35 Berbeda dengan Nurgiyantoro, Sabarti Akhadiah 1988: 37 menyatakan
bahwa penguasaan unsur-unsurtulisan serta kosa kata dan struktur tata bahasa merupakan aspek pemerolehan keterampilan dalam kemampuan menulis. Dengan
kata lain, penilaian menulis puisi menggunakan unsur-unsur pembangun puisi sebagai aspek-aspek yang dinilai. Unsur-unsur pembangun puisi tersebut antara
lain 1 tema dan amanat, 2 citraan atau pengimajinasian, 3 kata konkret, 4 diksi atau pemilihan kata, 5 tipografi, dan 6 bahasa figuratif atau pendayaan
majas. Dari berbagai pendapat di atas, penilaian menulis puisi dalam penelitian ini
menggunakankriteria yang merupakan gabungan dari pendapat Burhan Nurgiyantoro dan Sabarti Akhadiyah. Sehingga kriteria penilaian keterampilan
menulis puisi menjadi: 1 kebaruan tema dan makna, 2 pengimajinasian, 3 ketepatan diksi, 4 pendayaan pemajasan, 5 tipografi dan 6 penggunaan kata
konkret.
C. Karakteristik Siswa Kelas V SD
Siswa sekolah dasar, menurut Elfi Yuliani Rochmah 2005: 163 termasuk ke dalam masa kanak-kanak akhir karena pada masa ini berjalan dari umur 6 atau 7
tahun sampai dengan kurang lebih 12 atau 13 tahun. Masa sekolah anak diawali dengan tercapainya kematangan bersekolah yang meliputi kematangan intelektual,
fisik, moral, dan sosial Moh.Kasiram dalam Rochmah, 2005: 163. Kematangan secara intelektual berarti anak sudah dapat menerima materi
secara sistematis, berkesinambungan, menyimpan dan pada akhirnya dapat
36 memunculkan kembali pelajaran tersebut. Kematangan fisik dimaksudkan saat
anak sudah sanggup untuk mematuhi peraturan di sekolah secara jasmaniah. Selanjutnya yang dimaksud dengan kematangan moral adalah jika anak sanggup
untuk menerima pelajaran yang berhubungan dengan moral dan budi pekerti pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ataupun semua mata pelajaran yang
didalamnya tersirat pengetahuan tentang moral dan budi pekerti dan anak sanggup melaksanakannya.
Sedangkan kematangan sosial, diartikan sebagai kesanggupan anak untuk hidup dan menyesuaikan diri dengan masyarakat yang ada di sekitarnya. Tentu
saja kematangan anak yang satu dengan yang lainnya berbeda tergantung pada keadaan fisik dan mental anak. Pendapat Moh. Kasiram diperjelas oleh Rochmah
2005:165 yang menyatakan pada usia ini, merupakan usia kreatif. Hal ini didasari oleh sebuah penelitian mengenai kreativitas yang menunjukkan bahwa
tingkat kreativitas anak-anak lebih besar apabila tidak dihalangi oleh lingkungan semacam kritik atau cemoohan orang dewasa. Anak-anak pada usia ini juga
cenderung menyalurkan tenaganya ke dalam kegiatan-kegiatan kreatif. Sependapat dengan Moh.Kasiram mengenai kematangan intelektual, Piaget
Sugihartono, dkk. 2007: 109 membagi tahap perkembangan kognitif individu menjadi empat, yaitu.
1. Tahap sensori motor 0-2 tahun
Pada tahap ini, intelegensi anak terlihat dalam bentuk aktivitas motorik. Aktivitas motorik ini terjadi karena adanya stimulasi sensorik. Dari berbagai
pengamatan yang dilakukan Piaget, disimpulkan bahwa selama tahap sensori
37 motorik ini anak berkembang melalui suatu proses yang dinamakan proses
desentrasi yang artinya anak dapat memandang dirinya sendiri dan lingkungan sebagai dua entitas yang berbeda Piaget, dalam F.J. Monks, dkk. 2006: 220.
2. Praoperasional 2-7 tahun
Anak dalam tahap ini diawali dengan penguasaan bahasa yang sistematis, permainan simbolis, imitasi serta bayangan dalam mental. Ini berarti anak sudah
dapat melakukan tingkah laku simbolis dan tidak lagi merespon begitu saja terhadap stimulus-stimulus seperti pada tahap sebelumnya. Anak-anak dalam
tahap ini juga mampu mengadakan representasi dunia pada tingkatan yang konkret Monks, dkk. 2006: 221. Ciri-ciri anak yang berada dalam tahap ini
adalah cara berpikirnya masih egosentris, hanya dapat memusatkan perhatian pada satu dimensi saja, dan berpikir tidak dapat dibalik ir-reverseable.
3. Operasional konkret 7-11 tahun
Pada tahap ini, cara berpikir anak yang kurang egosentris berkurang, anak mampu memusatkan perhatian pada lebih dari satu dimensi sekaligus dan anak
juga mampu berpikir reversibilitas dibalik. Piaget Jarvis, 2010: 149 juga menyatakan bahwa anak sudah cukup matang untuk menggunakan pemikiran
logika atau operasi, tetapi hanya untuk obyek fisik yang ada saat ini. 4.
Operasional formal 12-15 tahun Cara berpikir anak operasional formal adalah bersifat deduktif-hipotesis dan
kombinatoris Monks, dkk. 2006: 223. Artinya, dalam memecahkan masalah, anak menganalisis masalahnya kombinatoris kemudian membuat hipotesis
penyelesaiannya dan selanjutnya membuat strategi penyelesaiannya.
38 Menurut penjelasan di atas, perkembangan kognitif anak usia sekolah dasar
menurut Piaget berada pada tahap operasional konkret. Anak dapat menggunakan logika, berpikir reversibilitas, dapat memusatkan pada lebih dari satu dimensi
pada saat yang bersamaan, dan egosentrisnya berkurang. Dari berbagai pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
karakteristik siswa kelas V SD dengan usia kurang lebih 11 tahun dapat dikatakan sudah matang secara intelektual seperti dapat berpikir diversibitas, memusatkan
pada lebih dari satu dimensi pada saat bersamaan, dan sifat egosentris mulai berkurang. Kemudian juga sudah menunjukkan kematangan fisik, sosial, moral
seperti dapat mematuhi peraturan sekolah, beradaptasi dengan lingkungan sekitar, dan dapat menerima pembelajaran yang di dalamnya terdapat pesan-pesan moral.
Selain itu, tingkat kreativitas anak juga tinggi.
D. Model Active Learning Teknik Imajinasi