cukup tinggi, 4 desa 14,81 berada pada kondisi akses pangan tinggi dan 22 desa 81,48 berada pada kondisi akses pangan sangat tinggi. Tahun 2009,
sebanyak 5 desa 18,52 berada pada kondisi akses pangan tinggi dan 22 desa 81,48 berada pada kondisi akses pangan sangat tinggi. Pada tahun 2010-2012,
sebanyak 4 desa 14,81 berada pada kondisi akses pangan tinggi dan 23 desa 85,19 berada pada kondisi akses pangan sangat tinggi.
Tingkat pendidikan berkaitan erat dengan kemiskinan. Jika kemiskinan untuk mengenyam pendidikan turun maka akses terhadap pendapatan rendah.
Pendidikan tidak secara langsung menjamin akses pangan tapi melalui perantara, kesempatan untuk memperoleh pekerjaan dan nafkah menjadi lebih baik. Tingkat
pendidikan yang rendah pada dasarnya dapat mempengaruhi dalam pencarian nafkahsumber penghidupan. Dengan kata lain, tingkat pendidikan yang rendah
menyebabkan tingkat perekonomian yang rendah pula.
Mengamati situasi dunia pendidikan dasar di Indonesia yang sangat memprihatinkan tersebut ternyata dengan adanya upaya pemerintah menetapkan
wajib belajar sekolah dasar tahun 1984 belum memberikan hasil yang berarti. Kesenjangan akses di bidang pendidikan dasar penyelesaiannya memerlukan
penanganan yang terintegrasi dan terfokus karena masalah pendidikan tidak berdiri sendiri. Untuk itu perlu adanya perhatian yang serius dari pemerintah
setempat serta masyarakat yang peduli terhadap pendidikan secara meluas terhadap masalah pendidikan, baik secara kuantitas dan kualitas.
5.2 Ketersediaan Pangan Strategis di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011
Universitas Sumatera Utara
Komoditi pangan yang sangat vital di Provinsi Sumatera Utara meliputi beras, jagung, kedelai, ubi jalar, ubi kayu, kacang tanah, cabai merah, bawang merah,
minyak goreng, gula pasir, daging sapi, daging ayam, telur, dan ikan. Komoditi pangan ini merupakan komoditi pangan strategis dikarenakan pola konsumsi
penduduk di Provinsi Sumatera Utara yang lazim menggunakan bahan pangan ini yang sudah menjadi budaya di masyarakatnya.
Ketersediaan pangan ditentukan oleh produksi pangan di suatu wilayah, perdagangan pangan melalui mekanisme pasar di wilayah tersebut, stok yang
dimiliki oleh pedagang dan cadangan pemerintah, serta bantuan pangan dari pemerintah atau organisasi lainnya. Untuk mengetahui surplus atau defisitnya
ketersediaan pangan di suatu wilayah dapat diperoleh dengan mengurangkan jumlah ketersediaan pangan dengan jumlah konsumsi pangan penduduk di
wilayah tersebut. Tabel di bawah ini menunjukkan ketersediaan pangan strategis di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2011 adalah sebagai berikut.
Tabel 20. Ketersediaan Pangan Strategis di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011
Komoditi Pangan
Produksi Stok
Impor Ekspor
Jumlah Kebutuhan
Kebutuhan Surplus
Ton Ton
Ton Ton
Ton RT Ton
Non RT Ton Defisit
Beras 2.110.531
52.095 -
- 2.162.626
1.406.362 502.878
253.387 Jagung
1.327.768 -
168.199 360
1.495.607 1.688
981.043 512.875
Kedelai 14.049
- 91.826
- 105.875
39.726 21.576
44.573 Ubi Jalar
217.382 -
- 4.267
213.155 16.617
26.346 170.152
Ubi Kayu 1.087.955
- -
42 1.087.913
98.795 57.785
931.333 Kacang Tanah
10.956 -
8.972 90
19.838 7.660
11.152 1.026
Cabai Merah 197.783
- -
- 197.783
76.984 8.593
112.205 Bawang Merah
12.449 -
710 49
13.110 33.754
418 -21.062
Minyak Goreng 2.281.020
- -
1.857.960 423.060
92.693 126.491
203.876 Gula Pasir
144.622 -
- -
144.622 123.461
5.441 15.720
Daging Sapi 16.352
- -
- 16.352
13.891 2.376
85 Daging Ayam
48.249 -
- -
48.249 29.470
5.658 13.121
Universitas Sumatera Utara
Telur 106.905
- -
- 106.905
49.722 2.191
54.992 Ikan
121.098 -
- -
121.098 338.446
3.633 -220.981
Sumber: Data diolah dari Lampiran 28 Dari tabel di atas menunjukkan bahwa ketersediaan pangan strategis di Provinsi
Sumatera Utara pada tahun 2011 termasuk dalam kondisi surplus pangan. Dari 14 komoditi pangan strategis tersebut terdapat 12 komoditi pangan yang mengalami
surplus, yaitu beras, jagung, kedelai, ubi jalar, ubi kayu, kacang tanah, cabai merah, minyak goreng, gula pasir, daging sapi, daging ayam, dan telur, sedangkan
2 komoditi pangan lainnya mengalami defisit dikarenakan ketersediaan pangan komoditi tersebut yang tidak mampu memenuhi jumlah kebutuhankonsumsi
pangan, yaitu bawang merah dan ikan dengan nilai defisit sebesar 21.062 ton untuk bawang merah dan 220.981 ton untuk ikan.
Ketersediaan pangan dipengaruhi oleh produksi, stok, impor dan ekspor pangan. Sedangkan konsumsi pangan ditentukan oleh pola konsumsi pangan masyarakat
dan jumlah penduduk. Penting untuk mengetahui bahwa sifat dari produk pangan yang bersifat musiman, maka diperlukan pengelolaan yang tepat agar ketersediaan
pangan di Provinsi Sumatera Utara dapat terjaga sepanjang tahun. Ketersediaan pangan tersebut harus cukup jumlah, jenis, mutu, dan stabil penyediaannya dari
waktu ke waktu.
5.3 Tingkat Ketahanan Pangan Strategis di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011