ketika jumlah radikal bebas dalam tubuh menjadi berlebih ataupun karena terjadi penurunan jumlah antioksidan dalam tubuh. Oleh karena itu dibutuhkan
antioksidan eksogen untuk memenuhi kebutuhan akan antioksidan tersebut. Gambar 5 menunjukkan mekanisme keseimbangan yang terjadi dalam tubuh yang
dapat menentukan terjadinya oxidative stress. Kebutuhan akan antioksidan tersebut mendorong pengembangan
penggunaan antioksidan alami dari bahan alam. Aktivitas antioksidan dari beberapa tanaman telah banyak dilaporkan. Senyawa-senyawa yang bertanggung
jawab terhadap aktivitas tersebut antara lain, senyawa golongan polifenol, melatonin, carotenoids, retinal, tiol, dan allicin Kunwar dan Priyadarsini, 2011
Berdasarkan fungsinya, antioksidan dibedakan sebagai berikut : 1.
mencegah terbentuknya reactive oxygen species ROS, misalnya superoxide dismutase SOD yang merupakan enzim yang mengkatalisis dismutasi dari
superoxide menjadi H
2
O
2
dan mengkatalisis H
2
O
2
menjadi air, 2.
meredam radikal bebas, misalnya vitamin C dan vitamin E, 3.
memperbaiki enzim yang terlibat dalam reaksi oksidasi, misalnya glutation Devasagayam dkk., 2004.
F. Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu cara yang digunakan untuk mengambil suatu senyawa kimia dengan menggunakan suatu pelarut yang dapat melarutkan zat
yang dituju, sehingga zat tersebut akan terpisah dari bahan yang tidak larut. Ekstraksi dapat dilakukan dengan beberapa macam metode, diantaranya adalah
maserasi, sokletasi, perkolasi, dan destilasi uap. Metode ekstraksi yang paling sederhana adalah metode maserasi. Maserasi dapat digunakan untuk
mengekstraksi senyawa dalam jumlah yang banyak yang mudah larut dalam cairan pengekstraknya Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1985.
Maserasi merupakan suatu metode ekstraksi yang dilakukan dengan perendaman simplisia menggunakan suatu pelarut tertentu yang sesuai. Simplisia
yang diekstraksi biasanya berbentuk serbuk halus. Pelarut yang digunakan adalah pelarut yang dapat melarutkan zat yang dituju. Pelarut ini akan mendesak masuk
melalui dinding sel, kemudian akan sampai pada rongga sel dan melarutkan zat yang dituju. Perbedaan konsentrasi zat pada simplisia dan pada pelarut
menyebabkan zat yang diinginkan berdifusi kedalam pelarut. Difusi zat kimia yang dituju akan berhenti ketika terjadi keseimbangan, dimana konsentrasi zat
dalam pelarut sama besar dengan konsentrasi zat pada simplisia. Maserasi dilakukan dengan penggojogan sesekali atau terus-menerus untuk mengganggu
keseimbangan tersebut, sehingga lebih banyak lagi zat yang akan terlarut dan berdifusi dalam cairan pengekstrak Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
1985.
G. Kromatografi Lapis Tipis KLT
Kromatografi lapis tipis adalah suatu kromatografi planar dengan menggunakan fase diam yang dilapiskan secara tipis dan seragam pada pelat kaca,
pelat alumunium, atau pelat plastik. Fase diam dalam KLT merupakan penjerap berukuran kecil dengan diameter 10-30 µm. Semakin kecil kisaran ukuran fase
diam, maka semakin baik kinerja KLT. Fase diam yang biasanya digunakan adalah silika dan serbuk selulosa. Fase gerak yang digunakan bisa mengacu dari
pustaka ataupun dilakukan orientasi terlebih dahulu. Sistem fase gerak yang paling sederhana adalah campuran dua pelarut organik. Daya elusi fase gerak bisa
diatur sedemikian rupa sehingga dapat terjadi pemisahan yang optimal Gandjar dan Rohman, 2007.
Uji aktivitas antioksidan pada ekstrak tanaman dapat dilakukan dengan metode KLT. Saat pengujian tidak diperlukan pemurnian sampel, karena pada
KLT akan terjadi pemisahan senyawa akibat adanya interaksi antara sampel dengan fase diam dan fase gerak. Kemudian pemisahan senyawa ini akan
dilanjutkan dengan pendeteksian aktivitas peredaman radikal bebas oleh senyawa dalam ekstrak tanaman yang memiliki aktivitas antioksidan Badarinath dkk.,
2010. Uji aktivitas antioksidan dengan menggunakan KLT dapat dilakukan
dengan pewarnaan menggunakan 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil DPPH. DPPH adalah suatu radikal bebas yang stabil pada suhu ruang dan berwarna ungu apabila
dilarutkan dalam metanol. Saat radikal bebas bereaksi dengan antioksidan, DPPH akan tereduksi karena menerima elektron dari antioksidan dan sifat radikal bebas
tersebut akan hilang. Hal ini ditandai dengan adanya perubahan warna DPPH dari warna ungu menjadi kuning. Reaksi antara DPPH dengan antioksidan ditunjukkan
dengan Gambar 6. Suatu ekstrak tanaman dinyatakan memiliki aktivitas antioksidan apabila pada pengujian dihasilkan bercak berwarna kuning dengan
latar berwarna ungu dari penyemprotan DPPH. Metode ini merupakan metode
yang mudah, efektif, dan cepat untuk mengetahui profil dari ekstrak tanaman, dan potensi dari ekstrak tanaman dapat segera diketahui Badarinath dkk., 2010.
H. Gel