8 Tanda bahaya akhirnya benar -benar mendatangkan bencana. Setelah
Anggit tahu aku tetap mendaftar di Fakultas Kimia dan Ilmu Tanah, akhirnya ia mengirim surat, dan menyatakan tidak bisa melanjutkan
hubungannya denganku. hlm. 41
Setelah berumah tangga, kehidupan tokoh utama mulai dipenuhi dengan konflik. Kurangnya kasih sayang dan ketidaksetiaan suaminya menjadi awal konflik
dalam kehidupan rumah tangganya. Hal ini ditunjukkan pada kutipan berikut. 9
“Aku sudah tahu semuanya Ma s,” kataku datar. “Maksud kamu?” jawab Mas Aji di antara kepulan asap rokoknya.
“Tentang Utari,” kata Utari sengaja kutekan, dan pandangan mataku tajam memerhatikan wajahnya. Aku ingin tahu dampak dari kata -kataku
itu. Tetap saja, yang aku saksikan sosok Aji yang seperti biasanya. Aji yang selalu tenang, cuek, seolah tak pernah memiliki masalah. hlm. 79
b. Tahap tengah
Tahap tengah dapat disebut juga sebagai tahap pertikaian. Tahap ini menampilkan pertentangan atau konflik yang sudah dimunculkan pada ta hap
sebelumnya menjadi semakin meningkat dan menegangkan Aristote les via Nurgiyantoro, 1995: 142
—146. Pada novel Lintang, tahap tengah ini dimulai dengan perselingkuhan tokoh
utama dengan Anggoro sebagai akibat kurangnya kasih sayang dari suaminya. Hal ini terdapat pada kutipan berikut.
10 Dua manusia yang sama -sama punya masalah rumah tangga. Si wanita
yang suaminya cuek, kurang memberi perhatian, dihadapkan pada sosok laki-laki yang sangat perhatian, berwibawa, juga mampu memberi
ketenangan jiwa lewat keluasaan ilmu yang dia tampilkan. Sementara si laki-laki yang sering kali hasratnya kepada sang istri tak tersampaikan,
dihadapkan pada wanita cantik, yang jelas -jelas sedang butuh perhatian. Wanita yang darah cintanya sedang bergelora. Ibarat boto l bertemu
tutupnya, sepasang manusia itu bisa saling melengkapi, saling memberi. Ikrar cinta itupun terucap. hlm. 181
Konflik mulai memuncak ketika tokoh utama mencoba untuk jujur kepada suaminya mengenai hubungannya dengan Anggoro. Kejujuran tokoh uta ma yang
diperlihatkan dengan menyerahkan secarik kertas buram bertuliskan From Cilacap with Love, membuat suaminya marah. Hal ini terdapat pada kutipan berikut.
11 Tanpa bicara, kuserahkan lipatan kertas buram itu. Suamiku tak sabar
membuka dan membacanya. Kulihat wajahnya menunjukkan ekspresi terkejut, atau tak percaya dengan apa yang ia baca.
Di kertas itu, pada bagian akhir tertulis From Cilacap with Love . Juga nama yang begitu jelas tertulis, “Anggoro Bekti Setiawan.”
Wajah suamiku mendadak berubah. Merah padam menahan amarah. Tatap matanya garang, baru kali ini aku melihat suamiku dengan tatapan
mata sebegitu tajamnya. Bibirnya terkatup rapat. Berdirinya begitu tegak. Sementara jemarinya menggenggam, begitu erat. hlm. 194
Konflik pada novel ini me ncapai klimaksnya pada saat tokoh utama tidak dapat menahan gejolak hatinya untuk mengungkapkan rahasianya bersama Anggoro
saat berada di Kaliurang. Ia tak dapat lagi menahan ganjalan yang menyiksa hati yang mengakibatkan dirinya stres dan juga sering meng urung diri di kamar. Sebagai
konsekuensi kejujurannya, tamparan keras dari suaminya dia rasakan. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut.
12 Dan aku tetap, tetap saja mengurung diri dalam kamar. Efek dari
keterusteranganku kemarin sore tak begitu terasa. Mas Aji belum tahu yang sesungguhnya. Belum tahu peristiwa yang membuatku stres,
memendam rasa bersalah yang tak terukur besarnya. Perasaanku memang sedikit lebih ringan, tapi rasa bersalah itu tak berubah. Sesal berselimut
dosa. hlm. 196
13 “Apa lagi yang kau sembunyikan? Apa yang kamu lakukan dengannya?”
“Aku … pernah ke Kaliurang berdua,” kataku terbata -bata. Plak
Tiba-tiba kurasakan tamparan yang k eras dari Mas Aji yang tak bisa menguasai diri, mendarat di pipiku. Tamparan itu menjadi tamparan
pertama dan terakhir seorang Aji Suprayogo.