Konsep Wacana Naratif Deskripsi Konsep .1 Folklor, Tradisi Lisan, Kearifan Lokal dan Sastra Lisan

38 masyarakat di Bali tentang kepercayaan terhadap adanya ‘roh’ penjaga dan penguasa lautan yang diyakini dapat membantu manusia dalam mengatasi serta mencarikan solusi atas segala permasalahan hidup yang dimuliakan dan dipuja di Selatan. Dari semua persepsi para informan ada perkecualian yakni informasi di hutan Pura Segara Rupek dalam bentuk ‘lingga’ juga diyakini sebagai wujud sakthi Dewa Siwa yaitu Dewi Parwati yang bereinkarnasi menjadi RK.

2.2.5 Konsep Wacana Naratif

Secara etimologis wacana berasal dari vacana Sanskerta, berarti kata-kata, cara berkata, ucapan, pembicaraan, perintah, dan nasihat. Secara kasar wacana disejajarkan dengan utterance dan speech, ujaran atau ucapan, sebagai bahasa yang sedang digunakan atau parole menurut pemahaman Saussure. Wacana selalu bersifat orisinalitas, tidak ada tata bahasa wacana. Definisi wacana hampir sama dengan teks, keduanya mempunyai ciri sebagai satuan bahasa terlengkap, satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Realisasinya berbentuk karangan yang utuh, seperti: paragraf, kalimat yang membawa makna lengkap, buku, artikel, dan genre sastra yang lain Ratna, 2010:243. Dalam kehidupan praktis sehari-hari dan dalam ilmu sosial yang lebih dikenal adalah istilah wacana atau diskursus, demikian juga dalam ilmu bahasa, tetapi dalam ilmu sastra digunakan istilah teks. Dalam perkembangan teori sastra kontemporer, kedua istilah tersebut bersaing, namun yang lebih populer adalah wacana, karena dapat dimanifestasikan dalam keberagaman aktivitas sosial, baik dalam keadaan sehari-hari maupun dalam 39 kehidupan formal. Wacana berfungsi untuk menyampaikan berbagai bentuk informasi, membangun ilmu pengetahuan , meraih kekuasaan, alih teknologi, dan sebagainya. Wacana lahir dan dapat dimanfaatkan dalam masyarakat, ruang dan waktu yang berbeda. Oleh karena itu, sebagaimana sejarah, wacana tidak bersifat universal, doktrin yang dimanfaatkan oleh kelompok postrukturalisme untuk menolak narasi besar. Wacana sekaligus berfungsi untuk membentuk objek dan subjek sehingga diduga dalam perkembangan berikut istilah wacana akan mendominasi bukan saja dalam pengertian umum tetapi juga sastra. Sebagai satuan gramatikal tertinggi, wacana dibentuk dari kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan gramatikal dan syarat kewacaaan lainnya Ratna, 2010:245. Wacana menurut tujuannya dibedakan atas wacana lisan dan wacana tulis. Di lihat dari penggunaan bahasanya, wacana dibedakan atas wacana prosa dan wacana puisi. Di lihat dari penyampaian isinya wacana dibedakan menjadi: wacana naratif, wacana eksposisi, wacana persuasif, dan wacana argumentasi. Di dalam penelitian ini, digunakan wacana naratif yang sifatnya menguraikan suatu rangkaian kejadian atau dengan cara menggambarkan peristiwa sehingga dapat mencerminkan topik yang dibahas. Naratif atau narasi merupakan rangkaian peristiwa, secara definitif dalam sebuah karya terkandung lebih dari satu peristiwa. Naratif memiliki dua ciri, yaitu: kehadiran cerita dan penceritaan. Dalam sastra oral, plot justru lahir pada saat diceritakan. Makna karya sastra dapat diungkapkan secara maksimal dengan cara menganalisis wacana atau teks sebagai reproduksi pementasan. 40 Dalam sastra oral karya sastra tidak bisa dipahami semata-mata melalui teks, atau melalui struktur naratif, sebab karya sastra selalu berubah setiap kali dipentaskan atau ditampilkan Ruth Finnegan,1977:28. Sudaryat 2011:169 menyebutkan bahwa wacana naratif atau kisahan adalah wacana yang isinya memaparkan terjadinya suatu peristiwa, baik rekaan maupun kenyataan. Wacana narasi dapat bersifat faktual juga imajinatif. Dengan mempertimbangkan hakikat wacana yaitu bentuk bahasa yang sedang digunakan, maka penelitian pun dapat diperluas ke metode penelitian lapangan, seperti pada objek penelitian yang dilakukan tentang wacana mitos RK di pesisir Bali Selatan. Mitos RK dapat dianalisis melalui kajian wacana naratif dari aspek struktur, fungsi, dan makna. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa setiap unit wacana, baik besar maupun kecil memiliki bentuk, sebagai struktur tertentu. Wacana diciptakan dengan tujuan tertentu, positif atau negatif sebagai fungsi. Akhirnya, wacana menampilkan makna sebagai hasil yang telah dicapai oleh bentuk dan fungsi. Apabila dikaitkan dengan sistem dasar komunikasi sastra, yaitu antara pengarang, karya sastra dan pembaca, maka bentuk digali melalui kompetensi pengarang, fungsi melalui karya, sedangkan makna melalui pembaca. Bentuk sebagai artifact adalah hak pengarang, wakil pengarang untuk menyampaikan pesan- pesannya, yang secara keseluruhan berupa aspek-aspek kebudayaan. Pertemuan antara karya sastra dengan pembaca hingga pembaca dapat menghasilkan sesuatu yang baru disebut makna Ratna, 2010:247. 41 Bagi Barthes, makna adalah writerly, wacana adalah untuk ditulis, bukan dibaca. Kaitannya dengan penelitian RK ini, maka konsep wacana naratif dimaksudkan sebagai satuan gramatikal terlengkap dan tertinggi dari persepsi masyarakat yang bersifat orisinil, dituliskan dan dinarasikan, sebab mempunyai bentuk, fungsi, dan makna sehingga dapat disejajarkan dengan teks dalam ilmu sastra.

2.2.6 Konsep Spiritualitas