115 Pada kalimat kedua, kata orang itu sadar dalam wacana tersebut, membentuk
kolokasi leksikal karena unsur itu merupakan bentuk ‘penyadaran’ akan sesuatu yang ada di dunia ini bukan miliknya. Penyadaran ini juga bermakna untuk ‘mengingatkan’
bahwa dalam kehidupan, soal memberi dan menerima merupakan kewajiban.
5.1.2 Aspek Koherensi
Istilah “koherensi” mengandung makna “pertalian”. Dalam konsep kewacanaan, berarti pertalian makna atau isi kalimat HG Tarigan, 1987:32.
Koherensi juga berarti hubungan timbal balik yang serasi antar unsur dalam kalimat Keraf, 1984:38. Hubungan koherensi adalah keterkaitan antara bagian yang satu
dengan bagian lainnya sehingga kalimat memiliki kesatuan makna yang utuh. Wacana yang koheren memiliki ciri-ciri: susunannya teratur dan amanatnya terjalin
rapi sehingga mudah diinterpretasikan. Dalam struktur wacana, aspek koherensi
diperlukan keberadaannya untuk menata pertalian batin antara proposisi satu dengan lainnya untuk mendapatkan keutuhan.
Lebih lanjut Halliday dan Hassan 1970:2 menegaskan bahwa struktur wacana pada dasarnya bukanlah struktur sintaktik, melainkan struktur semantik,
yakni semantik kalimat yang di dalamnya mengandung proposisi-proposisi. Beberapa kalimat hanya akan menjadi wacana sepanjang ada hubungan makna arti di antara
kalimat-kalimat. Pada dasarnya, hubungan koherensi adalah rangkaian fakta dan gagasan yang teratur dan tersusun secara logis. Koherensi dapat terjadi secara implisit
terselubung karena berkaitan dengan bidang makna yang memerlukan interpretasi.
116 Sementara itu, Kridalaksana 1978:69 mengemukakan bahwa, hubungan
koherensi wacana sebenarnya adalah ‘hubungan semantis’. Artinya, hubungan itu terjadi antarproposisi. Secara struktural, hubungan itu direpresentasikan oleh
pertautan secara semantis antara kalimat atau bagian yang satu dengan kalimat lainnya. Hubungan maknawi ini kadang-kadang ditandai oleh alat-alat leksikal,
namun kadang-kadang tanpa penanda. Hubungan semantis dimaksud antara lain, sebagai berikut.
1 Hubungan sebab-akibat Salah satu bagian kalimat menjawab pertanyaan mengapa sampai terjadi
begini? Kalimat yang satu bermakna sebab dan kalimat lainnya menjadi akibat. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut.
Kutipan 13: “Ciri khas pendirian Pura ini ditandai adanya sinar terang yang bermakna
sebagai pengetahuan, wujud bhakti dan rasa hormat kepada Ida Bhatara Segara untuk mohon kerahayuan jagat. Di sekitar pura ini juga terdapat beberapa situs dan
peninggalan penting, namun kondisinya sudah tidah utuh karena terkikis abrasi pantai sehingga perlu mendapat penanganan sebagai langkah penyelamatan.”
Mk.Gede Suada, informan 10
2 Hubungan sarana-hasil Salah satu bagian kalimat menjawab pertanyaan: mengapa hal ini dapat
terjadi?, dan hasil itu sudah tercapai. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut.
Kutipan 14: “Jika bersembahyang di gedong ini, sarana yang dibawa antara lain; bunga sedap
malam, atau mawar, atau melati, bunga kenanga dan boleh juga buah-buahan yang warnanya hijau. Akan tetapi bila ada orang tangkil sembahyang, lalu
diterima oleh pemangku lain itu merupakan pertanda bahwa Kanjeng Ratu tidak berkenan menerima kedatangan mereka.”Sarba, informan 8.
117 3 Hubungan alasan – sebab
Salah satu bagian kalimat menjawab pertanyaan: “apa alasannya?” Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut.
Kutipan 15: “Dinamakan Pura Tirta Segara Rupek, karena di sini ada sumber mata air suci
yang dinamai ‘Tirta Pingit Sanjiwani’. Hal ini berbeda dengan di Pura Segara Rupek merupakan ‘payogan’ Ida Danghyang Sidhi Mantra, oleh karena itu
orang yang bersembahyang di sana masing-masing harus membawa air yang akan dijadikan tirta.”Sarba, informan 8
4 Hubungan sarana-tujuan Salah satu bagian kalimat menjawab pertanyaan: “apa yang harus dilakukan
untuk mencapai tujuan itu? Berbeda dengan hubungan sarana – hasil, dalam hubungan sarana-tujuan, belum tentu tujuan tersebut tercapai. Hal ini dapat dilihat
pada kutipan berikut.
Kutipan 16: “ Konon, di sanalah Kebo Iwa melakukan tapa brata yang dikawal oleh seekor ular
besar dan seekor tikus putih sebesar anjing sebagai pengawalnya. Oleh karena itu kawasan Pura ini sangat disakralkan dari segala bentuk aktifitas yang dapat
mencemari lingkungan.” Mk.Gede Suada, informan 10
5 Hubungan latar-kesimpulan Salah satu bagian kalimat menjawab pertanyaan: “bukti apa yang menjadi
dasar kesimpulan itu?” Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut.
Kutipan 17: “Zaman dahulu, masyarakat yang sebagian besar menggantungkan hidupnya di
tepi pantai dengan profesi nelayan dan petani melihat seberkas cahaya yang posisinya terletak di tepian pantai berbatu karang. Di sekitar cahaya itu
dikelilingi pohon kelapa dan semak-semak. Masyarakat setempat memastikan bahwa itu sebagai pertanda baik untuk kehidupan, maka di tempat itu pula
dibangun Pura yang diberi nama Srijong.” Mk.Gede Suada, informan 10
118 6 Hubungan kelonggaran-hasil
Salah satu bagian kalimat menyatakan kegagalan suatu usaha. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut.
