70
namun LA hanya dapat menggunakan jari-jari tersebut untuk menghitung paling besar hingga hitungan 20. LA sebelumnya belum pernah diajarkan
berhitung menggunakan metode jarimatika. LA hanya mengerti bahwa metode jarimatika adalah berhitung menggunakan kesepuluh jari tangan. LA
sudah mengerti beberapa formasi jari tangan untuk angka 1-5 jarimatika karena formasi tersebut sama dengan formasi hitung menggunakan jari-jari
tangan yang biasa digunakan oleh LA.
B. Deskripsi Data Hasil Tes Kemampuan Berhitung Penjumlahan Subyek
1. Deskripsi Data Hasil Baseline-1 A1
Pada fase ini, subyek belum diberikan perlakukan sehingga kemampuan subyek merupakan kemampuan awal berhitung penjumlahan
tanpa ada pengaruh dari intervensi yaitu penerapan metode jarimatika. Data kemampuan awal subyek diperoleh melalui tes kemampuan berhitung
penjumlahan yang dilakukan sebanyak 3 sesi berturut-turut dalam 3 kali pertemuan. Berikut ini hasil tes kemampuan berhitung penjumlahan subyek
yang telah dilakukan dalam bentuk skor dan persentase jawaban benar taraf pencapaian yang disajikan dalam bentuk tabel.
71
Tabel ..
6. ...
Hasil Tes Kemampuan Berhitung Penjumlahan Anak Tunagrahita Kategori Ringan Kelas XI SMALB Fase Baseline-1
Sesi Subyek
Skor Baseline-1 Taraf Pencapaian
1 LA
10 50
2 11
55 3
11 55
Dalam grafik, data perolehan tes kemampuan awal berhitung anak tunagrahita kategori ringan kelas XI SMALB dapat disajikan sebagai berikut.
Gambar 13. Hasil Baseline-1 A1
Tabel 6 dan gambar 13 menunjukkan hasil tes kemampuan awal berhitung penjumlahan anak tunagrahita kategori ringan kelas XI sebelum
menggunakan metode jarimatika. Berdasarkan data yang ditampilkan pada tabel dan grafik di atas, dapat dilihat bahwa kemampuan awal berhitung
penjumlahan subyek pada sesi pertama pelaksanaan tes hanya mencapai 50 dari taraf pencapaian. Subyek hanya dapat menjawab benar 10 dari 20 soal
72
penjumlahan yang diberikan. Sedangkan pada pelaksanaan tes sesi 2 terjadi perubahan persentase kemampuan berhitung siswa menjadi 55. Selanjutnya
pada sesi 3, skor kembali menurun dengan hasil sama seperti tes pada sesi 1 dengan hasil persentase kemampuan berhitung penjumlahan 50. Hasil tes
awal kemampuan berhitung pada fase baseline-1 menunjukkan taraf pencapaian terendah terjadi pada sesi 1 dan taraf pencapaian tertinggi terjadi
pada sesi ke 2 dengan rata-rata sebesar 51,67. Kemampuan berhitung penjumlahan yang dimiliki subyek pada fase
baseline-1 menunjukkan subyek mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal penjumlahan yang diberikan, dibuktikan dengan perolehan jumlah
jawaban benar selama 3 sesi yang dijawab oleh subyek hanya rata-rata 51,67 dari total jawaban benar. Setiap pelaksanaan tes, subyek
membutuhkan 1 lembar kertas buram untuk tempat coret-coretan. Namun, subyek terkadang tidak menggunakan kertas coret-coretan untuk menghitung
soal yang diberikan. Subyek langsung menuliskan jawaban yang menurutnya benar pada lembar jawaban. Subyek menggunakan teknik bersusun dalam
penyelesaian soal pada lembar coret-coretan dan menggunakan jari-jari tangan untuk berhitung dari 1-10. Pada pelaksanaan tes fase baseline-1,
subyek terlihat terburu-buru dalam menyelesaikan soal dan terlihat kurang fokus, sehingga mengurangi konsentrasi subyek dalam mengerjakan soal
dengan benar.
73
2. Deskripsi Pelaksanaan Intervensi B