Laporan Akhir
Kajian Implikasi Strategi Koperasi dalam Rangka Otonomi Daerah
V-2
Fungsinya yang utama adalah pelaksana pengawasan, anggaran dan legislasi daerah.
5. Peraturan Daerah ditetapkan oleh Kepala Daerah dengan persetujuan DPRD
sesuai dengan pedoman yang ditetapkan oleh pemerintah dan tidak perlu disahkan oleh pemerintah pusat.
6. Daerah dibeli kewenangan untuk melakukan pengangkatan, pemindahan,
pemberhentian, penetapan pensiun, gaji dan tunjangan serta kesejahteraan, pendidikan dan pelatihan pegawai sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
daerah, berdasarkan norma, standar, prosedur yang diterapkan oleh pemerintah.
7. Pertimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah diatur dalam mekanisme dan
perhitungan yang telah mengakomodir harapan daerah untuk mendapatkan alokasi anggaran perimbangan dan kekayaan sumberdaya alam daerah.
Untuk implementasi otonomi daerah, pemerintah telah menetapkan 1 Januari 2001 dimulainya pelaksanaan secara formal otonomi daerah dengan penyelenggaraan
pelaksanaan APBN TA 2001. Persiapan oleh pemerintah telah cukup matang telah diselesaikannya sejumlah 4 UU, 20 PP, dan 15 Peraturan Perundangan lainnya.
Sebetulnya otonomi daerah bukanlah barang baru, karena sistem pemerintaan sebetulnya sudah mengenal daerah kecil dan besar serta kewenangan-kewenangannya, misalnya
sudah diatur sejak tahun 1945, 1948, 1957 dan akhirnya 1974. Namun pada prakteknya memang terjadi berbagai permasalahan.
5.2. Perspektif Pembangunan Perekonomian Daerah
Orientasi yang dikembangkan dalam pembangunan nasional 30 tahun ke belakang ialah kebijakansanaan pertumbuhan dan pemerataan. Dengan orientasi itu jelas bahwa
investasi adalah kata kunci dalam menggerakkan roda keberhasilannya. Di waktu yang lalu, bagi daerah, kebijaksanaan pusat di bidang investasi sangat penting dan merupakan
sarana yang benar-benar dimanfaatkan untuk kemajuan investasi daerah. Dalam gelombang reformasi saat ini, sangat disadari bahwa pukulan cukup besar terkena pada
upaya-upaya pengembangan investasi. Sangat sulit untuk menjaga keamanan investasi karena sulitnya keamanan dan stabilitas politik dalam negeri. Dimana-mana faktor
stabilitas sangat dominan mempengaruhi minat investasi, apa lagi mengharapkan investasi dari luar negeri. Dengan demikian, bagi kelompok pengelola investasi tidak ada
hal yang dapat dilakukan lebih baik pada saat itu kecuali melihat berbagai peluang stabilitas politik dalam negeri untuk kembali menggelar peluang investasi. Pemerintah
terus berupaya sedemikian rupa untuk menata sistem politik dan pola-pola mekanisme politik untuk sampai kepada tatanan mekanisme kedaulatan rakyat sesuai dengan tuntutan
masyarakat dalam reformasi serta terselenggaranya negara dan pemerintahan yang diharapkan, demokratis dan memberi peluang akses secara merata.
Untuk menuju kemandirian ekonomi daerah perlu dilakukan restrukturisasi ekonomi daerah yang berbasiskan kepada koperasi dan usaha kecil-menengah. Salah satu
dampak negatif yang diperkirakan dari pelaksanaan otonomi daerah adalah terpinggirkannya peranan koperasi dan usaha kecil-menengah. Untuk itu perlu dilakukan
upaya restrukturisasi ekonomi daerah yang berbasiskan koperasi dan pengusaha kecil- menengah sebagai penggerak ekonomi daerah. Selain itu diperlukan juga optimalisasi
Laporan Akhir
Kajian Implikasi Strategi Koperasi dalam Rangka Otonomi Daerah
V-3
pengembangan sumberdaya ekonomi daerah agar kemandirian ekonomi daerah bisa terwujud. Untuk mendukung hal tersebut maka pemerintah daerah perlu menciptakan
iklim usaha yang aman dan tenang agar resiko bisnis bisa ditekan sekecil mungkin.
Restrukturisasi ekonomi daerah yang berbasiskan koperasi dan usaha kecil- menengah UKM dilakukan dengan cara merangsang partisipasi koperasi dan UKM
seluas-luasnya dan pemberian hak-hak khusus privilige pengembangan koperasi dan UKM, serta dengan cara menjalankan program pemerataan kepemilikan asset-asset
produktif dan sumberdaya ekonomi daerah program redistribusi asset.
Bagi pemerintah Daerah program restrukturisasi ekonomi daerah perlu dilakukan karena dalam jangka panjang akan memberikan kontribusi kepada pendapatan daerah.
Dengan program restrukturisasi yang berbasiskan koperasi dan UKM akan memperluas basis pajak dan memperbesar jumlah pembayar pajak. Program ini juga akan berdampak
mengurangi angka pengangguran karena mencakup hampir 99,4 dari jumlah kesempatan kerja serta berfungsi juga sebagai katup pengaman sosial yang pada akhirnya
akan memperkuat struktur dan kemandirian ekonomi daerah. 5.3.
