Pengetahuan Keterampilan PEMBAHASAN 1. Sikap

90

2. Pengetahuan

Orang tua memiliki pengetahuan yang terbatas mengenai seks. Pengetahuan yang terbatas disebabkan karena orang tua seringkali kurang paham mengenai seks, sehingga mereka kurang berfungsi sebagai sumber pendidikan seks Sarwono, 2005: 196. Selain itu, dari pengetahuan yang rendah tentang pendidikan seks menyebabkan rasa rendah diri pada orang tua dan sikap enggan dalam memberikan infromasi mengenai seks Nugraha dalam Marpaung Setiawan, tanpa tahun. Berdasarkan pengetahuan yang dimiliki, orang tua akan memberikan pendidikan seks ketika anak memasuki usia remaja. Hal ini sejalan dengan Mu’tadin Evi Karota Yesi Ariani, 2005 bahwa pendidikan seks atau informasi seks sudah seharusnya diberikan ketika remaja, agar remaja tidak mencari informasi dari orang lain atau dari sumber yang tidak jelas. Pemberian informasi seks menjadi penting karena remaja berada pada potensi seksual yang aktif akibat dari dorongan seksual yang dipengaruhi oleh perubahan hormonal. Namun, pernyataan tersebut berlawanan dengan pendapat Siti Rahayu Risnawati, 2002 jika pendidikan seks yang diberikan sebelum anak menginjak masa remaja, maka akan menerima keterangan- keterangan yang tidak menimbulkan emosi dan orang tua dapat memberikan bekal pengertian mengenai perubahan-perubahan fisik yang akan dialaminya pada masa remaja. Hal ini karena pemberian penerangan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91 seks pada remaja dapat menimbulkan emosi-emosi tertentu, terutama jika hal itu baru pertama kali diketahuinya.

3. Keterampilan

Orang tua memiliki keterampilan yang terbatas. Keterbatasan ini diantaranya adalah kesulitan orang tua mengenai cara mengkomunikasikan seks menjelaskan, menerangkan, dan menyampaikan sesuai dengan kondisiusia anak. Hal tersebut sejalan menurut Widjanarko Evi Karota Yesi Ariani, 2005 bahwa orang tua tidak tahu cara memberikan informasi yang tepat mengenai seks, karena mereka tidak tahu cara berkomunikasi tentang seks pada anak, dan karena orang tua tidak memiliki pengalaman dalam memberikan informasi tentang seks. Orang tua juga tidak mengetahui batasan mana yang diinformasikan dan mana yang tidak diinformasikan untuk anak. Hal ini sejalan dengan pernyataan Murdijana dalam Creagh 2004 orang tua merasa tidak nyaman karena tidak mengetahui batasan informasi yang pantas untuk diberitahukan kepada anak. Selain itu, kurangnya inisiatif aktif dari orang tua untuk memberikan edukasi mengenai seks pada anak dan orang tua tidak cukup yakin akan kemampuan mereka sendiri untuk menjelaskan informasi berkenaan tentang seks sehingga yang terjadi adalah orang tua menjadi pasif dan menghindari pembicaraan mengenai seks. Suwardi 2009 menyatakan bahwa kedudukan orang tua dalam sebagian masyarakat Jawa, terlebih PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92 masyarakat pedesaan, sejauh ini tidak tidak memiliki fungsi sepenuhnya mengenai seks. Hal ini berkaitan dengan perasaan enggan dan pandangan yang masih sempit sehingga menjadi faktor penghalang pengungkapan seks di keluarga. Terlebih bagi orang tua yang memiliki sifat risih atau tidak blak-blakan dan sangat menjunjung etika ketimuran. Selain itu, Maharani 2006 menambahkan bisa jadi orang tua kurang memahami pentingnya pendidikan seks untuk anak dan mereka khawatir akan informasi mengenai seks dapat menyesatkan dan menjeruskan anak dalam perilaku seks yang tidak benar.

4. Kondisi Keluarga