Laporan Akhir
Kajian Implikasi Strategi Koperasi dalam Rangka Otonomi Daerah
II-4
ke dalam gerombol dengan pusat yang terdekat. Setelah terbentuk pusat gerombol yang baru, selanjutnya menukar keanggotaan
masing – masing gerombol sedemikian rupa, sehingga terbentuk suatu kelompok dengan anggota koperasi yang tetap. Kelompok
hasil penggerombolan metode tak berhierarki tersebut dianggap sebagai contoh untuk setiap kelas koperasi dalam rangka
menyusun fungsi klasifikasi.
Ukuran jarak yang digunakan dalam penggerombolan ini adalah jarak Mahalanobis, yang didefinisikan sebagai berikut :
d²
rs
= X
r
– X
s
’ S X
r
– X
s
, dengan S = matrik peragam total Jarak Mahalanobis digunakan bila dikhawatirkan peubah yang
diamati saling berkorelasi.
b. Metode berhierarki
Metode penggerombolan berhierarki digunakan pada analisis keterpisahan antar koperasi. Ukuran keterpisahan dapat
diwujudkan melalui gram batang dan ranting dendogram . Dengan analisis ini ukuran keterpisahan dan kedekatan antar
gerombol dapar dihitung. Selanjutnya, metode berhierarki sebenarnya mempunya dua pendekatan yakni : metode berhierarki
agglomerativedan metode hierarki “Divisive”. Metode berhierarki “Divisive” mula – mula memandang data koperasi – koperasi
sebagai satu kelompok dan kemudian dibagi menjadi sub kelompok yang berjauhan. Tiap sub kelompok dibagi lagi menurut
ukuran tak keserupaan menjadi sub – sub kelompok, dan seterusnya sehingga menjadi banyak kelompok yang sebanyak
objeknya. Sedangkan metode berhierarki “Agglomerative” dimulai dengan satu koperasi, sehingga pada awalnya akan terbentuk N
gerombol koperasi. Penggerombolan dilakukan menurut ukuran kedekatan atau keserupaan, hingga akhirnya membentuk satu
gerombol. Dalam penelitian ini digunakan metode berhierarki “agglomerative”.
Metode “ agglomerative” dibedakan sebagai berikut : a.
Metode pautan a.1. pautan tunggal
a.2. pautan lengkap a.3. pautan rataan
b. Metode Ward 3.
Fungsi Diskriminan Tujuan dilakukan analisis diskriminan pada penelitian koperasi
ini adalah mampu disusun fungsi pembatas antar gerombol koperasi. Dengan adanya fungsi pembatas antar gerombol koperasi tersebut
maka akan dapat diukur perubahan nilai – nilai peubah yang
Laporan Akhir
Kajian Implikasi Strategi Koperasi dalam Rangka Otonomi Daerah
II-5
digunakan dalam menyusun fungsi tersebut suatu koperasi dari gerombol tertentu akan berubah menjadi koperasi gerombol yang
lain.
Diasumsikan bahwa S = {f
j
, j = 1,2,…, M. S adalah gugus koperasi dengan jumlah gerombol yang belum diketahui. Hasil
klasifikasi sebelumnya akan diketahui jumlah gerombol serta anggota koperasi dalam gerombol tersebut. Sehingga gugus S dapat dituliskan
kembali S = f
jk
, j = 1,2,…M
k
, k = 1,…,K. Dengan asumsi jumlah gerombol adalah K.
Fungsi klasifikasi diwujudkan sebagai fungsi kepekatan peluang fz :
Fz = 1 1 2 π² |C|
12
Dengan z adalah vector berdimensi N, m = Ez adalah vector rataan berdimensi N,
C = E z – mz – m’ adalah matriks ragam peragam berukuran Nx N,
|
C| adalah determinan matriks ragam peragam. Didalam pendekatan statistika vector z dianggap sebagai peubah acak. Jika z hendak
diklasifikasikan ke dalam S
k,
maka perlu adanya fungsi kepekatan peluang bersyarat fz||||S
k
dan peluang apriori PS
k
. Asumsi selanjutnya adalah selebaran fungsi kepekatan peluang f diketahui
dan parameter f hanya diidentifikasikan dari anggota gerombol. Dalam analisis fungsi determinan juga akan dianalisis kerugian
melalui perhitungan kesalahan klasifikasi.
exp -12 z-m’ C
-1
z-m
Laporan Akhir
Kajian Implikasi Strategi Koperasi dalam Rangka Otonomi Daerah
III-1
3
STRUKTUR PEMAHAMAN DAN PRAKTEK PERKOPERASIAN DI
INDONESIA
Perkenalan rakyat Indonesia dengan koperasi telah melalui perjalanan panjang yang diawali sejak peralihan abad 20. dalam perkembangannya sebagaimana menjadi
pengalaman Negara berkembang lain diprakarsai oleh pejabat pemerintah. Di Indonesia, khususnya hal ini dimulai pada masa penjajahan Belanda, yang dilakukan
sebagai upaya memperkenalkan bentuk pembaharuan social ekonomi yang moderat. Peran pemerintah dalam pengembangan koperasi setelah proklamasi kemerdekaan
masih tetap besar, diantaranya dalam bentuk menerbitkan peraturan perundangan serta pemberian fasilitas, subsidi, upaya, perlindungan atau bentuk lainnya.
3.1. Masa Pra Kemerdekaan