Konsep Ratu Kidul Deskripsi Konsep .1 Folklor, Tradisi Lisan, Kearifan Lokal dan Sastra Lisan

35

2.2.4 Konsep Ratu Kidul

Secara umum kata Ratu Kidul dipahami merupakan istilah yang diberikan kepada penguasa samudra Indonesia bagian Selatan. Namun, secara etimologis terdiri atas kata ‘Ratu dan Kidul’. Kata Ratu terbentuk dari ungkapan ‘tu’ yang bermakna zat kesaktian, memiliki awalan yang menunjukkan kemuliaan ‘ra’ di depannya. Dari perkataan tersebut muncul perkataan keratuan maksudnya keraton setelah mengalami hukum sandisuara. Berdasarkan mekanisme ke luarnya ejaan dalam lisan Jawa kata ratu memiliki asal yang sama dengan istilah datu, seperti ditunjukkan oleh kata kedaton untuk menunjuk salah satu lokasi dalam istana utama dari sebuah keraton KBBI. Kata ratu-datu, kemudian disalin ke dalam huruf Pallawa dengan bahasa Sanskerta sebagaimana diaplikasikan dalam berbagai prasasti Jawa. Kemudian, didepan istilah ratu sering dilekatkan kata untuk memuliakan zat kesaktian yaitu Sang, atau Sang Sri sehingga memunculkan istilah Sang Ratusang sri ratu Sholikhin, 2009:77-78. Konsep ‘ratu’ dalam hal ini adalah sebuah jabatan semacam Presiden sehingga sang ratu tidak harus perempuan, terkadang laki-laki, hanya secara kebetulan kebanyakan perempuan. Selanjutnya, ‘Ratu’ berasal dari kata rat yang berarti bumi. Tempat tinggalnya disebut ke-rat-on atau keraton Soerjadiningrat, 1997:37-40. Kata ‘ratu’juga diartikan sebagai raja yang berjenis kelamin perempuan queen, sedangkan raja laki-laki disebut lord. Dalam bahasa Jawa Kuna ‘ratu’ berasal dari kata ra, artinya terhormat dan tu artinya seseorang atau orang. Jadi ratu artinya orang yang terhormat. Namun, dalam 36 falsafah Jawa pengertian ratu adalah orang yang memiliki kuasa mutlak, yang dalam dirinya terpusat bhuwana alit mikrokosmos dan bhuwana agung makrokosmos. Ratu adalah sosok yang memusatkan kekuatan kosmis dalam dirinya. Kesakten sang ratu diukur dari besar kecilnya monopoli kekuasaan dan kekuatan gaib yang dimilikinya Mukhlisin dan Damarhuda dalam Duija, 2004:53. Kata kidul menunjukkan sebuah arah mata angin yang berasal dari lisan Jawa artinya selatan. Istilah Ratu Kidul dalam khazanah tentang kekuasaan raja Jawa lebih mungkin mengambil bentuk kepatronan pendamping spiritual, atau pendamping yang membantu secara sukarela dari alam halus. Seorang penguasa akan dapat menjalankan tugas dan amanatnya jika mendapatkan pendampingan dari RK. Dalam konsepsi spiritual Islam-Jawa termasuk dalam kelompok para malaikat dan roh penjaga, yang mendapat tugas dari Tuhan ditujukan kepada manusia terpilih yakni manusia yang dikehendaki Tuhan untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab di bumi. Deskripsi tersebut merupakan pesan spiritual kepada para penguasa di tanah Jawa untuk senantiasa ngelmu melaksanakan laku spiritual. Dalam mitos Jawa, RK misalnya dinarasikan sebagai istriratu dari dunia maya yang memberi kekuatan bagi raja-raja Mataram Islam mulai dari Panembahan Senapati sampai Sultan Hamengku Buwono X yang berkedudukan di laut khususnya bagian Selatan. Berbeda dengan di Bali, bahwa RK secara etimologi juga terdiri atas dua kata ‘ratu’ dan ‘kidul’. Oleh masyarakat di Bali, kata ratu dipahami sebagai sebutan untuk menghormati seseorang baik karena posisi, jabatan, maupun fungsi dan tugasnya. 37 Sebutan ‘ratu’ berkembang sesuai gender, maka muncul kata ‘raja’ sebagai pasangannya, sehingga ‘ratu’ diidentikkan dengan perempuan dan setiap perempuan akan dipanggil ibu. Bahwa kodrat seorang ibu mempunyai kekuatan yang luar biasa untuk memelihara anak dan keluarganya bahkan efeknya menyejahterakan masyarakat. Dalam konsep Hindu dipahami sebagai Pradhana, maka munculah konsep Purusa-Pradhana dan dewa-dewi. Konsep purusa-pradhana dalam tradisi ber-yadnya diimplementasikan dengan ritual nyegara-gunung. Tradisi ritual Nyegara-Gunung, merupakan prosesi terakhir dari upacara ngaben. Gunung sebagai lambang purusa laki-laki, sedangkan segara laut sebagai lambang pradhana perempuan sehingga perpaduan atau penyatuan keduanya menimbulkan kehidupan di darat. Oleh karena itulah, konsep ‘ratu’dipahami sebagai perempuan. Sedangkan kata ‘kidul’ yang berasal dari lisan Jawa kuna, telah diadopsi menjadi kosa kata Bali yang juga berarti Selatan. Hasil rekonstruksi beberapa bentuk persepsi masyarakat terhadap wacana mitos RK di Pesisir Bali Selatan dapat dipahami sebagai ‘roh’ seseorang yang dihormati karena jasa, pengabdian, kekuasaan, pengetahuan dan kekuatan gaib yang dimilikinya. Roh-roh dimaksud telah mencapai alam sorga sehingga disebut sebagai ‘leluhur’. Kepada para leluhur itulah masyarakat mempercayakan diri, memohon keselamatan, berkah, dan solusi atas segala permasalahan hidup di dunia. Untuk memberikan penghormatan, roh-roh tersebut dibuatkan tempat pemujaan di Selatan dekat sumber-sumber mata air atau dekat dengan laut. Dengan demikian, konsep Ratu Kidul yang menjadi topik bahasan dalam penelitian ini adalah konsep kearifan lokal 38 masyarakat di Bali tentang kepercayaan terhadap adanya ‘roh’ penjaga dan penguasa lautan yang diyakini dapat membantu manusia dalam mengatasi serta mencarikan solusi atas segala permasalahan hidup yang dimuliakan dan dipuja di Selatan. Dari semua persepsi para informan ada perkecualian yakni informasi di hutan Pura Segara Rupek dalam bentuk ‘lingga’ juga diyakini sebagai wujud sakthi Dewa Siwa yaitu Dewi Parwati yang bereinkarnasi menjadi RK.

2.2.5 Konsep Wacana Naratif