58
2. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian terdiri dari tiga fase yaitu baseline 1, intervensi, dan baseline 2. Adapun langkah-langkah pelaksanaan penelitian ini adalah
sebagai berikut.
a. Fase Baseline-1
Pelaksanaan fase ini merupakan pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal anak dalam membaca permulaan sebelum
dikenakan perlakuan dengan metode jarimatika. Dalam tahap ini peneliti melakukan tes kemampuan berhitung penjumlahan 201-500. Fase ini
dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan dengan alokasi waktu 30 menit. Soal yang diberikan setiap pertemuan berjumlah 20 butir soal dan berbeda tiap
pertemuan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan fase baseline 1 ini adalah sebagai berikut.
1 Mempersiapkan kelas untuk pelaksanaan tes.
2 Mempersiapkan siswa untuk duduk pelaksanaan tes.
3 Memberikan penjelasan mengenai tata cara pengerjaan soal.
4 Membagikan soal tes.
5 Mengumpulkan soal test yang telah dikerjakan oleh siswa.
b. Fase Intervensi
Tahap intervensi dilakukan setelah pengetesan pada fase baseline-1 selesai. Intervensi akan diberikan selama 6 kali pertemuan dan
berlangsung selama 2 x 40 menit setiap pertemuan. Setiap pertemuan peneliti akan mengenalkan metode jarimatika dan mengajarkan cara
59
berhitung menggunakan jarimatika. Adapun langkah-langkah pelaksanaan intervensi pada penelitian ini sebagai berikut.
1 Pertemuan ke-1 dan 2
a Peneliti mempersiapkan kondisi perlengkapan untuk memulai
pembelajaran. b
Peneliti memperkenalkan metode jarimatika kepada siswa. c
Peneliti mengajarkan formasi dasar jari-jari tangan jarimatika untuk kelompok satuan, puluhan, dan ratusan.
d Peneliti mengajarkan formasi jari-jari tangan jarimatika untuk
berhitung penjumlahan dari 0 – 9
e Siswa belajar menghitung hasil penjumlahan dua bilangan 1 – 9
dengan jarimatika. f
Peneliti mengevaluasi hasil pembelajaran menggunakan jarimatika melalui tes tertulis dan observasi.
2 Pertemuan ke- 3 dan 4
a Peneliti mempersiapkan kondisi perlengkapan untuk memulai
pembelajaran. b
Peneliti mengulang kembali formasi dasar jari-jari tangan jarimatika.
c Peneliti mengajarkan formasi jari-jari tangan jarimatika untuk
berhitung penjumlahan dari 10 – 99.
d Peneliti mengajarkan formasi jari tangan jarimatika untuk
penjumlahan bilangan puluhan genap.
60
e Peneliti mengajarkan formasi jari tangan jarimatika untuk
penjumlahan bilangan puluhan kombinasi. f
Siswa belajar menghitung hasil penjumlahan dua bilangan 10 – 99 dengan jarimatika.
g Peneliti mengevaluasi hasil pembelajaran berhitung menggunakan
jarimatika melalui tes tertulis dan observasi. 3
Pertemuan ke-5 dan 6 a
Peneliti mempersiapkan kondisi perlengkapan untuk memulai pembelajaran.
b Peneliti mengulang kembali formasi dasar jari-jari tangan
jarimatika. c
Peneliti mengajarkan formasi jari-jari tangan jarimatika untuk berhitung penjumlahan dari 100
– 500. d
Siswa belajar menghitung hasil penjumlahan dua bilangan 100 – 500 dengan jarimatika.
e Peneliti mengevaluasi hasil pembelajaran berhitung menggunakan
jarimatika melalui tes tertulis dan observasi.
c. Fase Baseline-2
Tahap ini merupakan kegiatan pengulangan baseline-1. Kegiatan pada tahap ini bermaksud mengukur kemampuan berhitung siswa setelah
mendapat pengaruh intervensi dalam kemampuan berhitung penjumlahan. Dalam fase baseline-2 ini, dilakukan test kemampuan berhitung
penjumlahan sebanyak 3 kali pertemuan seperti yang dilakukan pada fase
61
baseline-1 dengan menggunakan soal tes yang sama. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan fase baseline-2 ini adalah sebagai
berikut. 1
Mempersiapkan kondisi dan kelas untuk pelaksanaan tes. 2
Mempersiapkan siswa untuk mengikuti pelaksanaan tes. 3
Memberikan penjelasan mengenai aturan pengerjaan soal yaitu mengerjakan soal dengan berhitung menggunakan jarimatika.
4 Membagikan soal tes.
5 Mengumpulkan soal test yang telah dikerjakan oleh siswa.
J. Uji Validitas
Instrumen penelitian yang baik tentunya adalah instrumen yang telah teruji kevaliditasannya. Budi Susetyo 2011: 88 mengemukakan
“suatu alat tes dinyatakan valid jika perangkat tes dan butir-butirnya benar-benar
mengukur sasaran tes yang berupa kemampuan dalam bidang tertentu dan bukan kemampuan yang lainnya
”. Menurut Suharsimi Arikunto 2010: 211 “validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan sesuatu instrumen ”. Suatu instrumen yang valid atau sahih
mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah.
Dalam penelitian ini, uji validitas yang digunakan untuk mengetahui validitas instrumen yaitu dengan uji validitas isi berupa expert-judgement
dengan teknik penilaian oleh para ahli. Penilaian validitas instrumen ini akan