33
HIV AIDS UNAIDS dan WHO mengeluarkan panduan pendidikan seksualitas bagi sekolah, guru, dan pendidik kesehatan yang
dinamakan International Technical Guidance on Sexuality Education: an evidence-informed approached for schools, teachers, and health
educators ITGSE. Lima komponen PKRS dan panduan ITGSE memiliki kemiripan yaitu terdapat aspek biologis reproduksi,
pencegahan perilaku beresiko, serta aspek sosial reproduksi yang mencakup pengajaran mengenai sikap, nilai, norma dan keterampilan
berkomunikasi asertif. Gambaran
diatas menunjukkan bahwa pendidikan seks di Indonesia lebih dikenal dengan program pendidikan kesehatan
reproduksi dan seksualitas, dan pendidikan seksualitas. Aspek dalam pendidikan seks meliputi aspek biologis, psikologis, sosial-budaya,
agama dan gender.
10. Ruang Lingkup dan Masalah- masalah dalam Pendidikan Seks
Menurut Djiwandono 2008 seharusnya pendidikan seks merupakan sebuah proses yang berlangsung secara sadar di keluarga,
sekolah dan masyarakat. Hal ini untuk menyampaikan proses hubungan yang intim menurut agama dan nilai-nilai yang diyakini atau
dianut oleh masyarakat. Pendidikan seks sangat membutuhkan peran keluarga orang tua maupun sekolah dan keduanya memberikan
sumbangan yang berbeda. Di dalam keluarga, melalui suasana yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
hangat, akrab dan penuh kasih masalah-masalah seksual seharusnya dengan mudah dibicarakan daripada di sekolah. Akan tetapi, di sekolah
rasa solidaritas dan tanggung jawab dapat lebih mudah dikembangkan. Tanpa keberadaan sekolah atau tempat pendidikan lain, orang tua tidak
dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Jadi orang tua, guru, sekolah adalah satu tim yang sangat bermanfaat dalam memberikan pendidikan
seks. Banyak masalah-masalah yang timbul karena ketidaktahuan anak
mengenai seks, sehingga pengetahuan mengenai seks tampaknya penting dan sangat diperlukan oleh anak agar terhindar dari hal-hal
yang tidak diinginkan di kemudian hari Sarwono dan Siamsidar, 1986. Seks juga menjadi masalah yang sangat pribadi dan tergantung
pada latar belakang seseorang. Jika sejak kecil tidak diberikan penjelasan mengenai seks atau mengetahui sambil lalu dari orang tua,
maka kemungkinan akan mengalami kesulitan untuk membicarakan masalah seks secara objektif. Saat ini, nilai-nilai moral semakin kabur
karena anak dihadapkan pada godaan seksual dan penyelamat keadaan ini adalah orang tua. Orang tua perlu mempersiapkan diri dengan
belajar tentang cara mengajarkan pendidikan seks yang baik dan tepat Djiwandono, 2008.
Menurut Sarlito W. Sarwono 1994 sebaiknya pendidikan seks dimulai dari rumah, karena masalah seks merupakan masalah yang
sifatnya sangat pribadi jika dijadikan materi pendidikan juga PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
memerlukan penyampaian yang pribadi. Pendidikan seks dan keluarga memiliki hubungan yang sangat erat dan penting. Keluarga adalah
pemberi pendidikan seks pertama bagi anak dan memiliki pengaruh dalam mengembangkan nilai seksual serta pemahaman tentang seks
pada anak Halstead dan Reiss, 2004. Menurut Johan S. Tukan 1985:130 orang tua adalah pendidik yang pertama dan yang utama.
Gunarsa, Y. Singgih 2002 mengatakan peranan orang tua dalam perkembangan anak adalah:
a. Sebagai orang tua, membesarkan, merawat, memelihara dan memberikan kesempatan anak untuk berkembang.
