Fluida ideal Kajian Subjek Materi Fluida

37 frustasi atau pembaca gagal, sebagian kecil siswa 20,2 tergolong sedang atau instruksional, dan hanya 5,6 tergolong mudah atau independen. Dengan demikian buku teks SMA tergolong bacaan yang sukar dipahami. Hasil dari penelitian ini juga menunjukkan bahwa bahan ajar dan evaluasi dalam buku teks belum memberikan stimulus dan kemudahan pada siswa kearah pemahaman dan peningkatan keterampilan berpikir yang serasi dengan tujuan pembelajaran di sekolah. Buku teks yang dikaji pada umumnya belum memiliki hierarki pengetahuan dan proses berpikir yang memiliki kadar tinggi. Penelitian Yusuf Hilmi Adisendjaja 2008 yang berjudul “Analisis Buku Ajar Biologi SMA Kelas X di Kota Bandung Berdasarkan Literasi Sains”. Penelitian ini bertujuan untuk memeroleh informasi mengenai ruang lingkup literasi sains pada buku ajar yang digunakan di sekolah khususnya buku teks Biologi kelas X di Kota Bandung. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tema literasi sains yang paling banyak muncul pada buku ajar yang dianalisis adalah Pengetahuan sains yakni sebesar 82, penyelidikan hakikat sains sebesar 2, sains sebagai cara berpikir sebesar 8 dan interaksi sains, teknologi dan masyarakat sebesar 8. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa buku ajar Biologi yang dianalisis lebih menekankan pada pengetahuan sains, yakni menyajikan fakta, konsep, prinsip, hukum, hipotesis, teori, model, dan pertanyaan- pertanyaan yang meminta siswa untuk mengingat pengetahuan atau informasi. Penelitian Eva Banowati 2007 dalam Jurnal Geografi Volume 4 No. 2 Juli 2007 yang berjudul “Buku Teks dalam Pembelajaran Geografi di Kota Semarang.” Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi kualitas buku teks Geografi dalam pembelajaran geografi SMA di Kota Semarang. Hasil penelitian ini secara kuantitatif sebesar 76,96 termasuk dalam kriteria sedang, yang mengindikasikan bahwa buku teks yang digunakan dalam pembelajaran di kota Semarang masih dapat digunakan sebagai sumber media pembelajaran di sekolah namun harus di dukung oleh buku – buku lain sehingga materi yang disampaikan dapat mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. 38 John Wilkinson 1999 dalam Research in Science Education 293. Analisis kualitatif terhadap buku teks fisika berdasarkan literasi sains. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi isi dari buku teks yang digunakan di Kampus Fisika Victoria antara 1967 sampai 1997 untuk keseimbangan kurikulum dan penekanan kesesuaian dengan aspek literasi sains antara lain: a sains sebagai batang tubuh ilmu pengetahuan, b sains sebagai cara menginvestigasi, c sains sebagai cara berpikir, dan d hubungan interaksi antara sains, teknologi, dan masyarakat. Mayoritas buku teks yang dianalisis menekankan sains sebagai batang tubuh ilmu pengetahuan, sebagian menekankan sains sebagai cara investigasi, dan sedikit penekanan pada sains sebagai cara berpikir. Teks yang dibuat Kampus Fisika Victoria terbitan 1990 ditemukan lebih banyak penekanan pada tema sains, teknologi dan masyarakat daripada teks yang dibuat sebelum tahun 1990. Meltem Duran 2011 dalam Western Anatolia Journal of Educational Sciences WAJES, Dokuz Eylul University Institute, Izmir, Turkey. “Hubungan antara Pelatihan Guru IPA tentang Keterampilan Proses Sains dan Gaya Belajar. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara pelatihan keterampilan proses sains guru IPA dengan gaya belajar. Untuk tujuan ini, selama tahun pertama sampai keempat penelitian telah dilakukan terhadap 151 siswa yang terdapat pada jurusan pendidikan guru IPA, Fakultas Pendidikan, Universitas Mugla. Penelitian ini menggunakan metode survey. Pelatihan gaya belajar guru ditentukan dengan “Gaya Belajar Inventory Kolb” diadaptasi di Turki oleh Askar dan Akkoyunlu 1993. Dalam rangka mengevaluasi pelatihan keterampilan proses guru, “Tes Keterampilan Proses” dikembangkan oleh Burns, Okey dan Wise 1985 untuk mengidentifikasi KPS siswa di SMA dan Universitas dan diadopsi di Turki oleh Ates ve Bahar 2004. Ketika penilaian KPS secara umum diketahui, terlihat bahwa pelatihan KPS terpisah dan gaya belajar memiliki nilai KPS yang tinggi dibanding dengan pelatihan KPS dengan gaya belajar berbeda.