Konsep Spiritualitas Deskripsi Konsep .1 Folklor, Tradisi Lisan, Kearifan Lokal dan Sastra Lisan

41 Bagi Barthes, makna adalah writerly, wacana adalah untuk ditulis, bukan dibaca. Kaitannya dengan penelitian RK ini, maka konsep wacana naratif dimaksudkan sebagai satuan gramatikal terlengkap dan tertinggi dari persepsi masyarakat yang bersifat orisinil, dituliskan dan dinarasikan, sebab mempunyai bentuk, fungsi, dan makna sehingga dapat disejajarkan dengan teks dalam ilmu sastra.

2.2.6 Konsep Spiritualitas

Pada dasarnya, spiritual mempunyai beberapa arti di luar dari konsep agama, tetapi lebih menunjukkan tingkah laku, bahkan sering dihubungkan dengan faktor kepribadian. Menurut kamus Webster 1963 kata ‘spirit’ berasal dari kata benda ‘spiritus’ Latin yang berarti nafas breath dan kata kerja ‘spirare’ yang berarti bernafas. Sesuatu yang hidup sudah pasti memiliki nafas, yang artinya memiliki spirit. Menjadi spiritual berarti mempunyai ikatan yang lebih kepada hal yang bersifat kerohanian atau kejiawaan dibandingkan dengan hal yang bersifat fisik atau material. Spiritual merupakan kebangkitan atau pencerahan diri dalam mencapai makna hidup dan tujuan hidup, sehingga merupakan bagian esensial dari keseluruhan kesehatan dan kesejahteraan seseorang. Dalam pengertian yang lebih luas, spiritual merupakan hal yang berhubungan dengan spirit. Sesuatu yang spiritual memiliki kebenaran abadi yang berhubungan dengan tujuan hidup manusia dan bersifat duniawi atau sementara KBBI. Di dalam spiritual terdapat kepercayaan terhadap kekuatan supernatural seperti halnya dalam agama, tetapi memiliki penekanan pada pengalaman pribadi. 42 Spiritual dapat merupakan ekspresi dari kehidupan yang dipersepsikan lebih tinggi, lebih kompleks atau lebih terintegrasi dalam pandangan hidup seseorang yang bersifat indrawi. Seseorang dapat diketahui menjadi spiritual karena memiliki arah tujuan dengan terus menerus meningkatkan kebijaksanaan dan kekuatan berkehendak. Tujuannya untuk mencapai hubungan yang lebih dekat dengan ketuhanan dan alam semesta serta menghilangkan ilusi dari gagasan salah yang berasal dari alat indra yakni perasaan dan pikiran. Disebutkan pula bahwa aspek spiritual memiliki dua proses. Pertama, proses ke atas merupakan tumbuhnya kekuatan internal yang mengubah hubungan seseorang dengan Tuhan. Kedua, proses ke bawah yang ditandai dengan peningkatan realitas fisik seseorang akibat perubahan internal. Dalam konotasi lain, perubahan akan timbul pada diri seseorang dengan meningkatnya kesadaran diri dan nilai-nilai ketuhanan akan termanifestasi ke luar melalui pengalaman dan kemajuan diri. Konsep spiritualitas dalam penelitian RK ini dipahami sebagai kesadaran diri dan kesadaran individu tentang asal, tujuan, dan nasib. Spiritual dapat memberikan jawaban siapa dan untuk apa seseorang itu keberadaan dan kesadaran. Berbeda halnya dengan religiusitas agama memberikan jawaban apa yang harus dikerjakan seseorang perilaku dan tindakan. Oleh karena itu, seseorang bisa saja mengikuti agama tertentu, namun harus tetap memiliki spiritualitas. Artinya, seseorang yang agamanya sama, namun belum tentu memiliki jalan atau tingkat spiritualitas yang sama. Demikian juga dengan keyakinan terhadap RK, khususnya bagi kelompok 43 paranormal dan penekun spiritual akan terjadi perbedaan pemahaman antara yang spiritualis dan yang religius. 2.3 Landasan Teori 2.3.1 Teori Wacana Naratologi