per kapita ekonomi kerakyatan per kapita dapat digunakan sebagai pendekatan untuk mengetahui tingkat pendapatan penduduk di suatu wilayah.
Dalam penentuan batasan ranges untuk PDRB diasumsikan pendapatan minimum penduduk adalah 1 per hari. Penetapan nilai minimum tersebut didasarkan pada
standar pendapatan minimum yang ditetapkan FAO sebesar 2 per hari, namun karena nilai tersebut relatif tinggi jika diterapkan untuk tingkat pendapatan rata-
rata penduduk Indonesia maka diturunkan menjadi 1 per hari. Karena mengacu pada standar FAO maka nilai rupiah PDRB dikonversi ke dalam bentuk dollar ,
dalam hal ini diasumsikan nilai 1 dollar saat ini adalah Rp 11.000,-. Semakin tinggi tingkat pendapatan penduduknya, maka semakin baik kondisi akses
pangannya. Jika tingkat pendapatan penduduk lebih kecil dari 1095 per tahun, maka akses pangannya termasuk dalam kategori rendah.
Data PDRB ekonomi kerakyatan di 27 desakelurahan yang ada di Provinsi Sumatera Utara tidak dapat diperoleh karena belum pernah dilakukan survei oleh
instansi manapun, sehingga dengan demikian analisis indikator ini belum dapat dilakukan.
5.1.7 Persentase penduduk yang tidak tamat pendidikan dasar SD
Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan serta diakui sebagai kebutuhan pokok manusia secara keseluruhan. Semakin tinggi tingkat
pendidikan masyarakat maka semakin baik sumber dayanya. Ketidakmampuan menyelesaikan pendidikan dasar dapat dikatakan sebagai akibat dari kemiskinan.
Ini mencerminkan bahwa seseorang harus meninggalkan bangku sekolah karena berbagai alasan. Isu kemiskinan dan ketidakmampuan untuk memenuhi biaya
Universitas Sumatera Utara
pendidikan merupakan alasan utama seseorang tidak menyelesaikan pendidikan. Alasan yang lain adalah jauhnya jarak sekolah ke perumahan, yang
menggambarkan fasilitas infrastruktur yang tidak memadai. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin tinggi peluangkesempatannya untuk
memperoleh mata pencaharian yang lebih baik. Hal ini tentunya akan berdampak pada tingkat pendapatan dan aksesnya terhadap pangan menjadi semakin lebih
baik.
Tabel 19. Frekuensi dan Persentase Desa Menurut Penduduk yang Tidak Tamat Pendidikan Dasar di Provinsi Sumatera Utara Tahun
2008 - 2012
Tahun Kondisi Akses Pangan
Sangat Rendah
Rendah Cukup
Rendah Cukup
Tinggi Tinggi
Sangat Tinggi
=50 40 - 50
30 - 40 20 - 30
10 - 20 10
2008 Jumlah
- -
- 1
4 22
- -
- 3,70
14,81 81,48
2009 Jumlah
- -
- -
5 22
- -
- -
18,52 81,48
2010 Jumlah
- -
- -
4 23
- -
- -
14,81 85,19
2011 Jumlah
- -
- -
4 23
- -
- -
14,81 85,19
2012 Jumlah
- -
- -
4 23
- -
- -
14,81 85,19
Sumber: Data diolah dari Lampiran 10, 14, 18, 22, 26 Dari tabel di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2008-2012 distribusi kondisi
akses pangan seluruhnya berada pada kondisi akses pangan cukup tinggi sampai sangat tinggi untuk indikator persentase penduduk yang tidak tamat pendidikan
dasar. Di tahun 2008, sebanyak 1 desa 3,70 berada pada kondisi akses pangan
Universitas Sumatera Utara
cukup tinggi, 4 desa 14,81 berada pada kondisi akses pangan tinggi dan 22 desa 81,48 berada pada kondisi akses pangan sangat tinggi. Tahun 2009,
sebanyak 5 desa 18,52 berada pada kondisi akses pangan tinggi dan 22 desa 81,48 berada pada kondisi akses pangan sangat tinggi. Pada tahun 2010-2012,
sebanyak 4 desa 14,81 berada pada kondisi akses pangan tinggi dan 23 desa 85,19 berada pada kondisi akses pangan sangat tinggi.
Tingkat pendidikan berkaitan erat dengan kemiskinan. Jika kemiskinan untuk mengenyam pendidikan turun maka akses terhadap pendapatan rendah.
Pendidikan tidak secara langsung menjamin akses pangan tapi melalui perantara, kesempatan untuk memperoleh pekerjaan dan nafkah menjadi lebih baik. Tingkat
pendidikan yang rendah pada dasarnya dapat mempengaruhi dalam pencarian nafkahsumber penghidupan. Dengan kata lain, tingkat pendidikan yang rendah
menyebabkan tingkat perekonomian yang rendah pula.
Mengamati situasi dunia pendidikan dasar di Indonesia yang sangat memprihatinkan tersebut ternyata dengan adanya upaya pemerintah menetapkan
wajib belajar sekolah dasar tahun 1984 belum memberikan hasil yang berarti. Kesenjangan akses di bidang pendidikan dasar penyelesaiannya memerlukan
penanganan yang terintegrasi dan terfokus karena masalah pendidikan tidak berdiri sendiri. Untuk itu perlu adanya perhatian yang serius dari pemerintah
setempat serta masyarakat yang peduli terhadap pendidikan secara meluas terhadap masalah pendidikan, baik secara kuantitas dan kualitas.
5.2 Ketersediaan Pangan Strategis di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011