Wid Merak Badra Waharuyung

commit to user 57 Dari kutipan di atas terlihat bahwa watak Bagus dilukiskan sebagai orang yang kurang tegas dan tidak berani mengambil sikap. Untuk melakukan sesuatu bagus harus menunggu perintah dari maminya.

c. Wid Merak Badra Waharuyung

1. Phisical Description pengarang secara langsung memberikan bentuk lahir pelaku, tokoh Wid digambarkan bentuk fisik oleh pengarang sebagai lelaki yang tampan. Kutipan: “Atine Ratri tratapan bareng sadhar nek arek jas ireng iku nggantheng. Kulite resik, lemune pas, raine resik, mripate bunder, lambene sigar jambe, alise kandel. Upama ngremo wis gak kathik macaki maneh. Irunge mbangir pisan, mbok Anake sapa, iku, rek?.” hal: 79 Terjemahan: “Hati Ratri bergetar ketika sadar kalau pemuda yang memakai jas hitam itu tampan. Kulitnya bersih, bentuk badannya ideal, wajahnya bersih, matanya bundar, bibirnya belah dua, alisnya tebal. Seumpama menari remo tidak usah berdandan lagi. Hidungnya juga mancung, mbok Anaknya siapa itu?”. Gambaran tokoh Wid di atas sudah jelas bahwa Wid seorang lelaki yang tampan kulitnya bersih, bentuk badannya ideal, wajahnya bersih, matanya bundar, bibirnya belah dua, alisnya tebal, dan hidungnya mancung sampai bisa membuat Ratri jatuh cinta. commit to user 58 2. Discussion of enviroment, Melukiskan keadaan pelaku Kutipan: ”Pacaran setaun setengah lagek pindho Wid ngeterna Ratri pentas. Wid dhewe ya duwe orkes Melayu dhewe, dhasare Wid ya jiwa seni, pinter elektunan, pinter nabuh gamelan, pinter ngendhang, la yok apa wong bapake biyen duwe alat-alat band, orkes Melayu, ya duwe gamelan pepeg. Jare iku kabeh gawe anake sing ragil nggantheng dhewe iku, tibake tambah akeh olehe, ya peralatan iku kabeh kathik omah sitok dikuwasani dhekne, sik diimbuhi kelungguhan kepilih dadi kades.” hal: 95 Terjemahan: ”Pacaran setahun setengah baru dua kali Wid mengantar Ratri pentas. Wid sendiri ya juga mempunyai grup orkes melayu sendiri, dasarnya Wid juga mempunyai jiwa seni, pintar bermain elektun, pintar bermain gamelan, pintar bermain kendang, semua itu karena bapaknya dulu punya alat-alat band, orkes melayu, ya juga punya seperangkat alat musik gamelan lengkap. Katanya itu semua untuk anaknya yang paling terakhir ngganteng sendiri itu, ternyata tambah banyak penghasilannya, ya peralatannya itu semua malah rumah satu itu dikuasai Wid semua, juga dapat kehormatan terpilih menj adi kepala desa.” Keadaan yang tampak dalam kutipan tersebut adalah kehidupan Wid seorang lelaki yang mempunyai pekerjaan mapan menjadi pemimpin desa atau kepala desa, selain itu dia juga bekerja di bidang kesenian. 3. Portrayal of thought stream or of concious thought pengarang melukiskan jalan pikiran pelaku atau yang melintas dalam pikirannya. Dengan jalan lain, pembaca akan dapat mengetahui watak pelaku Kutipan: “Tapine suwe-suwe, ganep patang wulan, Wid wis numpak sedhan dhewe, plat ireng tapi nomer polisine kok H. Nik ngono ya gak teka Surabaya. Ditakoni Ratri jarene montore kancane, weke bapake kancane, lakok ben dina digawe Wid? Ratri mekir paling-paling Wid tuku dhewe tapine gak commit to user 59 ngaku, wedi nik diarani sombong, wong lagek ae dadi kades kok wis tuku sedhan anyar? Ngono batine Ratri, terus gak mekir maneh.” hal: 84 Terjemahan: “Lama-lama, sudah empat bulan, Wid sudah mempunyai mobil sedan sendiri, plat hitam tapi nomor polisi kok H. kalau begitu mobil itu tidak dari wilayah Surabaya. Ditanya Ratri katanya mobil milik temannya, milik teman bapaknya, tapi setiap hari dibawa Wid bekerja? Ratri berpikir paling-paling Wid beli sendiri tapi tidak pernah mengaku, takut kalau dibilang sombong, padahal jadi kades baru saja kok sudah membeli mobil sedan baru ? Begitu batinnya Ratri, lalu tidak memikirkan lagi.” Dari kutipan di atas terlihat bahwa tokoh Wid digambarkan oleh pengarang mempunyai watak tidak sombong.

d. Waskito