tidak toksik, dan mampu melarutkan senyawa yang diinginkan, yaitu senyawa golongan fikobiliprotein. Senyawa tersebut akan berdifusi dari serbuk Spirulina
platensis menuju ke pelarut akibat adanya perbedaan konsentrasi fikobiliprotein pada serbuk Spirulina platensis dan pada pelarut aquadest. Difusi ini akan
berhenti sampai pelarut jenuh dengan zat terlarut. Ketika difusi berlangsung maka pelarut yang berkontak langsung dengan serbuk akan lebih cepat jenuh dan difusi
akan terhenti, sedangkan pelarut yang tidak berkontak langsung dengan serbuk belum jenuh dengan zat terlarut. Cara yang dapat dilakukan supaya difusi tetap
berlangsung sampai seluruh pelarut jenuh dengan zat terlarut adalah dengan melakukan penggojogan menggunakan shaker. Ketika dilakukan penggojogan
dengan shaker maka zat terlarut akan terdistribusi secara homogen pada seluruh pelarut, kemudian akan terjadi perbedan konsentrasi kembali antara serbuk
dengan pelarut dan difusi akan berlangsung sampai seluruh pelarut jenuh dengan zat terlarut.
Ekstrak Spirulina platensis yang dihasilkan sesuai dengan yang diinginkan, yaitu berwarna biru tua dan berbau khas Spirulina platensis. Ekstrak
Spirulina platensis yang dihasilkan ditunjukkan pada Lampiran 4.
C. Pengujian Aktivitas Antioksidan
Pengujian aktivitas antioksidan ekstrak Spirulina platensis dilakukan menggunakan metode kromatografi lapis tipis KLT dengan pewarnaan 2,2-
difenil-1-pikrilhidrazil DPPH. Tujuan dari uji aktivitas antioksidan ini adalah untuk memastikan bahwa ekstrak Spirulina platensis yang dihasilkan
Gambar 11. Profil KLT uji aktivitas antioksidan.
memiliki aktivitas antioksidan seperti yang dilaporkan oleh Shalaby dan Shanab 2013.
Uji dilakukan dengan menggunakan fase diam silica gel GF254 dan fase gerak campuran aquadest, butanol, dan asam asetat glasial 5:4:1 dengan
menggunakan kontrol positif yaitu Rutin. Senyawa rutin digunakan sebagai kontrol positif karena senyawa ini telah diketahui memiliki aktivitas antioksidan.
Ketika bercak dari rutin pada fase diam disemprot dengan menggunakan larutan DPPH, maka bercak tersebut akan berwarna kuning. Hal ini karena DPPH akan
tereduksi akibat menerima elektron dari rutin sehingga DPPH akan berubah warna dari ungu menjadi kuning Badarinath dkk., 2010.
Keterangan: fase diam = silica gel GF
254
fase gerak= aquadest : butanol : asam asetat glasial 5 : 4 : 1
R = rutin Rf = 0,71 S = ekstrak Spirulina platensis
Rf = 0,96 Deteksi = visibel
= bercak positif antioksidan
R S
1
0,5
Profil KLT dari uji aktivitas antioksidan ekstrak Spirulina platensis ditunjukkan pada Gambar 11. Kedua bercak yang terbentuk berwarna kuning.
Warna kuning dari bercak Rutin lebih tajam dibandingkan warna bercak ekstrak Spirulina platensis. Hal ini menunjukkan bahwa keduanya sama-sama memiliki
aktivitas antioksidan, akan tetapi aktivitas antioksidan dari rutin lebih kuat dari pada ekstrak Spirulina platensis yang dihasilkan.
D. Orientasi Level Kedua Faktor
Tujuan dari orientasi adalah untuk menentukan level rendah dan level tinggi dari kedua faktor. Dua faktor yang diteliti yaitu gelling agent carbopol 940
dan humektan propilen glikol. Penentuan level dilakukan dengan melihat respon berupa viskositas dan daya sebar. Rentang viskositas yang diinginkan adalah
antara 200-300 d.Pa.s dan rentang dari daya sebar yang diinginkan adalah antara 5-7 cm Aeni, Sulaiman, dan Mulyani, 2012; Garg, Aggarwal, Garg, dan Sigla,
2002. Orientasi level carbopol 940 dilakukan dengan membuat beberapa
formula menggunakan carbopol 940 dengan jumlah yang berbeda pada jumlah propilen glikol yang dibuat tetap. Jumlah carbopol 940 yang ditambahkan pada
masing-masing formula dan respon yang diamati, yaitu viskositas dan daya sebar ditunjukkan pada Tabel V, Gambar 12, dan Gambar 13.
