1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana akses pangan masyarakat di daerah penelitian selama 5 tahun
2008-2012? 2.
Bagaimana tingkat ketersediaan pangan pada tahun 2011 di daerah penelitian?
3. Bagaimana tingkat ketahanan pangan pada tahun 2011 di daerah penelitian?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Untuk menganalisis akses pangan masyarakat di daerah penelitian selama 5 tahun 2008-2012.
2. Untuk menganalisis tingkat ketersediaan pangan pada tahun 2011 di daerah
penelitian. 3.
Untuk menganalisis tingkat ketahanan pangan pada tahun 2011 di daerah penelitian.
1.4 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Sebagai bahan informasi bagi setiap kalangan untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai akses dan ketersediaan pangan di Provinsi Sumatera
Utara.
Universitas Sumatera Utara
2. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah dan lembaga lainnya dalam
pengambilan kebijakan mengenai akses dan ketersediaan pangan di Provinsi Sumatera Utara.
3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak-pihak yang membutuhkan
baik dari pihak akademis maupun non-akademis.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA
PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Pangan
Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang
berkualitas untuk melaksanakan pembangunan nasional. Undang-undang No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan mengamanatkan, bahwa Pemerintah bersama
masyarakat bertanggungjawab mewujudkan ketahanan pangan. Pemerintah menyelenggarakan pengaturan, pembinaan, pengendalian, dan pengawasan
terhadap kesediaan pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, bergizi, beragam, merata, dan terjangkau oleh daya beli masyarakat. Selanjutnya,
masyarakat berperan dalam menyelenggarakan produksi dan penyediaan, perdagangan dan distribusi, serta sebagai konsumen yang berhak memperoleh
pangan yang aman dan bergizi Lubis dkk, 2008.
Menurut Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan, pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa definisi pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari
sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan dan minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan
tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan dan minuman
Tulung dkk., 2011.
Universitas Sumatera Utara
Pangan meliputi produk serealia, kacang-kacangan, minyak nabati, sayur-sayuran, buah-buahan, rempah, gula, dan produk hewani. Karena porsi utama dari
kebutuhan kalori harian berasal dari sumber pangan karbohidrat, yaitu sekitar separuh dari kebutuhan energi per orang per hari, maka yang digunakan dalam
analisa kecukupan pangan yaitu karbohidrat yang bersumber dari produksi pangan pokok serealia Hoddinott dan Yohannes, 2002.
2.1.2 Pengertian Akses dan Ketersediaan Pangan
Ketahanan pangan mengandung dua unsur utama yaitu ketersediaan pangan dan akses masyarakat sampai ke tingkat rumah tangga terhadap pangan. Meskipun
akses rumah tangga terhadap pangan merupakan unsur yang sangat penting dalam menentukan tingkat ketahanan pangan, namun ketersediaan pangan di tingkat
nasional merupakan syarat utama untuk mencapai ketahanan pangan. Ketahanan pangan di tingkat nasional merupakan prakondisi penting dalam memupuk
ketahanan pangan di tingkat rumah tangga. Sedangkan ketahanan pangan di tingkat nasional atau regional dapat dimonitor dari indikator penawaran,
permintaan stok, dan perdagangan pangan Suryana, 2004.
Ketersediaan pangan merupakan jumlah pangan yang tersedia untuk dikonsumsi penduduk suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu. Ketersediaan pangan
ditentukan oleh produksi pangan domestik, stokcadangan pedagang dan pemerintah, impor dan ekspor pangan di wilayah bersangkutan.
Akses pangan tingkat rumah tangga ialah kemampuan suatu rumah tangga untuk memperoleh pangan yang cukup secara terus-menerus melalui berbagai cara,
seperti produksi pangan rumah tangga, persediaan pangan rumah tangga,
Universitas Sumatera Utara
jual-beli, tukar-menukarbarter, pinjam-meminjam, dan pemberian, atau bantuan pangan. Akses pangan merupakan salah satu dimensi dari 3
dimensi ketahanan pangan, selain ketersediaan pangan dan penyerapan pangan, dan dikategorikan menjadi akses fisik, akses ekonomi dan sosial
Badan Ketahanan Pangan, 2008.
