Koperasi Unit Desa STRATEGI PENGEMBANGAN KOPERASI

Laporan Akhir Kajian Implikasi Strategi Koperasi dalam Rangka Otonomi Daerah III-15

a. Koperasi Unit Desa

Koperasi unit desa merupakan salah satu koperasi yang relative popular dan sebagian besar merupakan koperasi pertanian. Dengan menggunakan 11 peubah dilakukan analisis komponen utama untuk menjaring peubah utama sebagai tolok ukur dalam memahami kinerja koperasi unit desa di 27 propinsi di Indonesia. Peubah – peubah tersebut adalah : keaktifan unit koperasi di setiap propinsi, jumlah koperasi total, jumlah manajer yang dimiliki, jumlah karyawan, besarnya modal dari sumber anggota sendiri, besarnya modal dari sumber luar, volume usaha yang dikembangkan, dan besarnya sisa hasil usaha. Dari hasil analisis yang dilakukan diperoleh dua peubah baru yang dapat menerangkan struktur hubungan seluruh peubah yang digunakan. Hubungan antar peubah pewakil baru yang akan menjadi peubah dasar dalam analisis dengan dan peubah asalnya ditampilkan pada tabel 3.7. Secara lebih rinci hasil tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut : • Profil -1 : Secara terstruktur menunjukkan keterkaitan erat antara keaktifan koperasi dengan aktifitas rapat anggota tahunan dengan jumlah manajer yang aktif, jumlah karyawan dalam organisasi koperasi, modal yang diperoleh dari anggota sendiri dan modal yang dijaring dari pihak luar, serta volume usaha yang dijalankan. • Profil -2 : menunjukkan keterkaitan negative antara koperasi yang tidak aktif dengan sisa hasil usaha. Tabel 3.7. Nilai Korelasi antara Peubah Asal dan Komponen Utama Kinerja Koperasi Unit Desa Berdasarkan Data Statistik Koperasi di 27 Propinsi Variable asal Factor 1 Factor 2 Jumlah koperasi aktif 0.975 -0.049 Jumlah koperasi tidak aktif 0.108 -0.918 Jumlah anggota 0.847 0.421 Rapat Anggota Tahunan 0.966 0.092 Jumlah manager 0.931 0.160 Jumlah karyawan 0.886 0.331 Jumlah modal sendiri 0.514 0.511 Jumlah modal luar 0.682 0.449 Volume usaha 0.743 0.515 SHU 0.526 0.630 Expl. Var 5.823 2.289 Prp. Totl 0.582 0.229 Laporan Akhir Kajian Implikasi Strategi Koperasi dalam Rangka Otonomi Daerah III-16 Yang dapat kita ketahui dari analisis keragaan koperasi unit desa ini adalah bahwa sisa hasil usaha kurang tepat sebagai indicator keaktifan KUD. Selanjutnya hasil analisis tersebut dapat dijadikan dasar dalam menetapkan penggerombolan kinerja koperasi unit desa di 27 propinsi di Indonesia. Hasil analisis penggerombolan dan identifikasi penciri pentingnya ditampilkan pada Tabel 3.8. Tabel 3.8. Tipologi Koperasi Unit Desa di 27 Propinsi Berdasarkan Kinerja Indikator Fisik Tipologi Propinsi Anggota Karakteristik Penciri 1 DI-Aceh, Sumbar, Riau, Sumsel, Kalbar, Kalteng, Kalsel, Sulsel, Sultra, dan Irja Lokasi dengan KUD tidak aktif berjumlah banyak dan dengan kinerja indicator fisik koperasi secara relative berada diantara dua kelompok lain 2 Jabar, Jateng, Jatim Lokasi dengan KUD tidak aktif relative sedikit serta kinerja indicator fisik, secara relative terbaik 3 Sumut, Jambi, Bengkulu, Lampung, DKI, Bali, NTB, NTT, Kaltim, Sulut, Sulteng, Maluku Lokasi dengan KUD tidak aktif relative sedikit serta kinerja indicator fisik terburuk diantara dua kelompok lain Dari hasil analtipologi tersebut diketahui bahwa Jawa secara umum kecuali DIY dan DKI mempunyai KUD yang berkinerja baik. Proporsi KUD aktif relative tertinggi dibandingkan dengan di lokasi lain. Sementara itu, Sumut, Jambi, Bengkulu, Lampung, DKI, Bali, NTB, NTT, Kaltim,Sulut, Sulteng, dan Maluku mempunyai kinerja KUD yang terburuk walaupun secara relative jumlah KUD tidak aktif bukan yang tertinggi. Proporsi KUD tidak aktif di ke-12 Propinsi tersebut secara relative tidak terlalu banyak berada di antara dua tipologi lainnya. Dalam perkembangan selanjutnya, jika dimaksudkan akan melakukan pembinaan KUD seharusnya lokasi propinsi yang tergolong dalam tipologi ke-1 harus diutamakan untuk mendapatkan pembinaan. Kesimpulan lain yang cukup menarik adalah bahwa jumlah KUD aktif yang tinggi di suatu wilayah tidak selalu berkolerasi positif dengan agregat kinerja KUD di wilayah tersebut yang cukup baik. Laporan Akhir Kajian Implikasi Strategi Koperasi dalam Rangka Otonomi Daerah III-17

b. Koperasi Tahu Tempe