Koperasi Tahu Tempe STRATEGI PENGEMBANGAN KOPERASI

Laporan Akhir Kajian Implikasi Strategi Koperasi dalam Rangka Otonomi Daerah III-17

b. Koperasi Tahu Tempe

Berikut akan disampaikan keragaan koperasi tahu tempe dari berbagai karakteristik fisik yang terukur, antara lain keaktifan unit koperasi di setiap propinsi, jumlah koperasi total, jumlah manajer yang dimiliki, jumlah karyawan, besarnya modal dari sumber anggota sendiri, besarnya modal dari sumber luar, volume usaha yang dikembangkan, dan besarnya sisa hasil usaha. Hasil analisis komponen utama dari kesebelas peubah tersebut ditampilkan pada Tabel 3.9. Tabel 3.9. Nilai Korelasi antara Peubah Asal dan Komponen Utama Kinerja Koperasi Tahu – Tempe Berdasarkan Data Statistik Koperasi di 27 Propinsi Variable asal Factor 1 Factor 2 Jumlah koperasi aktif 0.917 0.051 Jumlah koperasi tidak aktif -0.191 -0.238 Jumlah anggota 0.546 0.116 Rapat Anggota Tahunan 0.949 0.083 Jumlah manajer 0.967 0.136 Jumlah karyawan 0.907 0.266 Jumlah modal sendiri 0.870 0.340 Jumlah modal luar 0.711 0.663 Volume usaha 0.835 0.486 SHU -0.084 0.971 Expl. Var 5.799 1.902 Prp. Totl 0.580 0.190 Berdasarkan hasil analisis tersebut diketahui bahwa keragaan sebelas peubah penduga kinerja koperasi tahu tempe di 27 propinsi dapat diwakili oleh 2 peubah baru yang menerangkan 77 ragam seluruh peubah tersebut. Keragaan dari kedua peubah baru tersebut secara terstruktur dapat menerangkan hubungan antar peubah asal yang selanjutnya disebut sebagai Profil-1 dan Profil-2. Secara ringkas hubungan structural kedua peubah penting tersebut dapat diterangkan sebagai berikut : • Profil-1 : Secara terstruktur profil-1 menunjukkan keterkaitan erat antara keaktifan koperasi dengan aktifitas rapat anggota tahunan dengan jumlah manajer, jumlah karyawan dalam organisasi koperasi, besarnya modal yang diperoleh dari anggota sendiri dan modal yang dijaring dari pihak luar, serta volume usaha yang dijalankan. • Profil-2 : Profil-2 menunjukkan peran peubah SHU dan modal yang diperoleh dari luar. Laporan Akhir Kajian Implikasi Strategi Koperasi dalam Rangka Otonomi Daerah III-18 Secara garis besar hasil yang diperoleh sama dengan struktur hubungan yang dihasilkan pada hasil analisis KUD, yaitu sisa hasil usaha tidak dapat dijadikan sebagai tolok ukur untuk melihat banyaknya organisasi koperasi yang aktif. Peubah baru terekstrak tersebut merupakan bahan untuk analisis gerombol, yang menghasilkan tipologi koperasi tahu-tempe sebagaimana ditampilkan pada Tabel 3.10. Berdasarkan tabel tersebut diketahui koperasi tahu tempe di-27 propinsi dapat dikategorikan dalam 3 kelompok besar. Tabel 3.10. Tipologi Koperasi Tahu – Tempe dan Karakteristik Pencirinya di 27 Propinsi di Indonesia Tipologi Propinsi Anggota Karakteristik Penciri 1 Jabar, Jateng, Jatim Jumlah koperasi aktif relative tinggi dengan kinerja koperasi tahu tempe yang terbaik dibandingkan dengan dua kelompok lainnya, namun besaran SHU secara relative terkecil 2 DI Aceh, Jambi, Sumsel, Bengkulu, Lampung, DIY,Bali, NTB, NTT, Kalbar, Kalteng, Kaltim, Sulut, Sulteng, Sulsel, Sultra, Maluku Jumlah koperasi aktif di kelompok ini relative terburuk dibandingkan dengan dua kelompok lainnya dengan SHU secara relative tertinggi dibandingkan dengan dua kelompok lain 1 dan 4 3 DKI Memiliki karakteristik ekslusif dimana besaran SHU tertinggi. Karakteristiknya tidak terdiskriminasi karena anggotanya ekslusif 1 buah 4 Sumut, Sumbar, Riau, Kalsel, Irja Jumlah koperasi tahu tempe aktif relative baik dan kinerja koperasi relative lebih baik Laporan Akhir Kajian Implikasi Strategi Koperasi dalam Rangka Otonomi Daerah III-19

c. Koperasi industri – kerajinan