Kutipan 18: “Waktu itu Dewa Siwa menghukum Dewi Parwati atas kesalahan tidak
berkonsentrasi pada saat mempelajari ajaran Tantra. Dengan kegagalan yang dilakukan maka bereinkarnasilah menjadi putri seorang nelayan.”Laksana,
informan 7
7 Hubungan syarat-hasil Salah satu bagian
kalimat menjawab pertanyaan: “apa yang harus dilakukan?”, atau “keadaan apa yang harus ditimbulkan untuk memperoleh hasil?”
Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut.
Kutipan 19: “Abrasi yang sangat dahsyat di pantai Klotok menyebabkan hampir semua
bangunan pinggir pantai ambruk termasuk pelinggih Bhatara Segara. Kondisi seperti inilah menjadi dasar pendirian pelinggih Kanjeng Ratu Kidul.” Soma,
informan 23
8 Hubungan perbandingan Salah satu bagian kalimat menyatakan perbandingan dengan bagian kalimat
yang lain. Hal ini dapat dilihat pada petikan berikut.
Kutipan 20: “Di Pura Campuan Windhu Segara terdapat banyak manifestasi dewa-dewi. Oleh
karena itu Jro Mangku menamakan sebagai Pura Multikultur.” Alit Adnyana, informan 21
9 Hubungan parafrasis Salah satu bagian kalimat mengungkapkan isi dari bagian kalimat lain dengan
cara lain. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut.
Kutipan 21: “Bahwa di Pura ini tidak ada obat khusus. Yang penting sering tangkil dengan
119
hati tulus dan pasrah diri, Jro Istri akan ‘ngelukat’ selanjutnya disuruh mandi di Campuan, lalu nunas tirtha kesembuhan. Rahasia kesembuhan justru terjadi
sebelum matahari terbit.” Alit Adnyana, informan 21
10 Hubungan implikatif Salah satu bagian kalimat memperkuat atau memperjelas bagian kalimat
lainnya. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut.
Kutipan 22: “ Di Pura ini Ratu Kidul diyakini sebagai aspek sakthi dari Dewa Baruna
manifestasi Dewa Wisnu. Adnyana percaya dan yakin bahwa ada alam lain di luar alam manusia yang terkadang dapat membantu memberikan kekuatan saat
manusia mengalami masalah.”Alit Adnyana, informan 21
11 Hubungan identifikasi Salah satu bagian kalimat menjadi penjelas identifikasi dari sesuatu istilah
yang ada di bagian kalimat lainnya. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut.
Kutipan 23: “Ketika itu Ida Danghyang Sidhi Mantra beryoga semadhi memohon
kerahayuan seisi jagat kehadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa dalam hal ini adalah Sanghyang Siwa dan Sanghyang Baruna Gni sebagai penguasa samudra
raya. Danghyang Sidhi Mantra dititahkan untuk menggoreskan tongkat beliau tiga kali ke tanah tepat di daerah ceking geting. Akibat goresan itu, air lautpun
terguncang bergerak membelah bumi sehingga daratan Bali dan tanah Jawa yang semula satu, akhirnya terpisah oleh lautan dan dinamakan Selat Bali.”
Laksana, informan 7
12
Hubungan ibarat Salah satu bagian kalimat memberikan gambaran perumpamaan. Hal ini dapat
dilihat pada kutipan berikut.
Kutipan 24: “Kanjeng Ibu adalah seorang yang berhati mulia, welas asih dan penyayang.
Sebagaimana layaknya seorang ‘Ibu’ apa saja yang dimohon oleh anak- anaknya selalu dipenuhi.”A.Mujiarto, informan 4
Kutipan 25: “Serangan yang berasal dari kata ‘sira’ dan ‘angen’ artinya siapapun yang
120
datang ke tempat ini menjadi ‘kelangen’ merasa betah. Pernyataan itu dikuatkan oleh kondisi dan situasi desa Serangan yang cukup tenang dan
sangat baik untuk menenangkan pikiran serta belajar ilmu ‘kedyatmikan’. Mk.Tamat, informan 17
Tujuan pemakaian aspek atau sarana koherensi antara lain agar tercipta susunan dan struktur wacana yang memiliki sifat serasi, runut, dan logis. Dalam
tataran analisis wacana, kajian tentang koherensi merupakan hal mendasar dan relatif penting.
Berkaitan dengan itu, Labov dalam Mulyana, 2005:35 menjelaskan bahwa, pokok permasalahan dalam analisis wacana adalah bagaimana mengungkapkan
hubungan rasional dan kaidah-kaidah perihal cara terbentuknya tuturan yang koheren. Kohesi dan koherensi hampir sama, bahkan, beberapa penanda aspek kohesi juga
merupakan penanda koherensi. Demikian pula sebaliknya, walau terkesan ada hal-hal yang tumpang tindih antara kedua aspek tersebut, bukan berarti tidak dapat
dibedakan. Perbedaan di antara kedua aspek tersebut adalah pada sisi titik dukung terhadap struktur wacana. Artinya, dari arah mana aspek itu mendukung keutuhan
wacana. Apabila dari dalam internal, maka disebut sebagai aspek kohesi, apabila berasal dari luar, maka disebut sebagai koherensi.
5.2 Struktur Naratif
Pada dasarnya klasifikasi diperlukan untuk memahami, mengurai, dan menganalisis wacana secara tepat. Ketika analisis dilakukan, perlu diketahui terlebih
dahulu jenis wacana yang dihadapi. Klasifikasi atau pembagian wacana tergantung