142. Sebuah plot haruslah terdiri dari tahap awal, tahap tengah,dan tahap akhir Aristoteles via Nurgiyantoro, 1995: 142 -146.
1 Tahap awal Tahap awal dari sebuah cerita biasanya disebut sebagai perkenalan. Tahap
ini memperkenalkan situasi latar dan tokoh-tokoh cerita yang muncul. Sedikit demi sedikit konflik mulai dimunculkan.
2 Tahap tengah Tahap tengah dapat disebut juga sebagai tahap pertikaian. Tahap ini
menampilkan pertentangan atau konflik yang sudah dimunculkan pada tahap sebelumnya menjadi semakin meningkat
dan menegangkan. Konflik yang dikisahkan dapat berupa konflik internal, yaitu konflik yang terjadi dalam diri
seorang tokoh, ataupun konflik eksternal yang merupakan konflik atau pertentangan yang terjadi antar tokoh ceri ta. Dalam tahap tengah inilah klimaks
ditampilkan, yaitu ketika konflik telah mencapai titik intensitas tertinggi. 3 Tahap akhir
Tahap akhir sebuah cerita dapat disebut juga sebagai tahap peleraian. Menurut Tasrif via Wahyuningtyas, 2011: 6 tahapan pada plot dibedakan
menjadi lima, yaitu: 1 Tahapan situation
Tahap ini berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh cerita. 2 Tahap generating circimtances
Tahap ini berisi masalah -masalah dan peristiwa yang menyulut terjadinya konflik mulai dimunculkan.
3 Tahap rising action Tahap ini berarti konflik yang dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin
berkembang. 4 Tahap climax
Tahap klimaks merupakan tahap yang berisi pertentangan atau konflik yang terjadi pada tokoh cerita ketika mencapai titik p uncak.
5 Tahap denouement Tahap ini berisi penyesuaian dari konflik yang terjadi.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori yang dikemukakan oleh Aristoteles via Nurgiyantoro, yakni menganalisis alur dengan membedakannya
menjadi tiga tahap, yaitu tah ap awal, tahap tengah, dan tahap akhir.
b. Tokoh
Berdasarkan pandangan Lukens, tokoh cerita dapat dipahami sebagai kumpulan kualitas mental, emosional, dan sosial yang membedakan seseorang
dengan orang lain via Nurgiyantoro, 2005: 223. Pengertian tokoh menurut Nurgiyantoro 2005: 418 adalah subjek yang dikisahkan dalam karya sastra.
Menurut Sudjiman 1991: 16 —17, tokoh merupakan individu rekaan yang
mengalami peristiwa atau berlakuan di dalam berbagai peristiwa cerita. Tokoh biasanya berwujud manusia, tetapi dapat juga berwujud binatang atau benda yang
diinsankan. Tokoh dalam karya sastra hanya bersifat rekaan. Tokoh tersebut bisa saja ada kemiripan dengan individu tertentu dalam hidup ini, artinya ia memiliki
sifat-sifat yang sama dengan seseorang yang kita kenal dalam hidup kita.
Dalam sebuah fiksi, tokoh dibedak an menjadi dua dilihat dari segi fungsi atau tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita, yaitu tokoh utama sentral
dan tokoh tambahan bawahan Wahyuningtyas, 2011: 3. Tokoh utama atau tokoh sentral adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya. Tokoh
utama merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian
maupun yang dikenai kejadian. Menurut Nurgiyantoro, tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan 2002: 176.
Sudjiman menyatakan b ahwa tokoh yang memegang peran pimpinan disebut tokoh utama. Kriteria yang digunakan untuk menentukan tokoh utama
bukanlah frekuensi kemunculan tokoh itu dalam cerita, melainkan intensitas keterlibatan tokoh di dalam peristiwa -peristiwa yang membangun ceri ta 1991:
17 —18
Tokoh tambahan atau tokoh bawahan adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya dalam sebuah cerita tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk
mendukung tokoh utama. Tokoh ini kemunculannya dalam sebuah cerita lebih sedikit dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama.
c. Penokohan
Penganalisaan tokoh tidak dapat lepas dari watak yang dimiliki tokoh. Penokohan menurut Sudjiman merupakan penyajian watak dan penciptaan tokoh,
baik dari ciri-ciri lahir dan sifat serta sik ap batin 1988: 23. Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang yang ditampilkan dalam suatu cerita Jones
via Nurgiyantoro, 2002: 165. Dalam sebuah cerita, kerjasama antara tokoh yang satu dengan yang lain sangat dibutuhkan.