Rekonstruksi Wacana Mitos Ratu Kidul di Pesisir Bali Selatan

95

4.3 Rekonstruksi Wacana Mitos Ratu Kidul di Pesisir Bali Selatan

Rekonstruksi dilakukan adalah untuk proses pemaknaan kontekstual terhadap mitos RK di pesisir Bali Selatan. Persepsi masyarakat yang telah dipilah dan diolah, dirunut atas dasar ketuaan informasi yang diwacanakan oleh para informan, jarak tempuh dan ketersediaan waktu kesiapan waktu peneliti untuk mendapatkan informasi tersebut. Adapun rekonstruksi wacana mitos RK di pesisir Bali Selatan dapat di susun kembali dengan pola pikir sebagai berikut. Pengaruh budaya Jawa berupa nilai kehidupan, telah lama masuk ke Bali, terutama sejak zaman kerajaan Gelgel-Klungkung. Sebagai nilai kehidupan, tidak ada yang mengetahui masuknya secara pasti. Namun, dari catatan sejarah dapat diperkirakan ada tiga periode penting yang dilalui, yakni: zaman Kediri-Singosari dengan rajanya Dharmawangsa Teguh, zaman Majapahit, hingga masuknya agama Islam dan zaman modern setelah merdeka. Sejalan dengan itu, sebagai bukti mitos RK dari Jawa masuk ke Bali dapat dilihat dengan adanya beberapa artifact berupa: ‘lingga’, arcapatung, lukisan, kamar suci, yang menjadi tempat pemujaannya berikut ritual di beberapa Pura pesisir Bali Selatan. Secara struktur, diperkirakan wacana tentang mitos RK sudah pernah diterima di Bali, tetapi tidak utuh, sebagian berupa cerita lepas sesuai pemahamanpersepsi masyarakat di Bali. Dari hasil wawancara, RK dipersepsikan dan diterima oleh bermacam-macam kelompok dan profesi masyarakat. Misalnya, penganut spiritual mempersepsikan sebagai penyelamat, pemberi berkah, memberikan kesehatan dalam kehidupan lahir bathin. Para nelayan mempersepsikan sebagai penguasa laut. Masyarakat Hindu pada umunya mempersepsikan sebagai bagian dari aktivitas keagamaan terutama pelaksanaan ritual terhadap laut dan sumber mata air. Sebagai masyarakat yang multikultur, dalam meresepsi dan mempersepsi tentu berbeda-beda. Oleh karena itu, terjadi pergeseran pemahaman, olah pikir dan perilaku terhadap mitos RK versi Jawa yang utuh dan berubah dalam konteks budaya Bali atas dasar ajaran ke-Hinduannya kosmologi Hindu, disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pemuja. Secara umum nama RK masih sangat berpengaruh terutama di lingkungan Keraton dan masyarakat Jawa. Pengaruh itulah yang telah menyebar di Bali sehingga sampai saat ini masyarakat memandang sebagai tokoh mistis. Asal-usul kemunculan dan keberadaannya di pesisir Bali Selatan telah banyak diwacanakan oleh masyarakat. Keyakinan masyarakat terhadap RK ditunjukkan dengan pembuatan tempat-tempat pemujaan, seperti: palinggih, gedongkamar suci, patungarca, lukisan, ritual sesaji yang bahan-bahannya serba hijau, wewangian yang disebut kembang telon, bunga melati dan sedap malam sebagai ciri keberadaannya. 