commit to user 36
B. Analisis Struktural Novel Sarunge Jagung
Karya Trinil S. Setyowati
Pengarang dalam membuat karya sastra berbentuk novel, harus memperhatikan unsur-unsur yang membangun cerita di dalam karyanya itu.
Kesinambungan antar unsur-unsur cerita dalam karya sastra akan diperoleh gambaran keseluruhan cerita secara utuh, dengan demikian pengarang
memerlukan kecermatan dalam memilih hal-hal yang bermanfaat dalam panyampaian maksud dan tujuan cerita tersebut.
Analisis struktural tidak dapat ditinggalkan, karena tanpa struktural maka keseluruhan dalam karya sastra tidak dapat terungkap, seperti penokohan, tema,
amanat, dan lain-lain. Analisis struktural dalam karya sastra digunakan untuk membongkar dan memaparkan secara cermat, teliti, dan mendetail bagaimana
keterkaitan dan keterjalinan unsur-unsur dan aspek-aspek sastra, yang sama-sama menghasilkan makna menyeluruh.
Permasalahan dapat digaris bawahi bahwa struktural karya sastra meliputi tema, amanat, alur, setting, dan penokohan, merupakan unsur yang padu dalam
karya sastra. Sebelum melangkah kepada pembahasan kritik sastra feminis sastra penelitian ini lebih dahulu membahas struktural cerita novel Sarunge Jagung.
1. Tema
Setiap karya sastra yang diciptakan oleh pengarang pasti memiliki tema tertentu sasuai dengan keinginan pengarangnya. Tema inilah yang akan menjadi
dasar cerita yang akhirnya dikembangkan menjadi sebuah karya sastra.
commit to user 37
Tema yang mendasari cerita novel Sarunge Jagung adalah feminis;
tentang perjuangan dan idealisme seorang wanita Jawa yang tidak kalah dalam hal pendidikan dan pekerjaan dengan kaum lelaki walaupun dilanda permasalahan
dalam mencari pasangan hidup. Tema tersebut disimpulkan dari beberapa pertimbangan antara lain
masalah-masalah tambahan yang muncul juga berkaitan dengan daya dongkrak feminisme dalam masyarakat yaitu usaha-usaha Ratri sebagai seorang wanita
yang ingin diakui bahwa dia bukan wanita yang lemah. Selain itu juga mempertimbangkan tentang klimaks dari novel Sarunge Jagung yang
menunjukkan usaha-usaha Ratri sebagai wanita Jawa yang pantang menyerah menghadapi hidup. Dia ingin menunjukkan bahwa wanita juga dapat berkarya
tanpa bergantung kepada laki-laki.
2. Amanat
Setiap karya sastra pada dasarnya mengemban suatu misi dari pengarang untuk pembacanya. Misi tersebut berupa suatu keadaan yang dicita-citakan pengarang
sebagai perwujudan suara batinnya yang berbicara kepada masyarakat sebagai objek sasarannya.
Amanat yang dituangkan oleh pengarang dalam novel Sarunge Jagung tidak hanya satu saja melainkan ada beberapa amanat yang akan ditengahkan
penulis adalah sebagai berikut ini. Kerukunan merupakan suatu elemen yang terdapat di lingkungan sosial
masyarakat. Ratri seorang warga yang baik dia juga suka membantu terhadap keluarganya sendiri, dia di kampungnya juga aktif dalam kepengurusan karang
commit to user 38
taruna sehingga para remaja karang taruna pada waktu pertunangan Ratri dengan Bagus semua remaja karang taruna datang untuk membantu proses acara
pertunangan hingga selesai. Kutipan:
“Kabeh wis dicepakna tharik-tharik ndhuk piring kertas gilap, ngombene ya wis dicublesi sedhotan kabeh ambek paku, mergane tutupe kempyeng, nik gak
dibolongi nggae paku ya gak mangsa. Sing laden sik pernah dulur-dulur Ratri dhewe, ya misanan ya mindhoan, ayu-ayu ya nggantheng-nggantheng. Arek
karang taruna ya tumplek bleg ndhuk omahe Ratri kabeh, melok tandang gae kabeh, soale Ratri ndhuk kamp
ung ya aktip ngurusi karang taruna.”hal: 24 Terjemahan:
Semua sudah disiapkan semua di atas piring kertas berkilau, minumnya juga sudah dilubangi memakai paku, karena tutupnya memakai bahan logam, kalau
tidak dilubangi memakai paku sedotan tidak bisa masuk ke dalam minuman. Yang membantu saudara-saudaranya Ratri sendiri, ada dari saudara jauh dan
keponakan, cantik-cantik dan ganteng-ganteng. Anak karang taruna semuanya juga datang kerumah Ratri untuk membantu semuanya, karena Ratri di
kampung juga aktif dalam kepengurusan karang taruna.