b. Sebagai guru, mengajarkan ketangkasan dan keterampilan motorik, mengajarkan nilai dan peraturan dalam kehidupan
bermasyarakat dan menanamkan pedoman hidup bermasyarakat. c. Sebagai tokoh teladan, menjadi role model yang akan ditiru pola
tingkah lakunya. d. Sebagai
pengawas, orang
tua memiliki
tugas untuk
memperhatikan, mengamati dan mengawasi tingkah laku anak. Kartini Kartono 1985 orang tua bertanggung jawab untuk
menciptakan suasana keluarga yang sedemikan rupa sehingga kelak anak akan menjadi pribadi yang kuat, sehat sampai berhasil
menghadapi tantangan dalam kehidupannya, termasuk dalam kehidupan seks dan keluarga. Beberapa sikap keluarga dalam membantu anak
membangun sikap yang sehat dalam kehidupan seks : PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
a. Menciptakan dan menumbuhkan suasana yang sehat dalam keluarga, suasana yang membuat anak merasa diterima, dikasihi
oleh orang tua. b. Menjalin kedekatan dan kehangatan dengan anak sehingga bisa
memahami, memperhatikan kebutuhan anak. c. Memberikan informasi mengenai kehidupan seks kepada anak
melalui buku, penjelasan, bertukar pikiran dalam hal-hal yang berkaitan dengan masalah seks.
d. Menciptakan komunikasi yang baik antara orang tua dan anak.
Menurut Schwier dan Hingsburger Puspita dalam Wulansari, 2007 menyatakan bahwa dalam memberikan pendidikan seks perlu
memperhatikan usia mental anak yaitu sebagai berikut : a. Antara 3
– 9 tahun. Pada usia mental ini anak diberikan pendidikan mengenai perbedaan antara laki-laki dan perempuan
seperti anatomi tubuh, mengenal nama anggota badan, kebiasaan, emosi, tuntutan sosial dan sebagainya. Dalam usia mental ini
juga diberikan pendidikan tentang tempat publik tempat milik masyarakat dan pribadi tempat khusus untuk anak tersebut.
Selain itu, mereka juga perlu mengetahui dan memahami proses kelahiran bayi.
b. Antara 9 – 15 tahun. Anak sudah mulai mengalami pubertas,
sehingga mereka
membutuhkan pemahaman
mengenai menstruasi, mimpi basah. Mereka juga perlu mengetahui
37
perubahan fisik yang akan terjadi pada mereka terkait dengan pubertas termasuk perasaan dan dorongan seksual yang mereka
alami. Selain itu, mereka juga harus memahami proses reproduksipembuahan.
c. Usia 16 tahun ke atas. Pada usia mental ini pendidikan seks mulai mengarah pada hubungan seksual dengan orang lain.
Termasuk segala konsekuensi perilaku seksual yaitu kehamilan, penularan penyakit kelamin serta tanggung jawab perkawinan
dan memiliki anak. Selain itu, mereka juga harus memahami hukum dan konsekuensi jika mereka melakukan tindakan atau
perilaku menyimpang secara seksual.
Pendidikan yang diberikan orang tua kepada anaknya adalah dasar bagi pendidikan selanjutnya Sumardi, Griess, Augustine, 1975.
Berdasarkan hal ini maka sikap orang tua dapat digolongkan menjadi tiga yaitu :
a Orang tua yang melarang anaknya membicarakan masalah seks, karena hal ini adalah tabu.
b Orang tua yang bersikap acuh tak acuh, sama sekali tidak memperhatikan pendidikan anaknya, termasuk dalam masalah
seksualitas. Hal ini mungkin disebabkan oleh kesibukan mereka, atau disebabkan karena mereka tidak tahu bagaimana harus
menjelaskan, dan mungkin karena mereka memiliki anggapan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
bahwa nantinya anak mereka akan mengetahui sendiri tentang seksualitas.
c Orang tua yang benar-benar memperhatikan pendidikan anak. Mereka akan memberikan penjelasan ketika anak bertanya dan
akan memberikan perhatian terhadap pergaulan anaknya. Menurut Thornburg Santrock, 2003 kebanyakan remaja tidak
dapat berbicara secara bebas dengan orang tua mereka mengenai masalah seksual. Survei menunjukkan bahwa sekitar 17 pendidikan
seks yang diterima remaja diperoleh dari ibu, dan 2 dari ayah. Fisher menambahkan jika para remaja bisa bicara secara terbuka dan bebas
mengenai seks dengan orang tua, maka mereka akan cenderung tidak aktif secara seksual dan penggunaan kontrasepsi oleh remaja
perempuan juga meningkat jika mereka bisa mengkomunikasikan seks dengan orang tua Santrock, 2003.