Pembangunan Koperasi Pada Era Otonomi Daerah
Pembangunan ekonomi masa yang akan datang diharapkan pada dua tantangan yaitu :
Pertama, meningkatnya daya saing industri nasional melalui peningkatan efisiensi dan pembangunan keunggulan yang kompetitif dan kedua, melaksanakan proses
desentralisasi ekonomi secara bertahap agar seluruh sumber daya ekonomi diseluruh daerah dapat segera tergerakkan secara serempak menjadi kegiatan ekonomi yang meluas
yang didukung oleh semakin tumbuhnya prakarsa jiwa wirausaha. Dengan demikian peran koperasi menjadi penting sebagai sokoguru dan bagian integral dari tata
perekonomian nasional. Koperasi secara bersama-sama dengan usaha swasta, daerah dan negara harus mampu menjadi penggerak utama dalam peran meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dan pengembangan koperasi yang sehat, kuat langgeng, mandiri dan berfungsi sebagai wadah menggalang ekonomi rakyat.
Dalam rangka kerja otonomi daerah, bidang koperasi merupakan salah satu kewenangan wajib kabupaten dan kota; utuk itu kebijaksanaan strategis koperasi ke
depan dapat dikembangkan sebagai berikut: Pertama, terciptanya koperasi yang berbasis anggota yang mampu melayani kebutuhan
pokok anggota,
Kedua, meningkatkan akses pasar dan memperbesar pangsa pasar baik di daerah,
regional, nasional maupun internasional.
Ketiga, memperluas akses terhadap permodalan, memperkokoh struktur permodalan serta
meningkatkan kemampuan pemanfaatan modal.
Keempat, meningkatkan akses terhadap teknologi, manajemen kemampuan sumber daya
manusia serta memantapkan kemitraan. Peran pemeritah Daerah dalam penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan
semakin berkurang dan menempatkan swasta dan koperasi untuk ikut berperan dalam kegiatan pemerintahan dan pembangunan melalui mekanisme pasar yang kompetitif.
Pemerintah Daerah lebih ditempatkan pada fungsi pengendali dan pengawas atas
Laporan Akhir
Kajian Implikasi Strategi Koperasi dalam Rangka Otonomi Daerah
V-4
pekerjaan yang diserahkan kepada Swasta dan Koperasi. Dengan demikian peletakkan kewenangan dalam penyelenggaraan otonomi daerah bertujuan untuk peningkatan
kesejahteraan rakyat, pemerataan dan keadilan, demokratisasi dan penghormatan terhadap budaya lokal serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah.
Pada dasarnya otonomi daerah yang dimaksud dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 meletakkan semua kewenangan Pemerintah pada daerah Kabupaten dan
daerah Kota, kecuali kewenangan Pemerintah dan kewenangan Propinsi yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom. Kewenangan daerah dilaksanakan secara luas, utuh, dan bulat yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian,
dan evaluasi pada semua aspek pemerintahan.
Sesuai dengan tujuan peletakkan kewenangan dalam penyelenggaraan otonomi daerah tersebut, maka dalam pengembangan koperasi di era Otonomi Daerah ini harus
mampu dijawab oleh daerah bagaimana memberdayakan seluruh potensi sumber daya daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui wadah koperasi. Ada
beberapa hal yang menjadi acuan dasar kewenangan di bidang koperasi, yaitu:
1. Pasal 10 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 menyebutkan bahwa ”Daerah
berwenang mengelola sumberdaya nasional yang tersedia di wilayahnya dan bertanggungjawab memelihara kelestarian lingkungan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan”. Kewenangan ini mempunyai implikasi bahwa daerah dimungkinkan untuk memanfaatkan seoptimal mungkin sumber daya yang ada
dengan memperhatikan karakteristik dan daya dukungannya carrying capacity.
2. Pasal 11 ayat 2 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 menyebutkan bahwa
”Bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh daerah Kabupaten dan daerah Kota meliputi pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan,
pertanian, perhubungan, industri, dan perdagangan, penanaman modal, lingkungan hidup, pertahanan, koperasi dan tenaga kerja”.
3. Sesuai dengan semangat Pasal 7 ayat 1 dan ayat 2 Undang-undang Nomor
22 Tahun 1999 dan Pasal 1 ayat 3 bulir 6 Peraturan Pemerintahan Nomor 25 Tahun 1999, maka secara umum pembagian kewenangan di bidang
perkoperasian adalah sebagai berikut: a.
Kewenangan Pusat antara lain berupa:
1 Penempatan pedoman akuntansi koperasi dan pengusaha kecil dan
menengah. 2
Penetapan pedoman penyertaan modal pada koperasi. 3
Fasilitasi pengembangan sistem distribusi bagi koperasi dan pengusaha kecil dan menengah.
4 Fasilitasi kerjasama antar koperasi dan pengusaha kecil dan menengah
serta kerjasama dengan badan usaha lain. b.
Kewenangan Propinsi di Bidang Perkoperasian antara lain berupa penyediaan dukungan pengembangan koperasi.
c. Sedangakan dikewenangan KabupatenKota tidak diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 25 tahun 2000, karena Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 pada dasarnya meletakkan semua kewenangan pemerintah pada daerah
Laporan Akhir
Kajian Implikasi Strategi Koperasi dalam Rangka Otonomi Daerah
V-5
KabupatenKota kecuali sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 di atas.
5.4. Ancaman dan Peluang Otonomi daerah Terhadap Perkembangan Koperasi