47
seksual. Soekamto Risnawati, 2002 menurut pandangan Psikoanalisa, tabunya pembicaraan mengenai masalah seks
disebabkan karena seks dianggap sumber dari dorongan-dorongan naluri di dalam id. Dorongan-dorongan naluri seksual ini
bertentangan dengan moral yang ada sehingga dorongan ini harus ditekan, tidak boleh dimunculkan pada orang lain dalam bentuk
perilaku terbuka. Pada akhirnya tekanan ini mempersulit komunikasi.
B. DESKRIPSI TENTANG DESA SOBAYAN DAN MASYARAKATNYA
Peneliti memilih desa Sobayan sebagai lokasi penelitian karena desa tersebut terdapat kawasan lokalisasi liar yang dan hingga saat ini
aktivitasnya masih ada. Penduduk atau warga masyarakat menyebut kawasan tersebut dengan istilah “komplek”. Dalam media online
disebutkan bahwa salah satu desa di Kecamatan Pedan yang dikenal sebagai lokalisasi tidak resmi http:www.suaramerdeka.com. Menurut
salah satu peneliti dari Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Sebelas Maret PPK UNS Solo, Argyo MSc, memaparkan hasil penelitian Rapid
Assesment untuk Masalah HIVAIDS di Kabupaten Klaten. Salah satu desa di Kecamatan Pedan terdapat bekas lokalisasi yang masih digunakan
sebagai tempat transaksi seksual. Argyo mengungkapkan tempat tersebut sampai saat ini masih ada aktivitas www.solopos.co.id.
48
Keberadaan lokalisasi tersebut sudah lama yaitu sejak jaman Belanda, sehingga aktivitasnya masih ada hingga saat ini wawancara, 1
Desember 2014. Para PSK Pekerja Seks Komersial kebanyakan adalah pendatang dari daerah di Jawa Timur. Lokalisasi ini berada di tengah
pemukiman penduduk. Lokalisasi adalah bagian dari prostitusi yang digolongkan menurut tempat atau lokasinya. Lokalisasi diartikan sebagai
yang terisolasi atau terpisah dari kompleks penduduk lainnya. Komplek ini dikenal dengan daerah lampu merah atau petak-petak daerah tertutup
Kartono, 2007:253. Menurut Sunardi Issabela Hendriani, 2010 saat ini lokalisasi berada di lingkungan yang juga dihuni oleh warga
masyarakat yang tidak terlibat dalam bisnis prostitusi. Kondisi ini sesuai dengan keberadaan lokalisasi salah satu desa di Kecamatan Pedan.
Berdasarkan data Monografi, desa Sobayan memiliki luas 93.3415 ha. Secara topografis desa tersebut merupakan daerah dataran rendah yang
terdapat sawah dan ladang yang luas. Jumlah penduduknya adalah 4028 penduduk laki-laki: 2027 jiwa, dan penduduk perempuan: 2001 jiwa dan
jumlah KK 912. Desa tersebut juga merupakan salah satu desa layak anak dengan jumlah anak: 1147 anak usia 0
– 18 tahun. Tabel dibawah ini adalah data mengenai Jenjang Pendidikan Penduduk desa Sobayan Tabel
2, Jenjang Pendidikan Anak Tabel 3 dan Mata Pencaharian penduduk desa Sobayan Tabel 4 yaitu sebagai berikut :
49
Tabel 2 Jenjang Pendidikan Penduduk desa Sobayan
Data Monografi, 31 Juni 2014
No. Pendidikan
Jumlah
a. TK
121 b.
SD 84
c. SMP
127 d.
SMA 133
e. Akademi D1-D3
49 f.
Sarjana S1 –S3
42
Tabel 3 Jenjang Pendidikan Anak desa Sobayan
Data Anak, per 1 januari 2014
No. Pendidikan
Jumlah
1. PAUD TK
282 2.
SDMIM 453
3. SMP SEDERAJAT
169 4.
SMASEDERAJAT 172
Jumlah 1147
Tabel 4 Mata Pencaharian Penduduk desa Sobayan
Data Monografi, 31 Juni 2014
No. Mata Pencaharian
Jumlah
1. Karyawan
a. PNS 120
b. ABRI 28
c. Swasta 465
2. Wiraswasta Pedagang
537 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
3. Petani
40 4.
Pertukangan 60
5. Buruh Tani
62 6.
Pensiunan 76
Berdasarkan data diatas, Mayoritas Pendidikan Penduduk adalah di jenjang pendidikan SMA dan SMP. Selain itu, Mayoritas Pendidikan Anak
adalah di jenjang pendidikan SD dan PAUD TK. Mayoritas Mata Pencaharian Penduduk adalah sebagai Wiraswasta Pedagang dan Swasta.
Desa Sobayan terdiri dari 18 dukuh dengan jumlah RT: 40 dan RW: 13. Enam dukuh diantaranya adalah 2 dukuh berada di kawasan lokalisasi
RW 3 dan 4 dan 4 dukuh berbatasan langsung dengan lokalisasi RW 2 dan 5. Selain itu, desa Sobayan menjadi salah satu Desa Menuju Layak
Anak dengan jumlah anak lebih dari seribu anak. Gambar 1 adalah kawasan lokalisasi yang keberadaanya dekat dengan pemukiman
penduduk di desa Sobayan :
Gambar 1 Gambar Desa Sobayan RW : 2, 3, 4, 5
51
Melihat kondisi tersebut, tampaknya anak-anak di desa Sobayan melewati proses tumbuh kembang dalam lingkungan prostitusi dan mereka
yang tinggal di kawasan lokalisasi tersebut mau-tidak-mau melihat transaksi seksual yang terjadi disana. Dalam konteks ini, pendidikan seks
menjadi sangat penting terlebih bagi warga masyarakat yang tinggal di kawasan lokalisasi tersebut. Namun kenyataannya adalah belum ada
perhatian yang nyata dari para orang tua mengenai pemberian pendidikan seks kepada anaknya, bahkan cenderung menunda dan menabukan
masalah seks. Maka peneliti merasa tertarik meneliti bagaimana praktek pendidikan seks disana? Apakah pendidikan seks diberikan oleh para
orang tua untuk anak-anaknya? Adakah pendampingan untuk anak-anak disana?. Apa yang sudah dilakukan para orang tua di desa tersebut? Jika
pendampingan atau prakteknya belum ada maka apa yang menjadi hambatan permasalahan-permasalahan paraorang tua dalam memberikan
pendidikan seks?.
C. KERANGKA PENELITIAN