Kohesi Gramatikal Aspek Kohesi

106 Sehubungan dengan hal tersebut, HG Tarigan 1987:96 mengemukakan bahwa penelitian terhadap unsur kohesi menjadi bagian dari kajian aspek formal bahasa. Organisasi dan struktur kewacanaannya juga berkonsentrasi dan bersifat sintaktik-gramatikal. Dengan hubungan kohesif seperti itulah, suatu unsur dalam wacana dapat diinterpretasikan, sesuai dengan ketergantungannya dengan unsur- unsur lainnya. Hubungan kohesif dalam wacana sering ditandai oleh kehadiran pemarkah penanda khusus yang bersifat lingual-formal.

A. Kohesi Gramatikal

1 Referensi Referensi penunjukan merupakan bagian kohesi gramatikal yang berkaitan dengan penggunaan kata atau kelompok kata untuk menunjuk kata atau kelompok kata atau satuan gramatikal lainnya Ramlan, 1993:12. Dalam konteks wacana, penunjukan atau referensi terbagi atas dua jenis, yaitu: referensi eksoforik di luar teks dan penunjukan endoforik di dalam teks. Selanjutnya, referensi endoforik terbagi ke dalam dua pola yaitu: anafora dan katafora. Referensi anaforaanaforis pada wacana mitos RK dapat dilihat pada paragraf berikut. Kutipan 2: ” Kanjeng Ratu sempat mendatangi saya sebelum terjadinya kebakaran hotel. Dia mengatakan akan membuat perhitungan karena mereka semua tuli dan bisu, sudah beberapa kali diperingatkan.” Wirya, informan 1 Bentuk Dia pada kalimat kedua, menjadi alat penghubung bagi kalimat sebelumnya. Unsur Dia pada kalimat kedua menunjuk Kanjeng Ratu pada kalimat 107 pertama. Pola penunjukan inilah yang menyebabkan kedua kalimat tersebut berkaitan secara padu dan saling berhubungan. Referensi katafora dapat dilihat pada kutipan berikut. Kutipan 3: “Kamar suci nomor 2401 memiliki dua ruangan sebagai berikut. a Satu ruangan khusus untuk bermeditasi. b Ruangan lainnya berisi 5lima buah kursi melingkari meja yang diyakini dan disiapkan untuk pertemuan gaib. Sudarsana, informan 3 Bentuk berikut pada kalimat 3 mengacu atau menunjuk pada hal- hal lain yang akan dijelaskan sesudahnya, yaitu pada point a dan b sebagaimana terlihat pada gerak anak panah. 2 Substitusi Substitusi penggantian adalah proses dan hasil penggantian unsur bahasa oleh unsur lain dalam satuan yang lebih besar. Penggantian dilakukan untuk memperoleh unsur pembeda atau menjelaskan struktur tertentu. Proses substitusi merupakan hubungan gramatikal dan lebih bersifat hubungan kata dan makna, seperti kutipan kalimat 4 berikut ini. Kutipan 4: ”Status Ratu Kidul diyakini sebagai penasehat utama, Soekarno sebagai penasehat politik, Ratu Gede Dalem Ped sebagai penasehat keamanan, Ratu Nyang sebagai penasehat urusan kesejahteraan rumah tangga, Ratu Ayu SubandarDewi Kwan Im sebagai penasehat keuangan. Kelima beliau yang maha gaib bila bersatu dapat membuat alam lingkungan dan kehidupan masyarakat Pulau Bali menjadi stabil, aman, tenteram, subur, makmur, di bawah perlindungan Tuhan Yang Maha Kuasa.” Sudarsana, informan 3 108 Frasa kelima beliau pada kalimat ke dua merupakan bentuk yang menggantikan unsur lain yang telah disebutkan sebelumnya. Pola penggantian ini menyebabkan kedua kalimat tersebut berkaitan secara kohesif. 3 Elipsis Elipsis penghilanganpelesapan adalah proses penghilangan kata atau satuan-satuan kebahasaan lain. Bentuk atau unsur yang dilesapkan dapat diperkirakan wujudnya dari konteks bahasa atau konteks luar bahasa. Elipsis juga merupakan penggantian unsur kosong zero, yaitu unsur yang sebenarnya ada tetapi sengaja dihilangkan atau disembunyikan. Tujuan pemakaian elipsis, salah satunya untuk mendapatkan kepraktisan bahasa, yaitu agar bahasa yang digunakan menjadi lebih singkat, padat dan mudah dimengerti. Dengan kata lain, elipsis digunakan untuk efektivitas dan efisiensi berbahasa. Unsur yang biasanya dilesapkan dalam suatu kalimat ialah subjek atau predikat. Gaya penulisan wacana yang menggunakan elipsis biasanya mengandaikan bahwa pembaca atau pendengar sudah mengetahui sesuatu, meskipun sesuatu itu tidak disebutkan secara eksplisit. Berikut kutipan pola elipsis yang terdapat pada wacana mitos RK di pesisir Bali Selatan. Kutipan 5: “Pasca kebakaran di hotel Inna Bali Beach Sanur selain menyiapkan kamar suci untuk Ratu Kidul, juga didirikan pelinggih Ratu Gede Dalem Ped dengan upacara caru “Sato Nawa Gempa”. Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.” Wirya, informan 1 Kalimat kedua yang berbunyi terima kasih merupakan kalimat elips. Ucapan tersebut muncul karena sesuatu yang termuat dalam kalimat sebelumnya, yaitu dengan keyakinan bahwa Tuhan memberikan kekuatan..... dan seterusnya kepada 109 yang tertimpa musibah. Unsur yang hilang adalah subjek dan predikat. Kalimat tersebut selengkapnya akan berbunyi seperti berikut. Kutipan 6: Pasca kebakaran di hotel Inna Bali Beach Sanur selain menyiapkan kamar suci untuk RK, juga didirikan pelinggih Ratu Gede Dalem Ped dengan upacara caru “Sato Nawa Gempa”. Segenap crew hotel mengucapkan puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.”Wirya, informan 1 1 Konjungsi Konjungsi kata sambung adalah bentuk atau satuan kebahasaan yang berfungsi sebagai penyambung, perangkai, atau penghubung antara kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat dan seterusnya HG Tarigan, 1987:101. Konjungsi disebut juga sarana perangkaian unsur-unsur kewacanaan. Konjungsi mudah dikenali karena keberadaannya terlihat sebagai pemarkah formal. Beberapa jenis konjungsi, antara lain: a konjungsi adversatif namun, tetapi; b konjungsi kausal sebab, karena; c konjungsi korelatif apalagi, demikian juga; d konjungsi sub ordinatif meskipun, kalau; dan e konjungsi temporal sebelumnya, sesudahnya, lalu, kemudian. Kutipan pemakaian salah satu bentuk konjungsi pada wacana mitos RK, adalah sebagai berikut. Kutipan 7: “Persepsi lain ada yang mengatakan bahwa penyebab kebakaran, karena telah terjadi perseteruan antara Kanjeng Ratu Kidul dengan Ratu Gede Dalem Ped. Namun beliau pada akhirnya menyadari dan bersatu untuk bersama-sama menjaga keamanan dan ketenteraman alam Bali khususnya laut. Ritual pun dilakukan, sebab tanah yang dibanguni hotel adalah bekas kuburan desa Pakraman Sanur.” Sudarsana, informan 3 110 Konjungsi adversatif namun pada kalimat kedua dan konjungsi kausal sebab pada kalimat ketiga keberadaannya menjadi penghubung dengan kalimat-kalimat sebelumnya.

B. Kohesi Leksikal