96 Wacana mitos RK dapat ditelusuri di sepanjang pesisir Bali Selatan dari pantai Gilimanuk sampai pesisir pantai Padangbai. Persepsi masyarakat menyatakan bertemu, mengenal, memuja, dan mempercayai RK sehingga muncul nama yang berbeda-beda sebagai penguasa alam laut. Bersama dengan dewa-dewi penguasa sumber mata air turut menjaga laut dan biota yang ada di dalamnya. Di pantai Yeh Gangga berkaitan dengan keberadaan bongkahan batu besar berlobang dan sebuah Pura kecil yang bernama Batu Bolong, RK dipercaya sebagai Dewi Gangga yang telah bereinkarnasi serta dipuja sebagai Ratu Biyang Sakti yang selalu melindungi para nelayan atau petani udang lobster dan melindungi pemukiman masyarakat pesisir dari ancaman bahaya tsunami. Di wilayah hutan Sumber Kelampok ± 8 km dari Pura Segar Rupek masyarakat percaya dan menghormatinya sebagai pelindung satwa langka dan membantu masyarakat yang sedang mengalami masalah sosial. Di tempat ini RK dipuja sebagai reinkarnasi Dewi Parwati dalam wujud ‘lingga’ yang merupakan simbol pemujaan dewa Siwa dengan pengawalnya berupa buyung bangke lalat hijau. Wacananya dikaitkan dengan mitos tentang peristiwa yang terjadi sekitar abad ke-11 pada saat Dang Hyang Sidhi Mantra membelah daratan pulau Bali tepat di daerah ‘ceking geting’ ruas jalan yang sempit menjadi selat Bali. Di pantai Payan dan pantai Soka, masyarakat percaya bahwa RK berkaitan dengan keberadaan Goa Kelelawar Suci yang dipuja sebagai Ratu Biyang Sakti bersama-sama dengan Kebo Iwa turut menjaga laut, melindungi para petani dan menjaga kesakralan Pura Dang Kahyangan Srijong. Ancanganunen-unen pengawal berupa kelelawar, ular besar dan tikus putih sebesar anjing. Wacananya melahirkan mitos tentang situs peninggalan Kebo Iwo dan keberadaan Goa Kelelawar Suci. Di pantai Serangan RK dikaitkan dengan keberadaan Pura Dang Kahyangan Dalem Sakenan, yakni pelinggih Sawang Dalem, Pura Teked Karang Tengah dan Pura Tunggak Tiying dengan sebutan Ratu Ayu Manik Macorong Dane Gusti Blembong, Ratu Ayu Mas Kentel Gumi dengan Ida Pangeran Panji Landung Kebo Iwa. Penghormatan terhadap RK di pantai Serangan juga dikaitkan dengan dampak dari reklamasi pantai tahun 1995 yang melahirkan mitos tentang kisah Pangeran Panji Landung. Pulau Serangan yang dahulunya bernama Pulau Mas tidak tenggelam atas campur tangan dan perlindungan RK. Di pantai ini pula masyarakat sering melaksanakan ritual melasti, mulang pakelem mapakelem, nganyud, nyegara- gunung, nanggluk merana. Dari pantai Purnama, pantai Saba hingga pantai Masceti, sebagian masyarakat meyakini RK sebagai Ratu Suun Kidul. Di tempat ini RK dimitoskan sebagai reinkarnasi seorang putri raja yang telah mencapai alam moksa manunggal ibarat Siwa-Budha. Tempat pemujaannya terletak di ‘meru tumpang sebelas’. Wacananya dapat melegalkan keberadaan Pura Sukeluih Suun Kidul. Di pantai Sanur wacana RK berkaitan dengan keberadaan hotel Bali Beach. Munculnya nama RK pertama kali adalah pasca kebakaran yang pernah meluluhlantakkan hotel tahun 1992. Wacana RK di tempat ini melahirkan mitos tentang pensakralkan kamar 327 sebagai hadiah yang dikenal dengan kamar Bung Karno, sedangkan Cottages 2401 sebagai kamar KRK Bunda Ratu. Wacana RK di 97 hotel IGBB berkaitan dengan tradisi Jawa khususnya Solo. Pada ruangan Cottages 2401 dihias dengan balutan serba hijau, lukisan RK juga dipajang di tembok di atas sebuah tempat tidur. Atribut seperti ‘sampir’ selendang yang khusus dikirim dari keraton Solo, dan sarana ritual lain menambah kesan mistis ruangan tersebut. Di depan kamar Cottages dipasang bendera merah putih. Demikian juga kamar 327 hotel IGBB dihias