41
f. Orang tua merasa khawatir jika anak akan melakukan perbuatan
menyimpang setelah diberikan penjelasan tentang seks.
Menurut Lubis
Sumaryani, 2014
faktor-faktor yang
mempengaruhi orangtua dalam memberikan pendidikan seks : a. Faktor sosial ekonomi : Semakin rendah penghasilan keluarga
maka orang tua akan semakin lama di luar rumah sehingga dalam memberikan pendidikan seks semakin buruk.
b. Faktor sosial budaya : Mengajarkan pendidikan seks adalah masalah yang tabu sehingga akan mempengaruhi orang tua
dalam memberikan pendidikan seks. c. Riwayat pendidikan seks : Riwayat pendidikan seks yang
dimiliki orang tua dalam mendapatkan informasi mengenai seks sebelumnya.
11. Permasalahan Orang Tua dalam Memberikan Pendidikan Seks pada Anak
Berdasarkan pembahasan-pembahasan
sebelumnya, dapat
disimpulkan bahwa terdapat beberapa area permasalahan yang sering dihadapi orang tua dalam memberikan pendidikan seks, area-area
tersebut antara lain: 1 Area Sikap
a. Orang tua bersikap tertutup menghadapi pertanyaan anak, orang tua malu membicarakan masalah seks dan orang tua
42
masih canggung untuk menyampaikannya Sarwono dan Siamsidar, 1986; Kartini Kartono, 1985; Habsyah dalam
Nurmanina, 2012. Hal ini karena orang tua masih memiliki rasa tabu yang kuat, akhirnya belum terbuka mengenai
masalah seks Sarwono, 2005. b. Orang tua bersikap acuh tak acuh terhadap masalah seksualitas
Sumardi, Griess, Augustine, 1975. Hal ini kemungkinan karena mereka memiliki anggapan bahwa nantinya anak
mereka akan mengetahui sendiri tentang seks Sumardi, Griess, Augustine, 1975.
c. Orang tua kurang bisa menciptakan suasana terbuka dan nyaman untuk membahas masalah seks dengan anaknya
Murdijana dalam Creagh, 2004. Hal ini kemungkinan disebabkan karena orang tua masih menabukan masalah seks
dan mereka berpendapat seks adalah sesuatu yang alamiah, kemudian akan diketahui setelah menikah Sarlito W.
Sarwono, 1994; Mu’tadin dalam Evi Karota Yesi Ariani, 2005.
d. Orang tua khawatir anak akan melakukan perbuatan menyimpang setelah diberikan penjelasan masalah seks
Kartini Kartono, 1985. Hal ini berkaitan dengan nilai-nilai yang diyakini oleh orang tua bahwa ketika dibicarakan secara
43
terbuka maka berpengaruh pada perilaku seksual anaknya PKBI dalam Evi Karota Yesi Ariani, 2005.
e. Orang tua melarang anaknya membicarakan masalah seks Sumardi, Griess, Augustine, 1975. Hal ini karena masih
kuatnya rasa tabu dan pembicaraan mengenai seks di depan umum adalah sesuatu yang porno sehingga pembicaraan
mengenai seks dilarang Skripsiadi dalam Sumaryani, 2014. Soekamto Risnawati, 2002 menyatakan bahwa menurut
pandangan Psikoanalisa, tabunya pembicaraan mengenai masalah seks disebabkan karena seks dianggap sumber dari dorongan-
dorongan naluri di dalam id. Dorongan-dorongan naluri seksual ini bertentangan dengan moral yang ada sehingga dorongan ini harus
ditekan, tidak boleh dimunculkan pada orang lain dalam bentuk perilaku terbuka. Pada akhirnya tekanan ini mempersulit
komunikasi. Sebagaimana menurut Sarwono 2005 pendidikan bukanlah penerangan tentang seks semata, tetapi seperti pendidikan
lain pada umumnya yang mengandung penanaman nilai-nilai. Informasi tentang seks tidak diberikan “telanjang”, tetapi secara
“kontekstual” yang berkaitan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat sehingga memiliki ruang lingkup yang luas.
