 2014).

0 3 8

PENUTUP PEMILU DALAM PEMBERITAAN DI TRIBUN JOGJA (Studi Analisis Isi Kuantitatif Kelengkapan Nilai Berita Pemilu 2014 di Surat Kabar Harian Tribun Jogja Periode 1 Desember 2013 – 31 Januari 2014).

0 2 4

WACANA TENTANG BENCANA MERAPI DALAM ARTIKEL OPINI (Analisis Wacana Artikel Opini Bencana Alam Gunung Merapi Pada Surat Kabar Harian Kompas Periode Oktober – November 2010)

0 6 139

ANALISIS PEMAKAIAN KATA SERAPAN DAN ISTILAH ASING DALAM ARTIKEL OPINI HARIAN KOMPAS Analisis Pemakaian Kata Serapan Dan Istilah Asing Dalam Artikel Opini Harian Kompas Edisi Mei-Juni 2012.

0 4 13

ANALISIS PEMAKAIAN KATA SERAPAN DAN ISTILAH ASING DALAM ARTIKEL OPINI HARIAN KOMPAS Analisis Pemakaian Kata Serapan Dan Istilah Asing Dalam Artikel Opini Harian Kompas Edisi Mei-Juni 2012.

0 3 17

ANALISIS ISI RUBRIK OPINI PADA SURAT KABAR JAWA POS PERIODE JANUARI 2012 SAMPAI BULAN APRIL 2012(Studi Deskriptif Analisis Isi Dalam Rubrik Opini Pada Surat Kabar Jawa Pos Periode Bulan Januari 2012 Sampai Bulan April 2012).

0 0 116