Laporan Akhir
Kajian Implikasi Strategi Koperasi dalam Rangka Otonomi Daerah
V-1
5
KOPERASI DALAM OTONOM DAERAH
5.1. Substansi Otonom Daerah
Secara subtantif otonomi daerah mengandung hal-hal desentralisasi dalam hal bidang politik, ekonomi dalam rangka kemandirian ekonomi daerah dan desentralisasi
fiskal. Otonomi daerah pada hakekatnya ialah demokrasi di bidang pemerintahan. Secara
filosofis dapat dilihat hal-hal pokok dalam otonomi daerah dimana dengan implementasi otonomi daerah maka akan terdapat indikasi sebagai berikut:
1. Semua persoalan daerah atau lokal akan selesai di tingkat lokal. Jadi masalah-
masalah di kabupaten tidak perlu dibawa ke propinsi atau ke pusat, demikian juga persoalan propinsi tidak dibawa ke pusat, persoalan desa tidak harus ke
kabupaten dan seterusnya.
2. Daerah akan berkembang dengan prakarsanya sendiri berdasarkan kewenangan
dan tanggungjawab yang dimilikimya. 3.
sifat-sifat atau ciri-ciri khusus daerah atau lokalitas sangat dihargai dan dipertimbangkan, dan tidak ada lagi upaya-upaya penyeragaman .
4. Adanya pembagian tugas dan tanggung jawab secara tegas antara legislatir dan
eksekutif untuk pengembangan daerah bagi kesejahteraan masyarakat yang dipertanggung jawabkan secara administratif, sosial dan moral.
5. Partisipasi masyarakat berkembang, secara dinamis pada setiap denyut daerah
sebagai kesatuan masyarakat hukum. Prinsip otonomi daerah yang meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Penyelenggaraan otonomi daerah, yang sebelumnya dilakukan dengan pola
bertahap, sekarang dilakukan melalui pola-pola penyerahan urusan total, bulat, utuh dan menyeluruh, kecuali atas bidang hubungan luar negeri, pertahanan
keamanan, peradilan, moneter dan agama.
2. Propinsi dapat diperlakukan sebagai daerah otonom dan wilayah administratrif,
karena tetap mendapat tugas dan tanggung jawab desentralisasi dan dekonsentralisasi. Dengan sendirinya, status Gubernur sebagai Kepala Daerah
dan sebagai Kepala Wilayah masih tetap dipertahankan. Namun terhadap daerah kabupaten dan kota hanya diperlakukan prinsip desentralisasi, sehingga
keduanya berfungsi hanya sebagai daerah otonom.
3. peraturan mengenai penyelenggaraan pemerintahan desa sepenuhnya diserahkan
pada masing-masing daerah dengan mengacu pada pedoman yang ditetapkan oleh pemerintah.
4. Pemerintah Daerah terdiri dari Kepala Daerah dan perangkat daerah lainnya,
sedangkan DPRD tidak lagi menjadi unsur pemerintah daerah; melainkan berdiri sendiri dengan fungsinya yang bermitra dengan pemerintah daerah.
Laporan Akhir
Kajian Implikasi Strategi Koperasi dalam Rangka Otonomi Daerah
V-2
Fungsinya yang utama adalah pelaksana pengawasan, anggaran dan legislasi daerah.
5. Peraturan Daerah ditetapkan oleh Kepala Daerah dengan persetujuan DPRD
sesuai dengan pedoman yang ditetapkan oleh pemerintah dan tidak perlu disahkan oleh pemerintah pusat.
6. Daerah dibeli kewenangan untuk melakukan pengangkatan, pemindahan,
pemberhentian, penetapan pensiun, gaji dan tunjangan serta kesejahteraan, pendidikan dan pelatihan pegawai sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
daerah, berdasarkan norma, standar, prosedur yang diterapkan oleh pemerintah.
7. Pertimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah diatur dalam mekanisme dan
perhitungan yang telah mengakomodir harapan daerah untuk mendapatkan alokasi anggaran perimbangan dan kekayaan sumberdaya alam daerah.
Untuk implementasi otonomi daerah, pemerintah telah menetapkan 1 Januari 2001 dimulainya pelaksanaan secara formal otonomi daerah dengan penyelenggaraan
pelaksanaan APBN TA 2001. Persiapan oleh pemerintah telah cukup matang telah diselesaikannya sejumlah 4 UU, 20 PP, dan 15 Peraturan Perundangan lainnya.
Sebetulnya otonomi daerah bukanlah barang baru, karena sistem pemerintaan sebetulnya sudah mengenal daerah kecil dan besar serta kewenangan-kewenangannya, misalnya
sudah diatur sejak tahun 1945, 1948, 1957 dan akhirnya 1974. Namun pada prakteknya memang terjadi berbagai permasalahan.
5.2. Perspektif Pembangunan Perekonomian Daerah