dengan lukisan RK dan foto Bung Karno termasuk atribut pribadinya, antara lain: rokok kansas, keris, dan tiruan tongkat komando. Kedua tempat pemujaan RK di hotel IGBB selalu melaksanakan tradisi ritual kejawen ‘labuhan’ pada malam 1 Suro. Oleh karena itu kedua tempat ini sering digunakan sebagai tempat untuk bermeditasi sebagai ciri khas ajaran kejawen manunggaling kawula lan gusti dengan kearifan lokal mamayu hayuning bawana. Di pantai Gilimanuk sampai Pengambengan masyarakat menghormatinya sebagai penguasa laut selatan dengan nama Kanjeng Ratu Kidul memberi perlindungan terhadap para nelayan, menangkal ganasnya ombak dari bahaya abrasi pantai, hingga dibuatkan gedong suci tempat pemujaannya. Di tempat ini juga biasa dilakukan tradisi ritual ‘malukat’ dari sebuah mata air yang diberi nama Tirta Pingit Sanjiwani. Sedangkan di pantai Pengambengan setiap bulan Suro para nelayan selalu mengadakan ritual ‘Petik Laut’ yakni tradisi ritual untuk memberikan persembahan kepada penguasa laut Kanjeng Ratu Kidul. Berikutnya, di pantai Tanah Lot dikaitkan dengan keberadaan ‘Petirtan’ tempat ‘malukat’ di bawah bagian selatan pura, RK dipercaya sebagai Bunda Ratu Kidul. Di pantai Tanah Lot ini RK dikatakan sering menampakkan diri terhadap para wisatawan terutama saat pergantian waktu. Di tempat ini RK dimitoskan sebagai wanita cantik berambut panjang berpakaian serba hijau, atau seorang nenek membawa tongkat yang mengawasi gerak-gerik, perilaku pawa wisatawan yang tidak mematuhi peraturan. Di pantai Berawa hingga pantai Peti Tenget RK dikaitkan dengan keberadaan Pura Dalem Prancak dan masyarakat menghormatinya sebagai Ida Bhatari Solo diyakini selalu bersama-sama dengan Bhatara Segara menjaga pantai dari ancaman bahaya tsunami, apalagi di wilayah pantai ini sering dilakukan ritual ‘melasti’. Di wilayah pantai ini RK dimitoskan sebagai seorang putri dengan perahu emasnya yang selalu datang pada saat ada ‘odalan’ di Pura Dalem Prancak. Di pantai Mertasari sampai pantai Padanggalak, RK disebut dengan nama yang berbeda-beda. Keberadaannya dikaitkan dengan Pura Segara Tirta Empul bernama Ratu Ayu Mas Manik Tirta dipercaya sebagai putri Dewi Danuh yang ditugaskan untuk melindungi masyarakat petani dari ancaman penyakit tanaman sehingga di tempat ini sering dilakukan ritual ‘tolak bala’ untuk pertanian dan ritual ‘malukat’ untuk pengobatan manusia secara lahir bathin. Di Pura Dalem Pengembak dengan nama Ratu Gede Sekaring Jagat dikenal oleh masyarakat bersama dewa-dewi lainnya memberikan kesehatan lahir bathin melalui ritual ‘malukat.’ Wacana RK di tempat ini melahirkan mitos tentang Ratu Gede Mas Macaling dengan buaya putih dan buaya kuning sebagai pengawalnya. 98 Di Pura Campuan Windhu Segara CWS dikenal dengan nama Bunda Ratu diyakini sebagai sakthi dewa Wisnu bersama dewa-dewi lainnya dipercaya oleh masyarakat mencegah abrasi pantai dan memberi kesehatan serta kesembuhan lahir bathin. Tempat pemujaannya dalam bentuk patungarca, pelinggih dan gedong yang dibalut dengan warna hijau. Itu sebabnya, di pura CWS sering dilaksanakan ritual ‘malukat’ dan ritual yang berhubungan dengan laut, seperti: ngangkid, melasti, mulang pakelem, nyegara-gunung, dan meditasi. Wacana RK di