2.3.4 Monosit
Monosit secara klasik didefinisikan sebagai sel sirkulasi darah yang membentuk sekitar 10 dari leukosit perifer pada manusia dan sekitar 4
dari leukosit pada tikus. Monosit darah mulai berkembang di sumsum tulang, kemudian dilepaskan ke sirkulasi perifer sebagai sel utuh. Waktu
paruh monosit di sirkulasi perifer diperkirakan sekitar tiga hari pada manusia dan satu hari pada tikus Yona dan Jung, 2009. Abbas et al.
2012 menyatakan bahwa jumlah monosit dalam darah orang dewasa adalah 0
– 800 per µL darah, dan monosit yang berada dalam sirkulasi merupakan sel yang belum lengkap berdiferensiasi, monosit ini akan
masuk ke dalam jaringan biasanya karena terjadi pajanan antigen, kemudian akan mengalami pematangan dan menjadi makrofag sehingga
monosit sering disebut sebagai prekursor makrofag. Jumlah monosit yang lebih tinggi dari normal disebut dengan
monocytosis. Monositosis dapat terjadi karena berbagai kondisi seperti inflamasi, stres, atau penyakit autoimun. Jumlah monosit yang rendah
disebut monocytopenia. Monositopenia merupakan suatu bentuk dari leukopenia Vieira, 2011.
2.3.5 Limfosit
Sebanyak 20 dari total leukosit dalam sirkulasi darah orang dewasa adalah limfosit yang terdiri atas sel T dan sel B yang mampu
mengenal antigen serta membedakannya dari sel jaringan sendiri sehingga limfosit menjadi kunci pengontrol sistem imun Baratawidjaja dan Iris
Renggaris, 2009. Abbas et al. 2012 menyatakan bahwa jumlah total limfosit pada orang dewasa yang sehat adalah sekitar 5 × 10
11
2 ada dalam darah, 10 di sumsum tulang, 15 dalam jaringan limfoid mukosa
saluran pencernaan dan pernafasan, dan 65 di organ limfoid terutama kelenjar getah bening dan limpa. Sel limfosit merupakan sel yang
berperan utama dalam sistem imun spesifik, sel T pada imunitas seluler, dan sel B pada imunitas humoral.
Tingginya jumlah limfosit dari nilai normal biasanya dapat menjadi indikasi seseorang terkena infeksi antigen yang patogen, sedangkan jumlah
limfosit yang lebih rendah dari nilai normal lymphocytopenia dapat disebabkan karena beberapa hal seperti stres, malnutrisi, atau invasi virus
seperti HIV, lymphocytopenia dapat menyebabkan kemampuan tubuh untuk mengenali dan menyerang antigen patogen menjadi menurun
Vieira, 2011.
2.3.6 lmunisasi
Imunisasi adalah prosedur untuk meningkatkan derajat imunitas, memberikan imunitas protektif dengan menginduksi respon memori
terhadap patogentoksin tertentu dengan menggunakan preparat antigen nonvirulennontoksik. Terdapat dua jenis imunisasi, yaitu imunisasi
alamiah dan imunisasi buatan. Imunisasi alamiah merupakan imunisasi yang diperoleh manusia sejak lahir berupa antibodi yang didapatkan dari
plasenta dan kolostrum ibu, disebut dengan imunisasi alamiah pasif, sedangkan imunisasi alamiah aktif berasal dari luar tubuh yang berupa
infeksi kuman yang dapat merangsang respon imun dan sel memori. Imuniasi buatan terdiri dari imunisasi buatan aktif dan imunisasi buatan
pasif. Imunisasi buatan aktif berarti mendapatkan kekebalan dengan cara diberikan vaksin hidup dilemahkan dimatikan, sedangkan imunisasi
buatan pasif terjadi bila seseorang menerima antibodi produk sel dari orang lain yang telah mendapatkan imunisasi aktif Baratawidjaja dan Iris
Renggaris, 2009. Imunisasi bertujuan untuk memberikan imunitas yang efektif
dengan menciptakan ambang mekanisme efektor imun yang sesuai dan adekuat, beserta populasi sel memori yang dapat berkembang cepat pada
kontak baru dengan antigen dan memberikan proteksi terhadap infeksi Baratawidjaja dan Iris Renggaris, 2009.
2.3.7 Metode Hemaglutinasi Untuk Deteksi Antibodi pada Serum