Pendidikan Seks di Indonesia

21 Rusmawati, 2004 pendidikan seks mencakup tentang pertumbuhan alat kelamin laki-laki dan perempuan, mengenai bagaimana fungsi alat kelamin sebagai alat reproduksi, tentang menstruasi, mimpi basah, termasuk kehamilan dan perkawinan. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan seks adalah pendidikan tentang semua hal yang berhubungan dengan perkembangan seksual manusia, pertumbuhan alat kelamin dan fungsi alat kelamin sebagai alat reproduksi, tentang anatomi, fisiologi, proses reproduksi, aspek- aspek kesehatan dan psikososial, penjelasan mengenai tingkah laku, hubungan seksual, perkawinan, dan hingga penyimpangannya serta menjelaskan, menanamkan nilai-nilai tentang seks dan seksualitas manusia.

5. Pendidikan Seks di Indonesia

Menurut Sarwono 2005:190-197 pendidikan seks adalah salah satu cara untuk mengurangi atau mencegah penyalahgunaan seks dan dampak negatif yang tidak diharapkan, maka tidak jarang ada pihak- pihak yang tidak setuju dengan pendidikan seks. Hal ini karena ada kekhawatiran, bahwa anak-anak yang belum saatnya tahu tentang seks akan menjadi tahu dan menimbulkan rasa ingin tahu yang besar sehingga ingin mencobanya. Pro-kontra terhadap pendidikan seks sebenarnya tergantung pada bagaimana mendefinisikan pendidikan seks tersebut. Jika pendidikan seks diartikan sebagai pemberian PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22 informasi tentang seluk-beluk anatomi dan proses reproduksi manusia ditambah teknik-teknik pencegahannya alat kontrasepsi, kekhawatiran diatas beralasan. Pendidikan bukanlah penerangan tentang seks semata, tetapi seperti pendidikan lain pada umumnya yang mengandung penanaman nilai-nilai misalnya pendidikan Agama atau Moral-Pancasila. Informasi tentang seks tidak diberikan “telanjang”, tetapi secara “kontekstual” yang berkaitan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat sehingga memiliki ruang lingkup yang luas. Hal ini tidak terbatas pada perilaku hubungan seks saja, akan tetapi berkaitan dengan peran pria-wanita dalam masyarakat, hubungan pria-wanita dalam pergaulan, peran ayah-ibu dan anak dalam keluarga. Pendidikan seks di Indonesia sering disebut Pendidikan Kehidupan Keluarga. Bentuk pendidikan seksnya mulai diterapkan melalui jalur pendidikan nonformal seperti ceramah, kegiatan-kegiatan ekstra kulikuler di sekolah, pesantren kilat, sarasehan, rubrik-rubrik di media massa dan sebagainya. Bentuk pendidikan seks yang nonformal lebih luwes, bisa disesuaikan dengan kondisi tempat dan waktu sehingga tidak menimbulkan dampak yang tidak diharapkan. Di Indonesia, pendidikan seks selayaknya tetap dimulai dari rumah. Hal ini karena masalah seks adalah masalah yang sifatnya sangat pribadi, hendaknya disampaikan secara pribadi dan dijadikan sebagai materi pendidikan. Lingkungan keluarga adalah tempat yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23 tepat dalam memberikan pendidikan seks sejak dini kepada anak. Orang tua bertanggung jawab dalam proses pengajaran seks pada anak Puspita dalam Wulansari, 2007. Menurut Sarwono Paramita, 2009 orang tua dapat memberikan penerangan mengenai seks berdasarkan pengalaman mereka di masa lalu kepada anak-anaknya. Penerangan dilakukan orang tua yang memiliki jenis kelamin sama dengan anaknya, ibu dengan anak perempuannya dan ayah dengan anak laki- lakinya. Selain itu, Bu Kar Sarwono, 1981:39 juga menambahkan bahwa orang tua memberikan pendidikan seks berupa larangan, yaitu bentuk peringatan untuk menjauhi lawan jenisnya. Hal ini dimaksudkan untuk tidak bergaul dengan lawan jenis terlalu dekat agar tidak terjadi hal-hal yang tidak baik seperti melakukan hubungan seks di luar nikah. Namun, disisi lain adalah banyak orang tua yang masih belum terbuka mengenai seks, karena masih kuatnya rasa tabu. Orang tua seringkali juga kurang paham mengenai masalah seks. Hal ini disebabkan oleh pengetahuan mereka yang terbatas sehingga kurang dapat berfungsi sebagai sumber dalam pendidikan seks Sarwono, 2005. Menurut Djiwandono 2008:8 pendidikan seks sama pentingnya dengan pendidikan lain, dimana sebaiknya anak mendapatkan informasi tentang seks sejak dini. Orang tua memiliki tugas dalam memberikan pendidikan seks, jangan sampai orang lain sengaja mengambil alih tugas orang tua dan akhirnya anak menjadi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24 sasaran eksploitasi seks. Mengingat sekarang ini, nilai-nilai moral seks semakin kabur, dan anak dikonfrontasi oleh godaan seks. Orang tua memiliki tugas untuk mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan ini dengan belajar tentang mengajarkan seks untuk anaknya. Praktek pendidikan seks di Indonesia merupakan aktivitas atau kegiatan yang menanamkan, menjelaskan nilai-nilai tentang seks dan seksualitas manusia. Aktivitasnya diberikan secara informal di dalam keluarga, yang sering disebut Pendidikan Kehidupan Keluarga. Namun dalam prakteknya seringkali terdapat masalah yaitu banyak orang tua yang masih belum terbuka mengenai seks. Salah satunya karena rasa tabu yang masih kuat. Sebagaimana menurut Magnis Suseno, seks dianggap tabu dan tidak boleh dibicarakan secara terbuka di hadapan umum. Orang tua biasanya merasa malu untuk menjelaskan masalah seks pada anak. Orang tua juga memiliki perasaan enggan dan pandangan yang masih sempit sehingga menjadi faktor penghalang pengungkapan seks di keluarga. Terlebih bagi orang tua yang memiliki sifat risih atau tidak blak- blakan dan sangat menjunjung ‘etika ketimuran’ Tukan, S. J. 1985:83. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar para orang tua cenderung pasif terhadap pendidikan seks dan seksualitas di dalam keluarga. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25

6. Tujuan Pendidikan Seks