Desain Faktorial Landasan Teori

bentuk hidratnya, dan juga bereaksi dengan beberapa senyawa organik dan kalsium karbida Rowe dkk., 2009.

J. Desain Faktorial

Desain faktorial adalah desain eksperimen dengan adanya dua atau lebih faktor yang dimanipulasi. Desain faktorial paling sederhana adalah dengan menggunakan dua faktor, atau yang dinamakan dengan two factor experiment. Desain faktorial two factor experiment atau disebut sebagai desain faktorial 2 x 2 menggunakan dua faktor, dimana masing-masing faktor mempunyai dua level. Jumlah kelompok yang digunakan dalam penelitian ditentukan dengan rumus sebagai berikut: Jumlah kelompok = 2 n = 2 2 = 4 Jadi, jumlah kelompok yang digunakan dalam penelitian adalah sebanyak 4 kelompok Santoso, 2010. Contoh dari penggunaan metode desain faktorial 2x2 adalah pada suatu percobaan yang bertujuan untuk mengetahui efek dari konsentrasi obat dan konsentrasi lubrikan pada waktu disolusi suatu tablet. Konsentrasi obat dan konsentrasi lubrikan adalah faktor dari percobaan tersebut, kedua faktor tersebut digunakan pada dua level, yaitu level rendah dan level tinggi. Jumlah formula yang dibuat dalam percobaan ini adalah sebanyak 4 formula. Formula yang dibuat dalam percobaan ditunjukkan pada Tabel II Bolton dan Bon, 2010. Keterangan: 2 = level n = faktor Simbol Formula 1 Obat dan lubrikan pada level rendah a Obat pada level tinggi dan lubrikan pada level rendah b Obat pada level rendah dan lubrikan pada level tinggi ab Obat dan lubrikan pada level tinggi Uji yang dilakukan menjadi lebih kompleks karena melibatkan lebih dari satu faktor. Uji yang dilakukan tidak hanya menguji ada tidaknya sebab-akibat antara faktor dan respon, namun juga perlu diketahui ada tidaknya interaksi diantara faktor itu sendiri, sehingga dapat ditentukan efek yang dominan dan efek dari interaksi antar faktor Santoso, 2010.

K. Landasan Teori

Intensitas paparan sinar UV di Indonesia yang tinggi dapat memicu pembentukan radikal bebas dan menyebabkan penuaan dini pada kulit. Tanda- tanda kulit yang mengalami penuaan dini antara lain kulit terlihat kasar dan kering, terdapat kerutan, terdapat noda-noda hitam pada kulit, dan terjadi penurunan elastisitas kulit. Hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan penggunaan antioksidan secara topikal. Antioksidan disini juga dapat disebut sebagai anti-aging. Spirulina platensis merupakan sumber antioksidan alami yang kaya akan kandungan senyawa golongan fikobiliprotein. Fikobiliprotein merupakan golongan senyawa yang larut air. Berdasarkan penelitian ekstrak air Spirulina platensis terbukti memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi. Ekstrak air Spirulina platensis ini sangat cocok diformulasikan dalam sediaan gel untuk penggunaan Tabel II. Formula desain faktorial 2x2 Bolton dan Bon, 2010 topikal. Sediaan gel merupakan sediaan yang sangat baik dalam menghantarkan bahan aktif yang larut dalam air. Komponen penting dari sediaan gel adalah gelling agent dan humektan, hal ini karena keduanya dapat mempengaruhi sifat fisik dan stabilitas dari sediaan gel. Pada penelitian ini dilakukan formulasi sediaan gel anti-aging dari ekstrak Spirulina platensis. Penelitian ini menggunakan metode desain faktorial dengan dua faktor, yaitu gelling agent carbopol 940 dan humektan propilen glikol, pada dua level, yaitu level rendah dan level tinggi. Desain penelitian yang demikian memungkinkan dapat diketahui faktor yang lebih dominan dalam menentukan sifat fisik gel anti-aging ekstrak Spirulina platensis dan ada tidaknya area komposisi optimum carbopol 940 dan propilen glikol pada contour plot superimposed yang diprediksikan sebagai formula optimum gel anti-aging ekstrak Spirulina platensis.

L. Hipotesis

Dokumen yang terkait

Optimasi sodium carboxymethyl cellulose sebagai gelling agent dan gliserin sebagai humektan dalam sediaan gel anti-aging ekstrak spirulina platensis menggunakan aplikasi desain faktorial.

0 4 117

Optimasi gelling agent carbopol 940 dan humektan gliserin terhadap sediaan gel anti-aging ekstrak spirulina platensis dengan aplikasi desain faktorial.

3 16 126

Optimasi sodium carboxymethyl cellulose sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humektan dalam sediaan gel anti-aging ekstrak spirulina platensis menggunakan aplikasi desain faktorial.

2 13 114

Optimasi gelling agent CMC Na dan humektan propilen glikol dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (Kalanchoe pinnata (Lam.)) dengan aplikasi desain faktorial.

7 60 112

Optimasi gelling agent Carbopol dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (Kalanchoe pinnata (Lam.)) dengan aplikasi desain faktorial.

2 30 132

Optimasi Carbopol® 940 sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humektan dalam sediaan emulgel sunscreen ekstrak Kencur (Kaempferia galanga L.) : aplikasi desain faktorial.

1 10 115

Optimasi gelling agent Carbopol dan humektan propilen glikol dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (Kalanchoe pinnata (Lam.)) dengan aplikasi desain faktorial.

3 29 115

Optimasi Carbopol 940 sebagai Gelling Agent dan Gliserin sebagai Humectant dalam emulgel minyak cengkeh sebagai penyembuh jerawat dengan aplikasi desain faktorial.

0 0 107

Optimasi proses pencampuran gel repelan citronella oil dengan carbopol@6403%b/v sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humektan - USD Repository

0 1 105

Optimasi formula gel antiacne ekstrak daun belimbing wuluh (averrhoa bilimbi, l) dengan carbopol 940 sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humectant - USD Repository

0 0 95