2 Area Pengetahuan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
a. Orang tua tidak memiliki pengetahuan untuk menjawab pertanyaan tentang kesehatan reproduksi Murdijana dalam
Creagh, 2004. b. Orang tua tidak mengetahui pentingnya pendidikan seks
Kartini Kartono, 1985. c. Orang tua tidak mengetahui batasan informasi yang pantas
untuk diberitahukan kepada anaknya Murdijana dalam Creagh, 2004.
d. Orang tua tidak mengetahui bagaimana harus menjelaskan pendidikan seks
dan tidak tahu kapan memberikan pendidikan seks Widjanarko dalam Evi Karota Yesi
Ariani, 2005. e. Orang tua tidak mengetahui cara memberikan pendidikan
seks dan orang tua tidak tahu usia yang tepat untuk mulai memberikan pendidikan seks kepada anaknya Murdijana
dalam Creagh, 2004. Berdasarkan uraian diatas, menurut Djiwandono 2008 pada
kenyataannya rata- rata orang tua ‘buta’ dalam pendidikan seks dan
seksualitas dan membicarakan seksualitas. Hal ini karena seksualitas adalah suatu hal yang tabu. Orang tua seharusnya
membekali diri dengan pengetahuan seputar seksualitas terlebih dahulu sebelum memberikan pendidikan seks.
3 Area Keterampilan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Orang tua tidak tahu cara memberi informasi yang tepat mengenai masalah seksual kepada anaknya, orang tua tidak tahu
cara berkomunikasi tentang seks dengan anaknya. Hal ini kemungkinan karena orang tua tidak memiliki pengalaman dalam
memberikan informasi tentang seks Widjanarko, dalam Evi Karota Yesi Ariani, 2005. Orang tua juga memiliki
pengetahuan yang rendah tentang pendidikan seks Nugraha dalam S.R. Juliana Marpaung Setiawan, tanpa tahun. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa semakin buruk taraf komunikasi antara orang tua dan anak akan semakin besar kemungkinan remaja melakukan
tindakan-tindakan seksual Sarwono dalam Paramita, 2009. 4 Area Kesibukan Orang tua
Orang tua memiliki kesibukan kerja sehingga orang tua hanya memiliki sedikit untuk mendampingi anaknya. Menurut Habsyah
Nurmanina, 2012 kesibukan orang tua membuat hubungan antara orang tua dan anak menjadi semakin renggang, sehingga
mereka hanya memiliki waktu sedikit untuk mendampingi anaknya. Selain itu, menurut Widyarini; Mahayoni Pratiwi, 2010
orang tua kekurangan waktu untuk mendampingi anaknya karena orang tua sibuk bekerja mencari nafkah sehingga anak kurang
mendapatkan pendidikan dari orang tuanya. 5 Area Relasi dengan Orang tua
46
Pendidikan seks yang diterima remaja lebih banyak dari ibu daripada ayah. Menurut Thornburg Santrock, 2003 kebanyakan
remaja tidak dapat berbicara secara bebas dengan orang tua mereka mengenai masalah seksual. Survei menunjukkan bahwa sekitar
17 pendidikan seks yang diterima remaja diperoleh dari ibu, dan 2 dari ayah.
6 Area Sosial Ekonomi Semakin rendah penghasilan keluarga maka orang tua akan
semakin lama di luar rumah sehingga dalam memberikan pendidikan seks semakin buruk Lubis dalam Sumaryani, 2014.
7 Area Budaya Orang tua menganggap bahwa mengajarkan pendidikan seks
adalah masalah yang tabu. Dalam buku Sampyuh Seks Jawa Agung Endraswara dalam Pratiwi, 2010 menyatakan bahwa
orang Jawa mengenal etika tabu dan tidak pantas, sehingga pemaparan seksualitas disampaikan dengan cukup hati-hati.
Sebagaimana menurut Skripsiadi Sumaryani, 2014 tabunya masalah seks karena faktor budaya yang melarang pembicaraan
mengenai seks di depan umum, sehingga seks dianggap sesuatu yang porno dan sifatnya sangat pribadi dan tidak boleh
diungkapkan kepada orang lain. Selain itu, tabu karena pengertian mengenai seksualitas di masyarakat yang masih sempit,
pembicaraannya seolah-olah hanya diartikan kearah hubungan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
seksual. Soekamto Risnawati, 2002 menurut pandangan Psikoanalisa, tabunya pembicaraan mengenai masalah seks
disebabkan karena seks dianggap sumber dari dorongan-dorongan naluri di dalam id. Dorongan-dorongan naluri seksual ini
bertentangan dengan moral yang ada sehingga dorongan ini harus ditekan, tidak boleh dimunculkan pada orang lain dalam bentuk
perilaku terbuka. Pada akhirnya tekanan ini mempersulit komunikasi.
B. DESKRIPSI TENTANG DESA SOBAYAN DAN MASYARAKATNYA