2.1.3 Program Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara
Pentingnya ketahanan pangan dalam pembangunan nasional sudah bukan lagi topik perdebatan. Pemerintah dan rakyat, yang diwakili oleh parlemen dan
organisasi non-pemerintah, sepakat bahwa ketahanan pangan harus menjadi salah satu prioritas dalam pembangunan nasional. Paling tidak ada tiga alasan penting
yang melandasi kesadaran semua komponen bangsa atas pentingnya ketahanan pangan. Pertama, akses atas pangan yang cukup dan bergizi bagi setiap penduduk
merupakan salah satu pemenuhan hak azasi manusia. Kedua, konsumsi pangan dan gizi yang cukup merupakan basis bagi pembentukan sumberdaya manusia
yang berkualitas. Ketiga, ketahanan pangan merupakan basis bagi ketahanan
ekonomi, bahkan bagi ketahanan nasional suatu negara berdaulat Suryana, 2004.
Ketahanan pangan diartikan sebagai terpenuhinya pangan dengan ketersediaan yang cukup, tersedia setiap saat di semua daerah, mudah memperoleh, aman
dikonsumsi dan harga yang terjangkau. Hal ini diwujudkan dengan bekerjanya subsistem ketersediaan, subsistem distribusi dan subsistem konsumsi
Anonimous
1
, 2012. Tujuan program ketahanan pangan adalah : 1
Meningkatnya ketersediaan pangan. 2
Mengembangkan diversifikasi pangan.
Universitas Sumatera Utara
3 Mengembangkan kelembagaan pangan.
4 Mengembangkan usaha pengelolaan pangan.
Sasaran yang ingin dicapai dari program ini adalah : 1
Tercapainya ketersediaan pangan di tingkat regional dan masyarakat yang cukup.
2 Mendorong partisipasi masyarakat dalam mewujudkan ketahanan pangan
meningkatnya keanekaragaman konsumsi pangan masyarakat dan menurunnya ketergantungan pada pangan pokok beras melalui pengalihan
konsumsi non beras.
Pelaksanaan program peningkatan ketahanan pangan ini dioperasionalkan dalam bentuk 4 empat kegiatan pokok sebagai berikut :
1 Peningkatan mutu intensifikasi yang dilaksanakan dalam bentuk usaha
peningkatan produktivitas melalui upaya penerapan teknologi tepat guna, peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani dalam rangka penerapan
teknologi spesifik lokasi. 2
Peluasan areal tanam ekstensifikasi yang dilaksanakan dalam bentuk pengairan serta perluasan baku lahan dan peningkatan indeks pertanaman
melalui percepatan pengolahan tanah, penggarapan lahan tidur dan terlantar. 3
Pengamanan produksi yang ditempuh melalui penggunaan teknologi panen yang tepat, pengendalian organisme pengganggu tanaman dan bantuan sarana
produksi terutama benih, pada petani yang lahannya mengalami puso.
Universitas Sumatera Utara
4 Rehabilitas dan konservasi lahan dan air tanah, dilaksanakan dalam bentuk
upaya perbaikan kualitas lahan kritismarginal dan pembuatan terasering serta embung dan rorakjebakan air.
2.2 Landasan Teori 2.2.1 Akses Pangan
Aksesibilitas accessibility didefinisikan sebagai tingkat kemampuan untuk mencapai atau mendapatkan barang dan jasa yang diperlukan. Akses adalah
tingkat kesulitan atau kemudahan penduduk untuk memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan. Ketahanan pangan di suatu wilayah dan masyarakat
dicerminkan oleh kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya,
aman, merata dan terjangkau, yang prosesnya dipengaruhi oleh beberapa faktor pendukung baik langsung maupun tidak langsung. Peran akses pangan cukup
strategis, hal ini dikarenakan ketahanan pangan tidak hanya tercermin oleh ketersediaan pangan yang cukup, namun juga oleh terpenuhinya akses pangan
baik secara fisik, ekonomi maupun sosial dimana saja dan kapan saja Badan Ketahanan Pangan, 2008.
2.2.1.1 Akses Fisik
Akses pangan menunjukkan adanya jaminan bahwa setiap individu mempunyai sumberdaya yang cukup untuk mengakses kebutuhan pangan sesuai norma gizi.