Orientasi dilakukan dengan menggunakan 5 formula. Gambar 12 menunjukkan bahwa semakin besar jumlah carbopol 940 maka respon viskositas
juga akan semakin besar. Hal ini terjadi pada rentang jumlah carbopol 940 antara
1 g – 4 g. Kemudian, pada penambahan carbopol 940 dengan jumlah yang lebih
besar, yaitu 5 g, justru terjadi penurunan respon viskositas. Respon daya sebar ditunjukkan pada Gambar 13. Pada respon daya sebar, diketahui bahwa respon
daya sebar berbanding terbalik dengan penambahan jumlah carbopol 940. Semakin banyak jumlah carbopol 940 yang ditambahkan, maka daya sebar yang
dihasilkan akan semakin kecil. Rentang carbopol 940 dalam penelitian ini adalah antara 2 g - 4 g, karena pada rentang tersebut menunjukkan peningkatan respon
viskositas dan penurunan respon daya sebar yang paling linier dan masuk rentang respon yang diinginkan. Level carbopol 940 yang digunakan ditentukan dari
rentang yang telah diperoleh. Level rendah carbopol 940 adalah pada 2 g, sedangkan level tinggi carbopol 940 adalah 4 g.
Carbopol 940 g Viskositas d.Pa.s
Daya sebar cm 1
180 9,000
2 240
7,000 3
255 6,550
4 275
5,850 5
270 5,700
Tabel V. Jumlah carbopol 940 dan respon
50 100
150 200
250 300
1 2
3 4
5 6
V is
ko si
ta s
d .P
a .s
Carbopol 940 g Gambar 12. Respon viskositas terhadap carbopol 940.
Selanjutnya pada orientasi penentuan level propilen glikol juga dilakukan dengan penambahan propilen glikol pada beberapa tingkatan jumlah dan
menggunakan carbopol 940 pada jumlah yang dibuat tetap. Jumlah propilen glikol yang ditambahkan pada tiap formula dan respon yang diamati ditunjukkan pada
Tabel VI, Gambar 14, dan Gambar 15.
Gambar 14 menunjukkan bahwa pada awalnya penambahan propilen glikol dari 10 g ke 20 g terjadi kenaikan respon viskositas. Kemudian pada
penambahan jumlah propilen glikol dari 20 g – 40 g terjadi penurunan respon
viskositas yang dilanjutkan dengan kenaikan viskositas pada penambahan Propilen glikol
g Viskositas
d.Pa.s Daya sebar
cm 10
260 5,200
20 270
5,250 30
245 5,400
40 235
5,500 50
240 5,800
Tabel VI. Jumlah propilen glikol dan respon
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
1 2
3 4
5 6
D a
y a
s e
b a
r c
m
Carbopol 940 g Gambar 13. Respon daya sebar terhadap carbopol 940.
propilen glikol 50 g. Gambar 15 menunjukkan bahwa semakin banyak propilen glikol yang ditambahkan, maka respon daya sebar akan semakin naik. Rentang
propilen glikol yang digunakan dalam penelitian ini adalah antara 20 g – 40 g. Hal
ini karena pada rentang tersebut terjadi penurunan viskositas dan peningkatan daya sebar yang relatif linier dan semua respon masuk dalam rentang yang
diinginkan. Berdasarkan rentang propilen glikol yang telah diperoleh, maka level
230 235
240 245
250 255
260 265
270 275
10 20
30 40
50 60
V is
ko si
ta s
d .P
a .s
Propilen glikol g
5,1 5,2
5,3 5,4
5,5 5,6
5,7 5,8
5,9
10 20
30 40
50 60
D a
y a
s e
b a
r c
m
Propilen glikol g Gambar 15. Respon daya sebar terhadap propilen glikol.
Gambar 14. Respon viskositas terhadap propilen glikol.
rendah propilen glikol adalah pada 20 g, sedangkan level tinggi propilen glikol adalah pada 40 g.
E. Pembuatan Sediaan Gel Anti-aging Ekstrak Spirulina platensis