Sinar Ultraviolet PENELAAHAN PUSTAKA

2. Lapisan dermis

Lapisan dermis merupakan lapisan kedua setelah epidermis. Lapisan dermis memiliki ketebalan antara 2-3 mm. Lapisan ini tersusun dari pembuluh darah, saraf, folikel rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar minyak. Lapisan ini juga mengandung elastin, yang bertanggung jawab terhadap elastisitas kulit, kolagen, yang merupakan massa penyusun kulit terbesar dan bertanggung jawab untuk renggangan kulit, serta asam hyaluronat yang berfungsi untuk hidrasi kulit Farage dkk., 2010; Kaur dan Guleri, 2013.

3. Lapisan hipodermis

Lapisan hipodermis adalah lapisan terdalam dari kulit. Lapisan ini merupakan jaringan pengikat longgar yang terdiri dari banyak pembuluh darah dan lemak subkutan. Lapisan ini berfungsi sebagai bantalan, sekat, pengatur suhu, dan menstabilkan kulit dengan menghubungkan kulit dengan organ dibawahnya Farage dkk., 2010.

B. Sinar Ultraviolet

Sinar Ultraviolet berasal dari sinar matahari yang memiliki panjang gelombang antara 200-400 nm. Berdasarkan panjang gelombangnya, sinar ultraviolet dibedakan menjadi tiga macam, yaitu sinar UV A, sinar UV B, dan sinar UV C. Sinar UV A memiliki panjang gelombang antara 315-400 nm. Sinar UV A memiliki energi yang lebih rendah jika dibandingkan dengan sinar UV B, akan tetapi sinar ini tersedia dalam jumlah yang lebih banyak. Sinar UV A terpenetrasi lebih dalam dari pada sinar UV B, yaitu sampai kepada bagian dermis. Walaupun sinar UV A dianggap tidak lebih berbahaya dari sinar UV B, akan tetapi sinar ini juga mampu menyebabkan pembentukan radikal bebas seperti reactive oxygen species ROS dan reactive nitrogen species RNS yang dapat menggangu struktur protein, lemak, dan DNA Kulka, 2013; Ichihashi, Ando, Yoshida, Niki, dan Matsui, 2009. Sinar UV B memiliki panjang gelombang antara 280-315 nm. Sebagian dari sinar UV B diserap oleh lapisan ozon yang ada di atmosfer. Sinar UV B memiliki energi yang lebih besar dari sinar UV A, oleh karena itu sinar ini dikatakan lebih berbahaya dari sinar UV A. Sinar UV B ini terpenetrasi sampai pada lapisan epidermis kulit saja. Pada lapisan epidermis inilah terjadi pembentukan radikal bebas ROS dan RNS yang diinduksi oleh sinar UV B Dupont, Gomez, dan Bilodeu, 2013. Sinar UV C memiliki panjang gelombang antara 200-280 nm. Sinar UV C juga disebut sebagai radiasi gelombang pendek atau radiasi ionisasi. Sinar UV C merupakan sinar UV yang paling berbahaya karena memiliki energi yang paling besar jika dibandingkan dengan sinar UV yang lain. Sinar UV C dapat menyebabkan kematian pada organisme yang secara langsung terpapar radiasi sinar tersebut. Untungnya, sinar UVC tidak sampai kepermukaan bumi karena telah diserap oleh gas yang terdapat pada atmosfer, yaitu ozon, sehingga sinar ini tidak ikut berperan dalam kerusakan kulit yang disebabkan oleh sinar UV Dupont dkk., 2013. Radikal bebas yang terbentuk akibat paparan sinar UV dapat memicu kerusakan oksidatif yang berakibat pada terjadinya penuaan dini pada kulit. Penuaan dini tersebut biasa disebut dengan skin photoaging. Gambar 2 menunjukkan kerusakan yang dapat terjadi akibat paparan sinar UV. Skin photoaging sebenarnya dapat terjadi akibat paparan sinar UV sampai dengan sinar infrared, akan tetapi faktor utama penyebab skin photoaging adalah sinar UV, karena energinya yang tinggi Dupont dkk., 2013.

C. Penuaan Dini

Dokumen yang terkait

Optimasi sodium carboxymethyl cellulose sebagai gelling agent dan gliserin sebagai humektan dalam sediaan gel anti-aging ekstrak spirulina platensis menggunakan aplikasi desain faktorial.

0 4 117

Optimasi gelling agent carbopol 940 dan humektan gliserin terhadap sediaan gel anti-aging ekstrak spirulina platensis dengan aplikasi desain faktorial.

3 16 126

Optimasi sodium carboxymethyl cellulose sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humektan dalam sediaan gel anti-aging ekstrak spirulina platensis menggunakan aplikasi desain faktorial.

2 13 114

Optimasi gelling agent CMC Na dan humektan propilen glikol dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (Kalanchoe pinnata (Lam.)) dengan aplikasi desain faktorial.

7 60 112

Optimasi gelling agent Carbopol dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (Kalanchoe pinnata (Lam.)) dengan aplikasi desain faktorial.

2 30 132

Optimasi Carbopol® 940 sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humektan dalam sediaan emulgel sunscreen ekstrak Kencur (Kaempferia galanga L.) : aplikasi desain faktorial.

1 10 115

Optimasi gelling agent Carbopol dan humektan propilen glikol dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (Kalanchoe pinnata (Lam.)) dengan aplikasi desain faktorial.

3 29 115

Optimasi Carbopol 940 sebagai Gelling Agent dan Gliserin sebagai Humectant dalam emulgel minyak cengkeh sebagai penyembuh jerawat dengan aplikasi desain faktorial.

0 0 107

Optimasi proses pencampuran gel repelan citronella oil dengan carbopol@6403%b/v sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humektan - USD Repository

0 1 105

Optimasi formula gel antiacne ekstrak daun belimbing wuluh (averrhoa bilimbi, l) dengan carbopol 940 sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humectant - USD Repository

0 0 95