tempat ini berkaitan dengan keberadaan patungarca dewa-dewi lain, sehingga Pura ini oleh pemangkunya dikatakan sebagai Pura Multikultur. Dari pantai Sidayu sampai pantai Klotok, RK dipuja pada sebuah pelinggih bernama Pelinggih Kanjeng Ratu Kidul sebagai Ratu Kala Sunya. RK dipercaya turut menjaga laut dari ancaman tsunami bersama-sama dengan Ratu Gede Dalem Ped. Di tempat ini sering dilakukan ritual yang berhubungan dengan laut seperti; ritual ngangkid, melasti, mulang pakelem, nyegara-gunung. Keberadaan pelinggih KRK melahirkan mitos, pelinggih Bhatara Segara yang telah hancur akibat hempasan gelombang laut pada saat terjadinya tsunami Aceh tahun 2005. Di pantai Padangbai RK juga diwacanakan sebagai Ratu Pantai Selatan sering terlihat berupa penampakan apabila kondisi cuaca di laut kurang bersahabat. RK bersama-sama dewa-dewi lainnya dipercaya menangkal aura negatif yang akan memasuki Bali. Pantai Padangbai dipercaya sebagai tempat para penjaga dan penguasa laut melaksanakan pertemuan membahas permasalahan dunia terutama yang berhubungan dengan laut. Itu sebabnya, di pantai Padangbai sering dilakukan ritual mulang pakelem yang dikaitkan dengan keberadaan Pura Segara Padangbai. Komunitas paranormal mempercayai RK sebagai ‘roh’manusia yang telah lama mencapai alam ‘moksa’manunggal dengan Tuhan yang dikenal sebagai Bhatara Hyang Guru leluhur, itulah sebabnya, RK dikatakan ‘Ibu Nusantara’. RK oleh paranormal dikenal sebagai Dewi Dasar Lautan Ratu Kanjeng Kidul. Roh para leluhur sengaja dihidupkan kembali dan ditugaskan bersama dewa-dewi penguasa sumber mata air untuk melindungi manusia dan mengatasi segala permasalahan dunia terutama yang berhubungan dengan laut. Masyarakat Bali umumnya percaya akan adanya alam halus atau alam roh. Bali merupakan wilayah geografis dan menjadi pusat hunian para makhluk halus yang keadaannya terpencar-pencar, namun memusat pada lokasi tertentu sehingga para tetua mengatakan tanah Bali tenget angker. Di antaranya, wilayah pesisir Bali Selatan berada di bawah kekuasaan Ratu Gede Dalem Ped yang pada saat ini diyakini menjadi partner KRK. Dari catatan sejarah yang menyinggung tentang nama RatuPenguasa lautan di pesisir Bali selatan ada dalam bentuk Babad, yakni Babad Pasek dan Arya Bang Pinatih berkaitan dengan misi yang dilakukan Dang Hyang Sidhi Mantra menjalankan titah Dewa Siwa dan Sang Hyang Baruna Gni memunculkan mitos Selat Bali Manik Angkeran. Babad Brahmana menuturkan kisah perjalanan spiritual Dang Hyang Nirartha, menyusuri pesisir Bali selatan dalam rangka mempertahankan agama Hindu khususnya pembaharuan ajaran Siwa-Sidhanta. Hal ini melahirkan 99 legalitas Dalem Gelgel di bawah raja Dalem Waturenggong, termasuk berdirinya beberapa Pura Dang Kahyangan dan konsep berdirinya pura Segara di sepanjang pesisir Bali Selatan. Setelah Dang Hyang Nirartha mencapai alam ‘moksa’ diberi gelar kehormatan Sang Hyang Sinuwun Kidul. Adanya kata ‘kidul’ hanya untuk menunjukkan bahwa Beliau merupakan tokoh yang pantas dihormati karena jasa dan pengabdiannya dalam hal pembaharuan agama Hindu terutama ajaran Siwa Sidhanta khususnya di pesisir Bali Selatan. Selain itu kata ‘kidul’ yang berarti Selatan, merupakan sthana Dewa Brahma, kemudian