W.Naratologi Semiotika Teori Resepsi
55
Bagan:1 2.4 Model Penelitian
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP MITOS RATU KIDUL
DI PESISIR BALI SELATAN, KAJIAN WACANA NARATIF
FFung
Struktur wacana mitos
RK di Pesisir Bali Selatan
Fungsi wacana mitos
RK
di Pesisir Bali Selatan
Temuan
Pendekatan Pragmatis
IPOLEKSOSBUD
Deskripsi Konsep
T. W.Naratologi T. Semiotika
T. Mitologi T. Resepsi
Makna wacana mitos
RK di Bali Selatan
Persepsi masyarakat dan implikasi
Wacana Mitos RK
di pesisir Bali Selatan
Mitos Ratu
Kidul di Pesisir Bali Selatan
Metode dan Teknik Budaya Bali dan Jawa
56 Keterangan Model Penelitian: Persepsi Masyarakat terhadap mitos RK di Pesisir
Bali Selatan, Kajian Wacana Naratif Keterangan Tanda-tanda:
= hubungan searah, sebagai bagian dari struktur yang lebih luas. = hubungan dwiarah , menunjukkan saling mempengaruhi.
Penjelasan Bagan: 1 Cassirer 1987:109, menyatakan kebudayaan adalah manifestasi fungsi simbolis.
Ia hidup dalam universum simbol yang mencakup penguasaan batas-batas ruang dan waktu, seperti: bahasa, seni, religi, dan teknologi sebagai sistem simbol. Pola
pikir peneliti terhadap objek penelitian ini berawal dari konsep folklore sebagai bentuk kelisanan yang merupakan sebagian kebudayaan kolektif termasuk di
dalamnya kearifan lokal, tradisi lisan dan sastra lisan. Sebagai bentuk kelisanan, folklor tersebar dan diwariskan turun temurun secara tradisional dengan versi
yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh berupa benda hasil karya sebagai bukti dan alat bantu pengingat. Dalam kaitannya dengan penelitian ini
walau difokuskan pada sastra lisan berupa wacana mitos, tetapi tidak dapat dipisahkan dari pembicaraan masalah karya lainnya berupa benda artifact.
Objek penelitian berupa tradisi dan sastra lisan diletakkan dalam suatu konteks sosial budaya. Pedoman Dikti tentang KTL, 2009-2014, tradisi sastra lisan itu
sendiri dapat dilihat sebagai suatu peristiwa budaya atau sebagai bentuk kebudayaan yang diciptakan kembali untuk dimanfaatkan, direvitalisasi, atau
karena alasan tertentu perlu dijaga dari kepunahannya.
57 2 Dari sekian banyak tradisi dan sastra lisan yang tersebar di Bali baik yang berupa
legenda, fabel, dongeng, mitos dan lain-lain, maka pada kesempatan ini peneliti mencoba mengkaji wacana mitos RK yang awalnya merupakan mitos asli dari
pulau Jawa. Setiap mitos merupakan cetusan kearifan lokal masyarakat pada zamannya dari sebuah bentuk kelisanan. Dalam perjalanan waktu, mitos RK
dapat berubah menjadi keyakinan dari masyarakat di pesisir Bali Selatan. Mitos RK selalu berkaitan dengan religi atau upacara ritual, dan pada akhirnya dapat
menjadi ideologi. 3 Wacana mitos RK pada saat ini telah membumi, dan sering dibahas serta
dipromosikan melalui media elektronik, difilmkan dan beberapa kali diteliti di Jawa serta dibukukan. Namun, untuk penelitian ini dibatasi hanya pada
permasalahan yang terkait dan terjadi di Bali. Pada saat meneliti wacana mitos RK di Bali Selatan ada tiga faktor penting dan berpengaruh terhadap bentuk
wacana yang harus dapat diungkap, yaitu: faktor ontologis, mengapa mitos RK menyebar dan berpengaruh di Bali. Faktor epistemologis, yaitu mempersempit
jarak subjek dan obyek untuk mendeskripsikan dan memahami struktur, fungsi, dan makna wacana mitos RK di Bali Selatan. Faktor aksiologis, dengan penilaian
evaluasi seberapa besar manfaat dan pengaruh yang ditemukan atas objek, dan implikasinya terhadap masyarakat di Bali, dalam kaitannya dengan keyakinan
dan ritual yang dilaksanakan. 4 Keempat permasalahan yang telah ditetapkan dikaji dengan menggunakan
rancangan dan metode kualitatif dan pendekatan pragmatis. Teori yang
58 digunakan adalah teori-teori yang telah teruji kesahihannya, seperti: teori resepsi
dan teori postruktural antara lain; teori wacana naratologi, teori mitologi dan teori semiotika khususnya semiotika sosial dan semiotika konotatif yang
berkaitan dengan objek penelitian. Teori mitosmitologi Roland Barthes, digunakan sebagai pedoman untuk memahami makna wacana mitos RK secara
lebih dominan sehingga dapat digunakan sebagai pendukung teori semiotika. Dalam bahasa yang disampaikan berbentuk wacana, sering ditemukan berbagai
maknapesan yang tersembunyi bersifat konotatif. 5 Analisis data dilakukan dengan metode deskriptif-naratif, yang dimulai dari
pengolahan data, yakni: transkripsi, klasifikasi, reduksi, dan interpretasi. Penyajian hasil dilakukan dengan cara informal, didukung oleh cara formal
sehingga data yang telah diolah dapat disajikan dan menghasilkan pemahaman baru atau temuan.
59