Jumlah pangan yang cukup dapat berasal dari kegiatan fisik melalui produksi sendiri atau pun dengan membeli. Persediaan pangan wilayah yang mencukupi
kecukupan pemenuhan kebutuhan pangan setiap individu dalam wilayah tersebut
Universitas Sumatera Utara
sangat dibutuhkan untuk menjamin akses pangan wilayah tersebut. Pangan harus dapat tersedia secara fisik untuk seluruh anggota keluarga. Pangan juga harus
tersedia secara terus-menerus dalam suatu pasarwarung dimana rumah tangga tidak dapat memproduksi sendiri pangan yang dibutuhkannya Sharma, 1992.
Ketersediaan pangan adalah satu hal yang penting, meskipun faktor ini saja tidak cukup untuk menggambarkan akses pangan di suatu wilayah.
Ketersediaan pangan tidak hanya diperoleh dari produksi pangan biji-bijian di suatu wilayah saja, tetapi juga berasal dari kondisi netto ekspor dan
impor yang diperoleh melalui berbagai jalur. Meskipun demikian, pada tingkat mikro, misalnya tingkat kabupatenkota dan tingkat yang lebih
rendah, sangat sukar sekali untuk mengetahui arus pemasukan dan pengeluaran pangan biji-bijian tersebut. Oleh sebab itu, sebagai indikator
ketersediaan pangan ini, menggunakan proporsi konsumsi normatif terhadap ketersediaan netto padi, jagung, ubi kayu dan ubi jalar yang layak
dikonsumsi manusia Badan Ketahanan Pangan, 2011.
Akses fisik akan menentukan apakah sumber pangan yang dikonsumsi akan dapat ditemui dan mudah diperoleh. Kemudahan dalam memperoleh pangan ditunjang
oleh tersedianya sarana fisik yang cukup dalam memperoleh pangan. Kemudahan dalam memperoleh pangan ditunjang oleh sarana fisik seperti tersedianya sarana
pasar yang cukup dalam mempermudah memperoleh pangan. Pasar adalah tempat para pembeli dan penjual bertemu untuk berdagang. Transaksi yang terjadi
khususnya antara orang-orang yang belum dikenal, dan dilakukan secara tunai. Pasar timbul setelah terjadi proses ekonomi yang didasari oleh perencanann yang
Universitas Sumatera Utara
bersifat kekeluargaan. Pasar pada saat ini berkembang jauh lebih luas dan lebih penting sebagai faktor penentu bagi produksi dan distribusi. Selain sarana pasar,
akses jalan yang lebih baik akan mendukung perbaikan kondisi ekonomi di suatu daerah, melalui peningkatan akses infrastruktur dasar seperti sekolah, rumah sakit,
pasar, dll. Indikator jumlah desa dalam suatu wilayah yang tidak dapat dilalui kendaraan roda empat dan desa yang tidak mempunyai pasar dan jarak terdekat ke
pasar lebih dari 3 km digunakan sebagai indikator pada akses fisik untuk infrastruktur Badan Ketahanan Pangan, 2011.
2.2.1.2 Akses Ekonomi
Kegiatan ekonomi suatu keluarga dalam pemenuhan pangan adalah mendapatkan, menghasilkan atau menerima uang, pangan, dan yang lainnya; mengkonsumsi,
membelanjakan, memberi atau mengumpulkan uang, pangan dan asetharta lain; dan mengutang serta membayar kembali hutang tersebut. Berdasarkan
matapencahariannya, suatu keluarga dapat mempunyai satu atau lebih sumber pangan dan sumber pendapatan untuk membeli pangan dan keperluan-keperluan
lain, memelihara menjaga, meningkatkan aset-aset produktifnya, dan memenuhi kewajiban-kewajiban sosial di dalam masyarakat
World Food Programme, 2009.
Mata pencaharian berhubungan erat dengan akses pangan yang meliputi produksi rumahtangga dan alat untuk memperoleh pendapatan. Mata pencaharian meliputi
suatu kemampuan rumah tangga, aset-aset dan aktivitas yang diperlukan untuk menjamin kebutuhan dasar makanan, tempat tinggal, kesehatan, pendidikan, dan
pendapatan. Suatu mata pencaharian dapat terus-menerus jika dapat dengan
Universitas Sumatera Utara
sukses mengaturnya dan mengurangi tekanan-tekananmasalah eksternal, memelihara atau meningkatkan aset-asetnya, dan menghidupi generasi-generasi
masa depan World Food Programme, 2009.
