Persentase jalan yang tidak dapat dilalui kendaraan roda empat

Jumlah 11 1 1 1 2 11 40,47 3,70 3,70 3,70 7,41 40,74 2012 Jumlah 12 - 1 1 2 11 44,44 - 3,70 3,70 7,41 40,74 Sumber: Data diolah dari Lampiran 8, 12, 16, 20, 24 Dari data di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2008-2012 distribusi kondisi akses pangan cukup rendah sampai sangat rendah dengan cukup tinggi sampai sangat tinggi untuk indikator ketersediaan pangan dapat dikatakan hampir merata, sebanyak 13 desa 48,15 masuk ke dalam kondisi akses pangan cukup rendah sampai sangat rendah dan 14 desa 51,85 berada pada kondisi akses cukup tinggi sampai sangat tinggi. Tinggi rendahnya rasio konsumsi normatif dipengaruhi oleh jumlah pangan pokok beras, jagung, ubi kayu, dan ubi jalar yang tersedia dan konsumsi masyarakat selama satu periodik. Semakin tinggi konsumsi masyarakat dibandingkan jumlah pangan pokok yang tersedia maka rasio konsumsi normatif akan menunjukkan kondisi akses pangan yang rendah, begitu juga sebaliknya.

5.1.2 Persentase jalan yang tidak dapat dilalui kendaraan roda empat

Salah satu indikator utama untuk melihat kondisi akses pangan dari aspek fisik adalah infrastruktur jalan. Pertimbangannya mengingat bahwa sarana tersebut paling penting untuk perhubungantransportasi darat. Sarana jalan memfasilitasi masyarakat menjadi dekat dengan pasar dan fasilitas lain. Keterbelakangan infrastruktur menghalangi laju perkembangan dari suatu wilayah. Akses jalan memberikan akses yang lebih baik ke pasar bagi produsen, penjual, dan pembeli. Jalan memungkinkan orang untuk mengakses pelayanan dasar lainnya seperti pendidikan, kesehatan, dan sebagainya yang sangat penting untuk memperbaiki Universitas Sumatera Utara standar kehidupan. Karena itu, semakin baik akses jalan suatu wilayah maka semakin baik pula aksesnya terhadap pangan. Ditinjau dari faktor persentase jalan yang tidak dapat dilalui kendaraaan roda 4, penggolongan tingkat akses pangan dari 27 desa yang dijadikan sampel untuk mengetahui situasi akses pangan di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2008- 2012 adalah sebagai berikut. Tabel 15. Frekuensi dan Persentase Desa Menurut Jalan yang Tidak Dapat Dilalui Kendaraan Roda 4 di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008 - 2012 Tahun Kondisi Akses Pangan Sangat Rendah Rendah Cukup Rendah Cukup Tinggi Tinggi Sangat Tinggi =30 25 - 30 20 - 25 15 - 20 10 - 15 10 2008 Jumlah 5 - 1 2 2 17 18,52 - 3,70 7,41 7,41 62,96 2009 Jumlah 5 - 1 2 2 17 18,52 - 3,70 7,41 7,41 62,96 2010 Jumlah 4 - 1 - 1 21 14,81 - 3,70 - 3,70 77,78 2011 Jumlah 4 - 1 - 1 21 14,81 - 3,70 - 3,70 77,78 2012 Jumlah 4 - 1 - 1 21 14,81 - 3,70 - 3,70 77,78 Sumber: Data diolah dari Lampiran 10, 14, 18, 22, 26 Dari data di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2008 dan 2009 distribusi kondisi akses pangan cukup rendah sampai sangat rendah dengan cukup tinggi sampai sangat tinggi untuk indikator persentase jalan yang tidak dapat dilalui kendaraan roda 4 dapat dikatakan tidak merata, sebanyak 6 desa 22,22 masuk ke dalam Universitas Sumatera Utara kondisi akses pangan cukup rendah sampai sangat rendah dan 21 desa 77,78 berada pada kondisi akses cukup tinggi sampai sangat tinggi. Pada tahun 2010- 2012, sebanyak 5 desa 18,52 masuk ke dalam kondisi akses pangan cukup rendah sampai sangat rendah dan 22 desa 81,48 berada pada kondisi akses cukup tinggi sampai sangat tinggi. Kurangnya akses terhadap infrastruktur dapat menyebabkan kemiskinan lokal, dimana masyarakat yang tinggal di daerah terisolir atau terpencil dengan kondisi geografis yang sulit sehingga kurang memiliki kesempatan ekonomi dan pelayanan jasa yang memadai. Kelompok miskin ini masih kurang mendapat akses terhadap program pembangunan pemerintah. Kurang memadainya kualitas jalan atau bahkan tidak tersedianya akses jalan menunjukkan bahwa pembangunan jalan oleh pemerintah belum menjangkau daerah tersebut.

5.1.3 Persentase desa yang tidak mempunyai pasar dan jarak terdekat pasar 3 km