Transmisi Budaya tentang Seks, Gender, Seksualitas dan Perilaku Seksual

16 dalam Uyun, 2013. Menurut Suwarjo 1995 seks adalah sesuatu yang berhubungan dengan organ jenis kelamin. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa seks adalah berhubungan dengan jenis kelamin, yang menunjukkan perbedaan jenis kelamin yang menandakan ciri kewanitaan dan kepriaan. Seksualitas adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan perbedaan laki-laki dan perempuan secara fisik, mental, perilaku dan psikologis.

3. Transmisi Budaya tentang Seks, Gender, Seksualitas dan Perilaku Seksual

Menurut West Zimmerman Gardiner Kosmitzki, 2008 seks seseorang awalnya ditentukan oleh budaya yang disepakati dengan kriteria biologis, seperti alat kelamin eksternal saat lahir. Orang ditempatkan dalam salah satu dari dua kategori seks : wanita atau laki- laki. Ashmore Gardiner Kosmitzki, 2008 menyatakan bahwa seks biasanya didefinikan sebagai aspek biologis keperempuanan dan kelelakian, gender mengakuisisi aspek perilaku dan psikologis menjadi seorang wanita atau pria. Seks seseorang menurut Nelson Gardiner Kosmitzki, 2008 ditentukan oleh empat kriteria berbeda : kromosom, hormon, gonade, dan genetalia eksternal. Budaya menciptakan dua kelompok eksklusif : “perempuan” dan “laki-laki”. Gardiner Kosmitzki 2008 penanda kematangan seksual secara biologis adalah menarche, perkembangan payudara pada anak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17 perempuan, sedangankan pertumbuhan rambut wajah dan perubahan suara pada anak laki-laki. Penanda budaya yang berbeda ditunjukkan oleh kesiapan kalangan perempuan dan laki-laki untuk menemukan pasangan seksual. Penanda biologis dan budaya tergantung pada norma-norma budaya. Contohnya pada orang hindu mempertimbangkan kematangan seksual anak perempuan dengan permulaan menstruasi. Transmisi dari remaja ke dewasa sering dianggap sebagai peristiwa yang sangat spiritual yang dirayakan dengan upacara yang rumit. Perempuan dan laki-laki dianggap matang secara seksual, ketika mereka siap untuk pengalaman yang sangat bervariasi dalam hal bagaimana ketat mereka dibimbing dengan norma budaya dan yang membentuk mereka. Kesucian sampai menikah terutama bagi perempuan adalah norma diantara banyak negara. Kesucian jarang berlaku dengan cara yang sama untuk laki-laki. Anak laki-laki sering di dorong untuk terlibat dalam berbagai aktivitas perilaku seksual, memuaskan hasrat mereka dan mengungkapkan kejantanan. Ruan Gardiner Kosmitzki, 2008 pengalaman seksual laki-aki dipandang sebagai persiapan untuk hubungan jangka pandang atau pernikahan. Ini adalah praktek di beberapa budaya untuk wanita yang lebih tua, bahwa wanita yang belum menikah atau pelacur sering menginstruksikan remaja laki-laki dalam hal seksual. 18 Dalam beberapa budaya, seperti di Amerika Utara dan Selatan, komunikasi tentang masalah seksual adalah tabu dan dikelilingi oleh mitos, sehingga sebagian remaja mengeksplorasi seksualitas mereka sendiri Gardiner Kosmitzki, 2008. Selain itu, dalam penelitian Bertrand, Ward Pauc Gardiner Kosmitzki, 2008 tentang budaya Maya di Guatemala, melaporkan bahwa remaja menerima sedikit pendidikan atau informasi tentang seks. Anak perempuan tidak belajar tentang menstruasi sampai mereka mengalami menarche dan juga memiliki beberapa sumber untuk belajar tentang seksual. Sebaliknya, anak laki-laki belajar tentang perkembangan fisik disekolah, dari teman atau bahkan dari televisi atau film. Menurut Ruan, selain melarang hubungan seksual sebelum menikah, beberapa masyarakat memiliki ketabuan ketat tentang kegiatan atau aktivitas seksual. Di China, satu-satunya perilaku seksual yang diakui secara hukum dan moral adalah hubungan heteroseksual dalam perkawinan monogami. Dengan demikian, prostitusi, poligami, nikah diluar hubungan, homoseksualitas adalah varian perilaku seksual yang menyimpang Gardiner Kosmitzki, 2008. Menurut Negara 2005 seksualitas memiliki makna yang lebih luas, karena meliputi semua aspek yang berhubungan dengan seks yang bisa meliputi nilai, sikap, orientasi dan perilaku. Secara dimensional seksualitas dibagi dalam dimensi biologi, psikososial, perilaku, klinis dan kultural. Perilaku seksual adalah salah satu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19 dimensional seksualitas. Seksualitas diciptakan oleh budaya dengan mendefinisikan beberapa perilaku yang berhubungan dengan seksual serta dipelajari dari pola yang ada di masyarakat. Individu belajar dan menginterpretasikan perilaku seksual dengan konteks sosiokultural yang diperoleh dari simbol bahasa dan percakapan. Kenyataannya adalah perubahan perilaku seksual terjadi dimana- mana dan faktor penyebabnya adalah sebagai berikut Negara, 2005 : a. Semakin terbukanya informasi seksualitas. Semua bentuk media merupakan refleksi perubahan dan akibatnya seks semakin tidak dianggap sebagai suatu yang menimbulkan tabu, rasa malu dan misterius. b. Perubahan peran gender. Perempuan diperlakukan sebagai makhluk yang pasif dan tidak responsif secara seksual, sedagkan laki-laki dianggap sebagai agressor seksual. c. Semakin diterimanya seks untuk tujuan rekreasi dan relasi sebagai lawan dari reproduksi. Jadi secara kontekstual, seks adalah bagian dari seksualitas yang lebih luas dan perilaku seksual adalah bagian dari suatu dimensi seksualitas. Selain itu, budaya memberikan pengaruh yang cukup besar dalam gender, seksualitas manusia, dan perilaku manusia. 20

4. Pengertian Pendidikan Seks