Dalam sebuah cerita pelukisan tokoh dilakukan dengan cara deskriptif langsung teknik analitis, telling dan tidak langsung teknik dramatik, showing
yang kesemuanya itu mesti lewat kata -kata. Teknik analitis adalah pelukisan tokoh yang dilakukan dengan memberi deskripsi kedirian tokoh yang berupa sifat,
watak, tingkah laku atau ciri fisiknya secara langsung. Sedangkan teknik dramatik ditunjukkan dengan kehadiran tokoh melalui aktivitas yang dilakukan tokoh, baik
lewat kata atau tingkah laku dan juga melalui peristiwa yang terjadi. Penampilan tokoh secara dramatik dapat dilakukan dengan sejumlah teknik. Berbagai teknik
yang dimaksud adalah cakapan, tingkah laku, pikiran dan perasaan, arus kesadaran, reaksi tokoh, dan reaksi toko h lain Nurgiyantoro, 1955: 194
—209. 1 Teknik cakapan berkaitan dengan percakapan yang dilakukan oleh tokoh
cerita, biasanya dimaksudkan untuk menggambarkan sifat -sifat tokoh yang bersangkutan atau sekaligus mencerminkan kehadiran tokoh pelakunya.
2 Tingkah laku berkaitan dengan apa yang dilakukan dalam wujud tindakan dan tingkah laku. Tingkah laku itu menunjukkan reaksi, tanggapan, sifat dan sikap
yang mencerminkan kehadiran tokoh. 3 Pikiran dan perasaan berkaitan dengan keadaan dan jalan pikiran se rta
perasaan, apa yang sedang melintas di dalam pikiran dan perasaan, serta apa yang sering dipikirkan dan dirasakan tokoh.
4 Arus kesadaran merupakan sebuah teknik narasi yang berusaha menangkap pandangan dan aliran proses mental, di mana tanggapan inder a bercampur
dengan kesadaran dan ketaksadaran pikiran, perasaan, ingatan, harapan, dan asosiasi-asosiasi acak.
5 Reaksi tokoh berkaitan dengan reaksi tokoh terhadap suatu kejadian, masalah, keadaan, kata, dan sikap tingkah laku orang lain yang berupa “ran gsang’ dari
luar dari tokoh yang bersangkutan. Bagaimana tokoh terhadap hal -hal tersebut dapat dipandang sebagai suatu bentuk penampilan yang mencerminkan sifat -
sifat kedirian tokoh. 6 Teknik reaksi tokoh lain berkaitan dengan reaksi yang diberikan tokoh lain
terhadap tokoh utama yang berupa pandangan, pendapat, sikap, komentar dan lain-lain, atau berkaitan dengan penilaian kehadiran tokoh utama oleh tokoh -
tokoh lain. Dalam penelitian ini, analisis tokoh dan penokohan digunakan untuk
mengetahui sikap, watak, tingkah laku, atau ciri -ciri fisik tokoh secara langsung. Analisis tokoh dan penokohan juga digunakan untuk menggambarkan aktivitas
yang dilakukan oleh tokoh, baik lewat kata atau tingkah laku dan melalui peristiwa yang terjadi.
d. Latar
Menurut Abrams via Nurgiyantoro, 1998: 216, latar atau setting
menunjukkan pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa -peristiwa yang diceritakan. Nurgiyantoro 1998:
227 —234 menyatakan bahwa latar mencakup tiga unsur, yaitu latar tempat, latar
waktu, dan latar sosial. Latar tempat menunjukkan pada lokasi terjadinya peristiwa dalam karya fiksi. Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan
terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi, sedangkan latar
sosial menunjuk pada hal -hal yang berhubungan dengan perilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan.
2. Psikologi Sastra
Karya sastra merupakan cerminan kehidupan nya ta. Aspek-aspek kehidupan manusia dijadikan sebagai objek utama psikologi sastra, sebab semata -
mata dalam diri manusia itulah, sebagai tokoh -tokoh kejiwaan dicangkokkan dan diinvestasikan Ratna, 2004: 343. Endraswara mengemukakan bahwa psikologi
sastra merupakan sebuah interdisipliner antara psikologi dan sastra 2008: 16. Mempelajari psikologi sama halnya dengan mempelajari manusia dari sisi dalam.
Aspek dalam yang acap kali bersifat subjektif, yang membuat pemerhati sastra menganggapnya berat. Psikologi sastra merupakan cabang ilmu sastra yang
mendekati sastra dari sudut pandang psikologi. Perhatiannya diarahkan k epada pengarang dan pembaca psi kologi komunikasi sastra ataupun teks sastra itu
sendiri. Pendekatan psikologi terhadap sebuah teks sastra da pat dilangsungkan secara deskriptif belaka, namun sering mendekati suatu penafsiran sastra
Hartoko dan Rahmanto, 1986: 126 —127.
Guna menjawab penyebab terjadi nya konflik batin tokoh Lintang , akan digunakan teori kebutuhan yang dikemukakan oleh Abraham M aslow. Teori ini
digunakan sebagai dasar penelitian terhadap novel Lintang.
3. Psikologi Abraham Maslow
Psikologi menurut Maslow via Walgito, 2010: 91 haruslah manusiawi, yaitu lebih memusatkan perhatiannya pada masalah -masalah kemanusiaan.
Psikologi haruslah mempelajari kedalaman sifat manusia, selain mempelajari
perilaku yang nampak juga mempelajari perilaku y ang tidak nampak; mempelajari ketidaksadaran sekaligus mempelajari kesadaran.
Maslow melandasi teori kepribadiannya dengan motivasi sebagai penggerak tingkah laku manusia.
Motivasi adalah dorongan yang timbul dari dalam individu sebagai hasil kesatuan terpadu yang memiliki tujuan atau keinginan tertentu, yaitu mewujudkan
kebutuhan-kebutuhan manusiawi sehingga tidak dapat dilepaskan dari kehidupan tidak sadar.
Maslow berpendapat bahwa kebutuhan manusia memiliki tingkatan, tingkatan kebutuhan manusia yang dimaksud, yaitu kebutuhan fisik, kebutuhan
rasa aman, kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki, kebutuhan akan harga diri, dan kebutuhan aktual isasi diri Naisaban, 2004: 278
—279. Kebutuhan dasar dan universal tersebut jika disusun dalam diagram, tampak sebagai berikut.
Kebutuhan yang ada di bawah pemuasnya lebih mendesak daripada kebutuhan yang ada di atasnya. Maslow menambahkan bahwa individu tidak akan
1. Kebutuhan-kebutuhan dasar fisiologis 2. Kebutuhan akan rasa aman
3. Kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki 4. Kebutuhan akan penghargaan
5. Kebutuhan akan aktualisasi diri
5.
3. 2.
1. 4.