Dari kutipan di atas kerukunan di dalam masyarakat sangat penting karena hidup di dalam masyarakat kita tidak rukun dengan tetangga maka kita tidak akan
dibantu apabila mengalami kesusahan. Dalam hubungan dengan seseorang kita harus bisa menjaga dengan baik,
tokoh Ratri memberi cerminan terhadap kita bahwa apabila kita suka terhadap seseorang, tidak boleh terlalu berlebihan dan bisa mengendalikan diri agar tidak
terjadi celaka dikemudian hari. Kutipan:
”Tapine gak Wid thok, Ratri ya ruh patrape wong nang kantor. Karo-karo cepet badhare, eling kiwa tengene, rasa kangen dipangan sak cokupe, gak
diwaregi, angger wis ecip atine wis ayem.”
commit to user 39
”Semono uga nik nang omahe Wid. Ibarate wong mangan gak tau ditotug- totugna. Ratri mesthi nguwisi dhisik sakdurunge kerasa wareg. Ratri getapan,
mulane pinter nggarahi ya pinter mungkasi”. hal: 89 Terjemahan:
”Ternyata tidak hanya Wid saja, Ratri juga tahu aturan apalagi di kantor. Cepat-cepat ingat, tahu kanan kirinya, rasa kangen dimakan secukupnya, tidak
dikenyangi, yang penting sudah merasakan hati ini sudah senang.” ”Itu juga terjadi sewaktu di rumah Wid juga. Ibaratnya orang makan tidak
pernah sampai diselesaikan. Ratri mesti selesai terlebih dahulu sebelum merasa kenyang. Ratri cekatan, makanya pintar memulai juga pintar
menyelesaikannya.” Dari kutipan di atas terlihat bagaimana cerminan tokoh Ratri untuk kita,
apabila kita yang memulai dengan baik maka kita yang harus mengakhiri dengan baik juga.
Berusaha sebaik mungkin dan bekerja keras dalam hidup dengan jalan yang benar dengan disertai berdoa merupakan amanat yang baik karena dunia
merupakan tempat kita untuk belajar bagaimana untuk hidup yang baik dan kita kehendaki.
Kutipan: ”Angger nggarap lomba tari sing digagasi ”Aku kudu isok, wong ilmu ketok
Kenek digoleki, kenek disinaoni. Angger dalane bener, tepak, kersaning Allah aku isoh oleh. Garapanku mesthi katut, kadhung orip aku kudu ngatog pisan,
cincang-cicing gak worung kebloh, aluwung dijeguri pisan niyat madhep
mantep”. Iku tekade Ratri.” hal: 104 Terjemahan:
”Setiap menggarap lomba tari yang ada di dalam pikiran ”Aku harus bisa, ilmu itu kelihatan Bisa dicari, bisa dipelajari. Yang penting jalannya benar,
untuk mencapainya dengan izin Tuhan maka aku bisa. Garapanku pasti ikut, terlajur hidup aku harus bersungguh-sungguh sekalian, cuma bermain air
nantinya juga basah semua, mendingan mencebur sekalian saja sudah mantap
niatnya”. Itu tekad Ratri.”
commit to user 40
Usaha dan tekad yang kuat adalah modal utama dalam mencari sebuah kemenangan. Tokoh Ratri dalam kutipan di atas membarikan dorongan untuk kita
agar belajar lebih giat lagi dengan ilmu yang kita pelajari karena sudah terlanjur kita mempelajarinya maka harus dengan sungguh-sungguh mempelajari dan
memanfaatkan ilmu yang kita miliki. Jadi, jika kita menginginkan hal yang terbaik bagi diri kita, maka kita harus berusaha sebaik mungkin untuk
mendapatkannya. Setiap bangsa mempunyai kebudayaan. Seperti halnya pada budaya Jawa
di Indonesia. Tokoh Ratri memberikan gambaran bahwa kita jangan melupakan kebudayaan yang ada. Karena kebudayaan pun merupakan warisan dan jati diri
suatu bangsa. Kutipan:
”Aku gelem nyindhen iku mergane aku isok, Gus, aku kepingin kabeh ngerti nek aku generasi mudha sing piawai, serba bisa, siap tempur, masiya tah
duduk tentara. La sing paling penting aku iku generasi mudha sing bangga nang budhaya teka tanah kelahiranku dhewe. Nik aku isin Gus, isok nyanyi
lagu Barat kok nembang Jawa gak isok, ngerep isok kok Jula-Juli gak ngerti
.” hal: 5
Terjemahan:
”Aku mau nyindhen itu karena aku bisa, Gus, aku ingin semua tahu kalau aku generasi muda yang piawai, bisa, siap tempur walaupun bukan tentara. Yang
paling penting aku adalah generasi muda yang bangga dengan budaya dari tanah kelahiranku sendiri. Kalau aku malu Gus, bisa menyanyi Barat tapi
nembang Jawa tidak bisa, ngerep bisa tapi Jula-
Juli tidak tahu.” hal: 5 Amanat yang terdapat dalam novel Sarunge Jagung ini memberikan
sebuah pesan yang diharapkan dapat mengena di seluruh lapisan masyarakat. Saling bertenggang rasa dalam bermasyarakat, berusaha sebaik-baiknya dalam
commit to user 41
menggapai cita-cita disertai dengan tekad yang kuat dan doa serta kebudayaan jangan ditinggalkan karena kebudayaan merupakan jati diri suatu bangsa.
3. Alur