diasosiasikan sebagai Brahmana. Dengan demikian Sang Hyang Sinuwun Kidul dimaksudkan adalah roh seorang Brahmana yang telah berjasa melakukan misi, memelihara, serta melindungi sistem keagamaan Hindu yang dimuliakan dan dipuja di Bali Selatan. Dalam Babad Sukawati juga ada disebutkan nama Ki Gede Macaling dari Nusa Penida sebagai utusan Ida Bhatara Kasuun Kidul untuk menyampaikan anugerah berupa lontar dan ‘cakepan’ yang dibuat dari denta gading yang bernama Ki Pengasih Jagat. Wacana ini melahirkan legalitas kerajaan Sukawati yang pada saat itu sedang mengalami konflik internal dan memunculkan mitos pendirian palinggih Ratu Gede Macaling di Jaba Pura Er Jeruk sebagai ‘pengamer-amer’ di bumi Timbul. Pendirian Hotel Bali Beach atas gagasan Bung Karno dan peristiwa kebakaran di tahun 1992 menginspirasi munculnya nama KRK melakukan misinya di pantai selatan Bali. Bersama-sama dengan Ratu Gede Dalem Ped menjaga keamanan pesisir Bali selatan dari terjangan ombak yang berpotensi terjadi tsunami. Wacana ini melegalkan mitos tentang pensakralan kamar 327 dan Cottages 2401 hotel BB yang dipercaya sebagai kamar suci Bung Karno dengan RK. Demikian pula dengan pendirian pelinggih maupun gedong suci KRK pada beberapa tempat di pesisir Bali selatan. Sampai saat ini, wacana RK terus berkembang seiring dengan peristiwa dan musibah yang terjadi di pesisir Bali Selatan. Peran komunitas paranormal menjadikan RK sebagai sasuhunan, sedangkan media terkesan menghidupkan nama RK. Perkembangannya melalui kelompok-kelompok perguruan yang mengajarkan ilmu gaib dan tenaga dalam. Dalam kaitanannya dengan keberlanjutan kerajaan Hindu Padjajaran- Majapahit melahirkan wacana Dr. Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna MWS III, President The Hindu Center Of Indonesia, DPD RI terpilih dari Bali. Tokoh Bali yang kontroversial ini telah dilantik oleh Abhiseka Ratu Sri Brahmaraja Wilatikta XI menggunakan keris pusaka kerajaan Majapahit pada tanggal 31 Desember 2009 di Pura Besakih, sesuai petunjuk dan perintah ‘niskala’ Ratu Tri Buwana Tungga Dewi di tanah Jawa dengan gelar Sri Wilatikta Tegeh Kori Kresna Kepakisan XIX. Sejak saat itu diberikan hak untuk menggunakan gelar raja Majapahit Bali Selanjutnya pada akhir tahun 2011 kembali raja Majapahit Bali menerima hibah dua buah Pusaka Kereta Kencana Raja yakni Kyai Dalem Basuki Amangkubumi dan Kyai Panjenengan Segoro Kidul. Bali Post, 2 Januari 2012. Pada wacana ini ada benang merah yang menyebabkan hancurnya sistem kerajaan di Bali sejak zaman sebelum kemerdekaan sampai saat ini. Menurut masyarakat Tatar Sunda bahwa dalam babad Bali tidak ada referensi doa restu dan 100 penghormatan Raja Bali terhadap ibunya dalam hal ini Kanjeng Ratu Pantai Selatan. Pada hal, dalam babad Nusantara syarat utama seorang Ksatria Dalem adalah adanya restu ibu Nusantara Wahyu Keprabon dari tanah Jawa. Pada wacana ini RK bernama lengkap Kanjeng Ratu Dewi Pantai Selatan Segara Kidul putri Raja Siliwangi Padjajaran Hindu, oleh karena itu RK dipandang sebagai leluhur foto lukisan diambil saat pameran pembangunan Provinsi Bali tahun 2015 terlampir. Demikian pula dalam hubungannya dengan politik, nama RK disebut-sebut berpengaruh, khususnya untuk pemenangan