Tabel 2.6 Kelas dan sifat imunoglobulin Abbas et al., 2012 ; Baratawidjaja
dan Iris Renggaris, 2009
Sifat utama Fungsi
Ikatan sel
IgG
Paling banyak ditemukan dalam cairan tubuh
terutama ekstravaskular untuk memerangi
mikroorganisme dan toksinnya
Opsonisasi antibody-dependent
cell-mediated cytotoxicity
ADCC Aktivasi
komplemen Imunitas neonatal
Mononuklear, Limfosit,
Neutrofil, Trombosit
IgA
Ig utama dalam sekresi serumukosa untuk menjaga
permukaan luar tubuh Imunitas mukosal
Limfosit, Neutrofil
IgM
Merupakan aglutinator yang sangat efektif,
diproduksi dini pada respon imun, menjadi
pertahanan terdepan terhadap bakterimia
Aktivasi komplemen Naive B cell antigen
receptor Limfosit,
Reseptor sel B
IgD
Umumnya ditemukan pada permukaan limfosit
- Reseptor sel B
IgE
Pengerahan agen anti mikrobial, meningkat pada
infeksi parasit, berperan pada gejala alergi
Menimbulkan alergi, syok anafilaksis
Pertahanan terhadap parasit
Sel mast, Basofil,
Limfosit
2.3.3 Leukosit
Leukosit adalah sel darah yang mengandung inti dan disebut juga sel darah putih. Didalam darah manusia normal didapati jumlah leukosit
rata-rata 4.500 – 11.000 setiap mikroliter darah. Dilihat dengan mikroskop
cahaya, sel darah putih mempunyai granula spesifik granulosit yang dalam keadaan hidup berupa tetesan setengah cair, mempunyai bentuk inti
yang bervariasi, dan sitoplasmanya homogen Abbas et al., 2012 ; Effendi, 2003.
Leukosit terbagi atas dua kelompok, yaitu leukosit granulosit polimorfonukleus sel yang mengandung granula dan mempunyai banyak
bentuk nukleus dan agranulosit mononukleus sel tanpa granula dan satu nukleus. Jenis leukosit granulosit yaitu neutrofil, basofil dan eosinofil,
sedangkan jenis leukosit agranulosit yaitu limfosit dan monosit Sherwood, 2001. Masing
– masing jenis leukosit tersebut memiliki fungsi yang beragam terkait dengan imunitas non-spesifik maupun
imunitas spesifik sehingga membuat leukosit memiliki peranan yang sangat penting bagi pertahanan tubuh terhadap antigen dan infeksi.
Jumlah leukosit yang terlalu tinggi dalam darah disebut dengan leukocytosis, sedangkan jika jumlahnya terlalu rendah disebut dengan
leukopenia. Leukositosis selain dapat disebabkan karena terjadinya infeksi oleh bakteri atau virus dalam tubuh, tetapi juga dapat terjadi karena reaksi
peradangan atau inflamasi seperti pada rheumatoid arthritis. Dalam suatu kasus, peningkatan leukosit yang ekstrim dapat menjadi indikasi penyakit
leukemia. Leukopenia dapat terjadi karena beberapa hal seperti defisiensi imun, kerusakan hati, atau kerusakan limpa Vieira, 2011.
2.3.4 Monosit
Monosit secara klasik didefinisikan sebagai sel sirkulasi darah yang membentuk sekitar 10 dari leukosit perifer pada manusia dan sekitar 4
dari leukosit pada tikus. Monosit darah mulai berkembang di sumsum tulang, kemudian dilepaskan ke sirkulasi perifer sebagai sel utuh. Waktu
paruh monosit di sirkulasi perifer diperkirakan sekitar tiga hari pada manusia dan satu hari pada tikus Yona dan Jung, 2009. Abbas et al.
2012 menyatakan bahwa jumlah monosit dalam darah orang dewasa adalah 0
– 800 per µL darah, dan monosit yang berada dalam sirkulasi merupakan sel yang belum lengkap berdiferensiasi, monosit ini akan
masuk ke dalam jaringan biasanya karena terjadi pajanan antigen, kemudian akan mengalami pematangan dan menjadi makrofag sehingga
monosit sering disebut sebagai prekursor makrofag. Jumlah monosit yang lebih tinggi dari normal disebut dengan
monocytosis. Monositosis dapat terjadi karena berbagai kondisi seperti inflamasi, stres, atau penyakit autoimun. Jumlah monosit yang rendah
disebut monocytopenia. Monositopenia merupakan suatu bentuk dari leukopenia Vieira, 2011.
2.3.5 Limfosit