Peraturan Perkumpulan Koperasi Verordening Op de Peraturan Perkumpulan – Perkumpulan Koperasi bagi Peraturan Umum Perkumpulan – perkumpulan Koperasi

Laporan Akhir Kajian Implikasi Strategi Koperasi dalam Rangka Otonomi Daerah III-3 Tabel 3.1. Jumlah Koperasi, Anggota dan Simpanan Masa Sebelum Kemerdekaan Tahun Jumlah Koperasi Jumlah Anggota Simpanan Anggota dan Titipan 1927 1928 1929 1930 1931 1932 1933 1934 1935 1936 1937 1938 1939 1940 1941 1942 1 22 43 89 133 172 233 263 399 342 410 540 574 639 712 728 7.848 13.725 14.035 18.307 18.663 19.064 20.423 28.697 40.237 52.216 f 101.296 f 194.578 f 262.184 f 317.613 f 375.557 f 306.317 f 302.399 f 570.182 f 633.082 f 850.671 Sumber : Nasoetion, 2000. Koperasi kredit merupakan jenis koperasi terbesar 440 buah di Jawa, 45 buah di luar Jawa, dan 63 buah diantaranya dibubarkan. Menurut Bung Hatta selain koperasi konsumen dan koperasi kredit, pada masa penjajahan Belanda terdapat beberapa jenis koperasi lainnya, seperti : koperasi produksi, koperasi pembangunan rumah, koperasi pembebasan hutang dan koperasi lumbung. Dengan adanya perkembangan koperasi yang sudah mulai memasyarakat, pemerintah Belanda memandang perlu segera mengeluarkan peraturan perundangan untuk mengatur kehidupan perkoperasian di Hindia Belanda. Rangkaian perundangan tentang perkoperasian yang telah diterbitkan pemerintah penjajahan Belanda, adalah sebagai berikut :

1. Peraturan Perkumpulan Koperasi Verordening Op de

Cooperatieve Vereenegingen Tahun 1915 No. 431 Peraturan ini berlaku untuk semua golongan penduduk. Bagi golongan bumiputera yang kurang berpendidikan dan lemah kondisi perekonomiannya dirasakan terlalu berat, khususnya dari segi prosedur maupun besarnya biaya pendirian koperasi. Laporan Akhir Kajian Implikasi Strategi Koperasi dalam Rangka Otonomi Daerah III-4

2. Peraturan Perkumpulan – Perkumpulan Koperasi bagi

Golongan Bumiputera Regeling Inlandsche Cooperatieve Vereenigingen Tahun 1927 No. 91 Perkumpulan koperasi yang berdasar peraturan perundangan ini mempunyai hak badan hukum bumiputera. Hal ini sangat penting, khususnya dalam kaitan dengan hak tanah kaum bumiputera. Sedangkan bagi koperasi kredit, terbuka kemungkinan untuk meminjamkan uang kepada anggotanya secara hukum adat menggunakan tanggungan barang, seperti : sawah, kebun dsb.

3. Peraturan Umum Perkumpulan – perkumpulan Koperasi

Algemene Regeling Op de Cooperatieve Vereenigingen Tahun No. 21 Peraturan ini serupa dengan peraturan tahun 1915 dan hanya berlaku bagi Orang – orang yang tunduk kepada hukum barat. Dalam upaya meningkatkan pembinaan koperasi, oleh pemerintah pada akhir 1930 telah dibentuk Jawatan koperasi dipimpin Prof. Dr. J.H. Boeke, mantan Ketua Panitia Koperasi tahun 1920. Jawatan ini sejak awal hingga tahun 1935 berada di bawah naungan Departemen Dalam Negeri, dan selanjutnya dipindah ke Departemen Perekonomian di bagian Usaha Umum. Kemudian sejak tahun 1939 Jawatan Koperasi diperluas menjadi Jawatan Koperasi dan Perdagangan Dalam negeri. Dalam wadah baru ini, pejabat koperasi tidak hanya memberi bimbingan dan penerangan tentang koperasi, tetapi juga tentang perdagangan, terutama perdagangan bumiputera. Dalam masa pemerintah pendudukan Jepang diberlakukan Undang – undang perkoperasian untuk orang – orang Indonesia Bumiputera Tahun 1927 No. 91, asal tidak bertentangan dengan aturan Pemerintah Militer Jepang. Disamping itu, Pemerintah Militer Jepang juga mengeluarkan Undang – undang No. 23 yang mengatur cara – cara pendirian perkumpulan dan penyelenggaraan persidangan, di mana disebutkan antara lain bahwa untuk mendirikan perkumpulan, termasuk koperasi, harus ada izin dari Shuchokan Residen. Pada tanggal 1 Agustus 1944 pemerintahan telah mendirikan Kantor Perekonomian Rakyat, yang bertugas mengurus segala hal yang berkaitan dengan perekonomian rakyat. Dengan berdirinya kantor ini, Jawatan Koperasi menjadi bagian dari kantor bersangkutan dan disebut Kumiaika, yang tugasnya adalah untuk mengurusi hal – hal yang berkaitan dengan koperasi. Sedang yang berkaitan dengan perdagangan diserahkan kepada bagian usaha Kigyoka dan Kantor Perekonomian Rakyat. Laporan Akhir Kajian Implikasi Strategi Koperasi dalam Rangka Otonomi Daerah III-5 Kumiai – kumiai koperasi – koperasi itu selanjutnya oleh pemerintah pendudukan Jepang dipergunakan sebagai sarana untuk membagikan barang – barang pemerintah kepada rakyat dan sebaliknya mengumpulkan hasil bumi padi, kapas, iles – iles, dsb untuk keperluan peperangan Asia Timur Raya. Dengan diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, tamat sudah era penjajahan. Dalam kondisi pahit getirnya periode penjajahan itu, telah tertorehkan awal sejarah gerakan koperasi Indonesia.

3.2. Masa Orde Lama