partai politik tertentu. Biasanya, wacana ini muncul menjelang pemilihan legeslatif, pemilihan Gubernur, dan pemilihan Presiden. Banyak tokoh partai yang melakukan meditasi pada tempat-tempat RK diwacanakan, memohon agar diberikan kemenangan dan kesuksesan. Hal yang menarik diceritakan dan diprediksi oleh salah satu informan tentang sosok Joko Widodo sejak menjadi Walikota Solo, lalu menjadi Gubernur DKI hingga diangkat sebagai Presiden, nama Jokowi selalu dikaitkan dengan kekuatan da tan kasat mata yang melindunginya yakni Bunda Ratu Kidul wawancara dengan Mk. Wirya, 25 Januari 2014. Jokowi juga dikatakan seringkali mengadakan kontak bathin, bahkan sudah mendapat restu dari Nyi Roro Kidul untuk menjadi Presiden RI Suara Karya, 19 Januari 2014. Meskipun sering terjadi polemik tentang ketidakjelasan posisi RK, namun sang Ratu masih tetap menjadi pusat ritual-ritual pantai. Nama RK masih dipercaya hadir secara periodik pada saat kondisi alam utamanya laut tidak menentu hingga mencapai titik kritis seperti isu adanya tsunami. Dengan mewacanakan mitos RK di pesisir Bali Selatan dapat dipahami sebagai sebuah pesan dari nenek moyang mengenai keadaan lingkungan laut yang semakin hari semakin memprihatinkan seperti seringnya muncul isu tentang tsunami. Ini berarti, mengangkat kembali harkat mitos itu dari berbagai hal yang membungkus dan menutupinya. Setidaknya, dapat mengubah pandangan hidup masyarakat di kawasan pantai, bahwa mereka hidup di daerah yang rawan tsunami. Jika hal itu tercipta, maka masyarakat akan mudah diajak untuk hidup akrab dengan tsunami, mudah mengajak mereka untuk selalu bersiaga 101 menghadapi bencana, mudah mengajari mereka untuk melakukan tindakan penyelamatan diri dengan benar ketika bencana tiba-tiba muncul. Menghubungkan RK dengan tsunami merupakan pengetahuan lokal untuk menyelamatkan diri dari bencana terjangan gelombang besar dan selanjutnya mengajak masyarakat untuk peduli terhadap lingkungan laut, agar tidak terjadi pencemaran apalagi pengerusakan. Sudah menjadi hukum alam, semakin alam dirusak maka, semakin banyak korban terjadi akibat kerusakan alam. Oleh karena itu perlu adanya konsep Tri Hita Karana sebagai kearifan lokal yang jitu untuk menyadarkan masyarakat akan keberadaan alam semesta. Terbungkusnya pesan dalam mitos RK di pesisir Bali Selatan akan adanya bahaya tsunami terlihat dari persepsi informan 15, 22 dan 23, bahwa kawasan yang diwacanakan dalam kenyataannya rawan bahaya tsunami. Walaupun demikian, dengan mengumpulkan cerita dan mempelajari pengetahuan tradisional yang diceritakan kembali oleh para informan dapat membantu mengetahui kejadian tsunami di masa lalu dan membantu masyarakat di kawasan itu bereaksi secara cepat ketika menghadapi bencana serupa. Anggapan masyarakat secara umum masih tetap mengaitkan RK dengan kekuasaan atas ‘segara’ laut yang ibukotanya adalah laut Selatan. Anggapan seperti itu terwakili oleh hasil kontak bathin salah satu paranormal, yakni I.A. Armeli dengan ‘roh’ RK. Dengan demikian, bentuk wacana mitos RK yang disampaikan oleh para informan masing-masing mempunyai pemahaman dan cara pandang tersendiri atas dasar pengetahuan dan pengalaman pribadinya. 102

BAB V STRUKTUR WACANA MITOS