Fungsi dari akses terhadap sumber nafkah adalah daya beli rumah tangga, berarti akses pangan terjamin seiring terjaminnya pendapatan dalam jangka panjang,
keterjangkauan pangan bergantung pada kesinambungan sumber nafkah. Rendahnya pendapatan seseorang merupakan rintangan lain yang menyebabkan
orang tidak mampu membeli pangan dalam jumlah yang diperlukan. Jumlah orang miskin mencerminkan kelompok yang tidak punya akses yang cukup terhadap
sumber nafkah yang produktif. Semakin besar jumlah orang miskin, semakin rendah daya akses terhadap pangan dan semakin tinggi derajat kerawanan pangan
di wilayah tersebut. Menurut FAO, penduduk dikatakan miskin apabila pendapatannya 2 per hari World Food Programme, 2009.
Rumah tangga dapat dikatakan tahan pangan apabila tercukupinya permintaan akan pangan. Pengukuran operasional atas permintaan akan pangan tersebut
dalam jangka waktu pendek dapat dipakai untuk memonitor akses ekonomi rumah tangga akan pangan, yaitu pendapatanpengeluaran Sharma, 1992.
2.2.1.3 Akses Sosial
Akses sosial rumah tangga terhadap pangan merupakan suatu aksescara untuk mendapatkan pangan yang dibutuhkan dalam pemenuhan kebutuhan pangannya
melalui berbagai dukungan sosial, seperti bantuandukungan sosial dari keluargakerabat, tetangga, serta teman. Bantuandukungan dari saudarakerabat,
tetangga, atau teman dapat berupa bantuan pinjaman uangpangan, pemberian
Universitas Sumatera Utara
bantuan pangan, pertukaran pangan, dan lain sebagainya. Selain dari dukungan sosial, kerawanan pangan berdasarkan akses sosial dapat dilihat dari tingkat
pendidikannya MacArthur dan John, 1998.
2.2.2 Ketersediaan Pangan
Ketersediaan pangan adalah ketersediaan pangan secara fisik di suatu wilayah dari segala sumber, baik itu produksi pangan domestik, perdagangan pangan dan
bantuan pangan. Ketersediaan pangan ditentukan oleh produksi pangan di wilayah tersebut, perdagangan pangan melalui mekanisme pasar di wilayah tersebut, stok
yang dimiliki oleh pedagang dan cadangan pemerintah, dan bantuan pangan dari pemerintah atau organisasi lainnya World Food Programme, 2009.
Menurut Thomas Robert Malthus menyebutkan dalam teorinya bahwa pertumbuhan penduduk akan selalu mengikuti deret ukur, sedangkan ketersediaan
pangan akan mengikuti deret hitung. Teori tersebut terkenal dengan teori ledakan penduduk di suatu wilayah yang tidak diimbangi dengan ketersediaan pangan
Wicaksono, 2011.
Teori Malthus menghendaki produksi pangan melebihi dari pertumbuhan penduduk, sehingga berdasarkan pada teori ini dapat diprediksikan bahwa suatu
saat lahan pertanian akan hilang. Disebabkan karena adanya perkembangan yang pesat pada pembukaan dan penggunaan lahan untuk pemukiman penduduk
Kompasiana, 2012.
Ketersediaan pangan harus dikelola dengan baik, sehingga walaupun produksi pangan bersifat musiman, terbatas dan tersebar antar wilayah pangan yang
Universitas Sumatera Utara
tersedia bagi masyarakat harus cukup jumlah dan jenisnya, serta stabil penyediaannya dari waktu ke waktu Suryana, 2004.
2.2.3 Ketahanan Pangan
Ketahanan pangan merupakan bagian terpenting dalam pemenuhan hak atas pangan sekaligus merupakan salah satu pilar utama hak azasi manusia. Ketahanan
pangan juga merupakan bagian sangat penting dari ketahanan nasional. Secara nasional ketahanan pangan tidak identik dengan ketahanan rumah tangga sebab
tanpa memperhatikan unsur-unsur produksi, distribusi, harga dan pendapatan, mustahil ketahanan pangan tingkat rumah tangga dapat terwujud. Sungguhpun
demikian, rumah tangga sebagai unit masyarakat terkecil, merupakan penguat utama pilar ketahanan pangan nasional. Karenanya, membangun ketahanan
pangan merupakan bagian penting dari program ketahanan pangan Badan Ketahanan Pangan, 2012.
