dengan variasi konsentrasi 1,5g-9g 3-18 memberikan nilai regresi linear yang lebih kecil yakni r = 0,9718 dan juga oleh karena konsentrasi 9g 18
sudah melebihi batas atas konsentrasi yang ditetapkan Rowe et al 2009. Dari orientasi faktor sorbitol terhadap daya sebar juga didapatkan variasi konsentrasi
tersebut karena melihat nilai regresi linear variasi konsentrasi tersebut memberikan nilai r = 0,9922, jika dibandingkan dengan variasi 1,5g-6g r =
0,9844, dengan notabene pada konsentrasi 9g 18 juga sudah melebihi batas atas konsentrasi yang ditetapkan. Maka dari itu level rendah dan tinggi yang
didapatkan dari orientasi ini yakni 1,5g level rendah dan 7,5g level tinggi.
E. Pembuatan Sediaan Gel Ekstrak Etanol Daun Binahong
Bentuk sediaan yang dibuat pada penelitian ini adalah hidrogel. Hidrogel dipilih karena senyawa flavonoid yang terkandung dalam ekstrak daun binahong
dapat larut dalam pelarut air, selain itu juga memiliki pelepasan obat yang baik, memberikan efek mendinginkan serta mudah dicuci dengan air Voight, 1994.
Pembuatan gel ekstrak etanol daun binahong ini menggunakan Carbopol 940 sebagai gelling agent serta sorbitol sebagai humektan. Menurut Rowe et al
2009, Carbopol 940 sebagai fungsinya sebagai basis gel memiliki konsentrasi yang digunakan sebesar 0,5-2. Pemilihan Carbopol 940 sebagai gelling agent
karena menurut hasil penelitian Putri, Saifullah, Munawaroh 2012 bahwa gel basis Carbopol memiliki penampakan secara organoleptis yang lebih menarik,
viskositas, daya proteksi serta daya sebar yang lebih baik daripada gel basis HPMC. Dan juga digunakan sorbitol yang berfungsi sebagai humektan Rowe, et
al ., 2009. Humektan membantu menjaga kelembaban kulit dengan mekanisme
yaitu menjaga kandungan air pada lapisan stratum korneum serta mengikat air dari lingkungan ke kulit Leyden and Rawlings, 2002. Range konsentrasi sorbitol
sebagai humektan yaitu 0,5-15. Sediaan hidrogel juga mudah ditumbuhi bakteri atau mikroba karena
hidrogel memiliki susunan utama 85-95 air Buchmann, 2001, oleh karena itu perlu ditambahkannya bahan pengawet pada formula. Metil paraben merupakan
bahan pengawet yang lebih baik dibandingkan propil paraben karena kelarutannya yang lebih baik dalam air. Kelarutan metil paraben dalam air yakni 1:400 jika
dibanding dengan propil paraben yakni 1:2500 Rowe, et al., 2009. Metil paraben juga berfungsi sebagai antimikroba dan stabil pada sediaan berair dengan pH
sekitar 3-7. Konsentrasi metil paraben yang digunakan sebagai antimikroba pada sediaan topikal yaitu 0,02-0,3 Rowe, et al., 2009.
Triethanolamine TEA pada sediaan ini digunakan sebagai agen
pembasa meningkatkan pH sediaan agar sediaan mencapai pH yang sesuai dengan karakteristik pH kulit yaitu 5,5-6,5 Tranggono and Latifah, 2007, selain
itu juga dapat digunakan sebagai emulsifying agent pembentuk massa gel Rowe, et al., 2009. Penelitian ini menginginkan pH sediaan gel mencapai 6
karena diaplikasikan pada kulit wajah Sukatta, et al., 2008, dan pH ini juga masih masuk dalam range yang dinyatakan oleh Tranggono and Latifah 2007.
Formula pada penelitian ini merupakan hasil modifikasi yang mengacu pada formula gel anti jerawat ekstrak etanol buah pare Momordica charantia
Laianto, 2014. Modifikasi yang dilakukan ialah perubahan ekstrak buah pare PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menjadi ekstrak etanol daun binahong Anredera cordifolia Ten. Steenis. dengan jumlahnya yang mengacu pada Prijayanti 2011, gelling agent HPMC
serta humektan propilengilkol, menjadi gelling agent Carbopol 940 dan humektan sorbitol dimana jumlah Carbopol 940 dan sorbitol mengacu pada Rowe et al
2009, serta tanpa penggunaan propil paraben. Dari formula yang diacu Laianto, 2014, bahan yang dipertahankan yakni trietanolamin, metil paraben, pelarut
aquadest, hanya saja dirubah komposisinya sesuai literatur. Modifikasi ini dilakukan agar didapatkan sediaan gel dengan karakter fisik serta stabilitasnya
yang lebih baik. Karakteristik fisik yang dinginkan dari hasil modifikasi ini adalah viskositas yang sesuai hasil orientasi, daya sebar yakni 3-5 cm Aeni, Sulaiman,
Mulyani, 2012, serta pergeseran viskositas yang kurang dari 10 secara statistik Yuliani, 2010. Faktor yang dilihat pada penelitian ini adalah Carbopol 940 dan
sorbitol, karena pada kedua faktor ini dapat mempengaruhi karakteristik fisik maupun stabilitas sediaan. Level Carbopol 940 yang digunakan dalam formula
adalah 0,3 gram level rendah dan 0,75 gram level tinggi. Kemudian untuk sorbitol yakni 1,5 gram level rendah dan 7,5 gram level tinggi.
Formulasi gel ekstrak etanol daun binahong ini dimulai dengan tahap pengembangan Carbopol 940 dengan aquadest yang didiamkan selama 24 jam.
Selanjutnya pada proses mixing, metil paraben dilarutkan terlebih dahulu dengan etanol 70, lalu secara berurutan yakni sorbitol dan ekstrak daun binahong. Metil
paraben dalam tahap ini tidak langsung dilarutkan dengan sorbitol karena metil paraben jauh lebih baik kelarutannya dalam etanol dengan perbandingan yakni 1 :
2, di lain sisi juga sorbitol yang lebih larut dalam pelarut air dengan perbandingan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1 : 0,5 1 : 8,3 terhadap etanol Rowe, et al., 2009. Campuran ini kemudian ditambahkan pada Carbopol 940 yang telah dikembangkan, lalu dilakukan mixing
menggunakan blender selama 5 menit dengan skala putar 1. TEA ditambahkan ke dalam campuran hingga pH 6 pada menit pertama selama proses mixing hingga
terbentuk massa gel. Selanjutnya sediaan gel ditutup dengan kertas wrap untuk selanjutnya disimpan di lemari penyimpanan.
F. Uji Sifat Fisik dan Stabilitas Fisik Gel