Berdasarkan Journal of Family Psychology, pada umumnya anak perempuan lebih memiliki kedekatan secara emosional maupun fisik
dengan ibunya. Hal ini karena ibu memiliki waktu lebih banyak daripada ayah. Ibu lebih banyak untuk mengasuh, beraktifitas bersama,
berkomunikasi dengan anak perempuannya, dan ibu lebih memahami serta mengerti perubahan-perubahan yang terjadi pada anak
perempuannya daripada ayah Maharani, 2006. Selain itu, Agung Laily dan Matulessy, 2004 menambahkan bahwa tidak jarang orang
tua menanamkan persepsi yang negatif, seks adalah jorok dan tabu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
untuk dibicarakan. Hal ini bisa terbawa oleh anak hingga dewasa, dan tetap menganggap seks adalah sesuatu yang tabu dan jorok.
Konsekuensinya adalah akan timbul hambatan seksual pada anak termasuk peran seksualnya dan bahkan pada hubungan suami istri.
Orang tua seringkali memiliki sikap yang cenderung tertutup dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan anaknya mengenai masalah seks,
dan menganggap seks adalah tabu. Hal ini kemudian menyebabkan anak mencoba mencari informasi di luar rumah Sarwono dan
Siamsidar, 1986. Sikap orang tua yang belum terbuka tentang seks karena masih kuatnya rasa tabu. Orang tua seringkali juga kurang
paham yang disebabkan oleh pengetahuan yang terbatas sehingga menyebabkan orang tua kurang berfungsi sebagai sumber pendidikan
seks Sarwono, 2005:196. Menurut Masters, Johnson, Kolodny Laily dan Matulessy, 2004 masih banyak orang tua yang tidak tahu
cara memberi informasi yang tepat mengenai masalah seksual kepada anaknya.
Sekarang ini, kesibukan orang tua membuat hubungan antara anak dan orang tua menjadi semakin renggang. Kesibukan kedua orang tua
yang bekerja hampir menyita seluruh waktu mereka sehingga hanya memiliki sedikit waktu untuk mendampingi anaknya, apalagi terkait
dengan pendidikan seks yang sebagian besar orang tua masih canggung untuk menyampaikannya Habsyah dalam Nurmanina,
2012. Menurut Murdijana Creagh, 2004 orang tua merasa tidak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
nyaman membahas masalah seks dengan anaknya karena sebagai berikut :
a. Orang tua merasa tidak memiliki pengetahuan untuk menjawab pertanyaan tentang kesehatan reproduksi.
b. Orang tua tidak mengetahui batasan informasi yang pantas untuk diberitahukan kepada anaknya.
c. Orang tua tidak tahu usia yang tepat untuk mulai memberikan pendidikan seks kepada anaknya.
d. Orang tua tidak tahu cara berkomunikasi tentangs seks dengan anaknya.
e. Orang tua kurang bisa menciptakan suasana terbuka dan nyaman untuk membahas masalah seksualitas dengan anaknya.
Sebagaimana, menurut Kartini Kartono dalam buku Peranan Keluarga Memandu Anak 1985 terdapat beberapa penyebab orang
tua sering tidak memberikan pendidikan seks kepada anaknya : a. Orang tua menganggap seks adalah suatu hal yang tabu.
b. Orang tua tidak mengetahui pentingnya pendidikan seks bagi anak.
c. Orang tua tidak memiliki pengetahuan mengenai seks dan tidak mengetahui cara memberikan pendidikan seks.
d. Orang tua merasa malu jika membicarakan masalah seks. e. Orang tua menganggap bahwa masalah seks pada akhirnya akan
diketahui sendiri oleh anak. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
f. Orang tua merasa khawatir jika anak akan melakukan perbuatan
menyimpang setelah diberikan penjelasan tentang seks.
Menurut Lubis
Sumaryani, 2014
faktor-faktor yang
mempengaruhi orangtua dalam memberikan pendidikan seks : a. Faktor sosial ekonomi : Semakin rendah penghasilan keluarga
maka orang tua akan semakin lama di luar rumah sehingga dalam memberikan pendidikan seks semakin buruk.
b. Faktor sosial budaya : Mengajarkan pendidikan seks adalah masalah yang tabu sehingga akan mempengaruhi orang tua
dalam memberikan pendidikan seks. c. Riwayat pendidikan seks : Riwayat pendidikan seks yang
dimiliki orang tua dalam mendapatkan informasi mengenai seks sebelumnya.
11. Permasalahan Orang Tua dalam Memberikan Pendidikan Seks pada Anak