Ketahanan pangan terwujud bila dua kondisi terpenuhi yaitu : 1 setiap saat tersedia pangan yang cukup baik jumlah maupun mutu, aman, merata dan
terjangkau dan 2 setiap rumah tangga, setiap saat, mampu mengkonsumsi pangan yang cukup, aman, bergizi dan sesuai pilihannya, untuk menjalani hidup
sehat dan produktif. Konsep ketahanan pangan nasional tersebut, memberi penekanan pada akses setiap rumah tangga dan individu terhadap pangan yang
cukup, bermutu, bergizi dan berimbang, dan harganya terjangkau, meskipun begitu setiap individu yang menjadi anggota keluarga dalam suatu rumah tangga
mendapat akses pangan yang sama sesuai kebutuhan individu tersebut Anonimous
2
, 2012.
Universitas Sumatera Utara
Ketidakmampuan daerah tertentu dalam memenuhi kebutuhan pangan di wilayahnya termasuk dalam kasus golongan rawan pangan. Situasi seperti ini
menunjukkan bahwa daerah ataupun wilayah tersebut berada dalam kelompok yang mempunyai ketahanan pangan rendah. Ketahanan pangan sangat erat
kaitannya dengan faktor ketersediaan pangan yang ada di daerah tersebut. Ketersediaan pangan merupakan suatu ukuran pangan dimana pangan tersebut
secara fisik sudah atau akan tersedia selama satu periode Soetrisno, 1996.
2.3 Kerangka Pemikiran
Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya,
aman, merata dan terjangkau. Ketahanan pangan mengandung dua unsur utama yaitu ketersediaan pangan dan akses masyarakat sampai ke tingkat rumah tangga
terhadap pangan. Meskipun akses rumah tangga terhadap pangan merupakan unsur yang sangat penting dalam menentukan tingkat ketahanan pangan, namun
ketersediaan pangan di tingkat nasional merupakan syarat utama untuk mencapai ketahanan pangan.
Akses pangan menunjukkan adanya jaminan bahwa setiap individu mempunyai sumberdaya yang cukup untuk mengakses kebutuhan pangan sesuai norma gizi.
Jumlah pangan yang cukup dapat berasal dari kegiatan fisik melalui produksi sendiri atau pun dengan membeli. Persediaan pangan wilayah yang mencukupi
kecukupan pemenuhan kebutuhan pangan setiap individu dalam wilayah tersebut sangat dibutuhkan untuk menjamin akses pangan wilayah tersebut. Akses pangan
terdiri dari akses fisik rasio konsumsi normatif terhadap ketersediaan bersih
Universitas Sumatera Utara
pangan pokok, persentase jalan yang tidak dapat dilalui kendaraan roda empat, persentase desa yang tidak mempunyai pasar dan jarak terdekat pasar lebih dari 3
km, akses ekonomi persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan, persentase penduduk yang bekerja kurang dari 36 jam per minggu, nilai PDRB
ekonomi kerakyatan per kapita dan akses sosial persentase penduduk yang tidak tamat SD.
Ketersediaan pangan adalah ketersediaan pangan secara fisik di suatu wilayah dari segala sumber, baik itu produksi pangan domestik, perdagangan pangan dan
bantuan pangan. Ketersediaan pangan ditentukan oleh produksi pangan di wilayah tersebut, perdagangan pangan melalui mekanisme pasar di wilayah tersebut, stok
yang dimiliki oleh pedagang dan cadangan pemerintah, serta bantuan pangan dari pemerintah atau organisasi lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Secara sistematis kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:
Keterangan : : Menyatakan hubungan
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
+ Produksi pangan + Stok pangan
+ Impor dan Ekspor pangan
- Konsumsi pangan
Ketersediaan Pangan
Akses Pangan
Akses fisik :
• Rasio konsumsi normatif terhadap ketersediaan bersih pangan pokok • Persentase jalan yang tidak dapat dilalui kendaraan roda empat
• Persentase desa yang tidak mempunyai pasar dan jarak terdekat pasar
lebih dari 3 km
Akses ekonomi : • Persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan
• Persentase penduduk yang bekerja kurang dari 36 jam per minggu • Nilai PDRB ekonomi kerakyatan per kapita
Akses sosial : • Persentase penduduk yang tidak tamat SD
Ketahanan Pangan
0,8 RP 1,2
Tahan Pangan Rentan
RP 1,2
Tahan Pangan
RP 0,8
Rawan Pangan
Universitas Sumatera Utara
2.4 Hipotesis Penelitian