Situation tahap penggambaran suatu keadaan

commit to user 41 menggapai cita-cita disertai dengan tekad yang kuat dan doa serta kebudayaan jangan ditinggalkan karena kebudayaan merupakan jati diri suatu bangsa.

3. Alur

Sebuah karya sastra dapat dipahami isinya karena adanya alur yang tersusun dan merupakan kesatuan rangkaian jalan cerita yang memiliki keruntutan. Alur yang baik adalah alur yang dapat membantu mengungkapkan tema dan amanat dari peristiwa-peristiwa serta adanya hubungan kausalitas sebab akibat yang wajar antara peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain Alur atau plot merupakan struktur rangkaian kejadian atau peristiwa dalam sebuah cerita yang disusun secara logis atau tidak terputus-putus, maka suatu kejadian dalam cerita manjadi sebab atau akibat dari kejadian-kejadian lain. Alur dibagi menjadi 5 bagian sebagai berikut:

a. Situation tahap penggambaran suatu keadaan

Dalam novel Sarunge Jagung membuka cerita dengan menceritakan tentang kehidupan masa kecil Enggar Jemparing Kusumaratri tapi biasa dipanggil Ratri pada waktu sekolah dasar, yang pandai menari, menyanyi, dan bermain drama. Kutipan: ”Kait cilik jik SD biyen pancen Ratri ya wis longguh-longguh ndhuk taman iku, nek leren merga kesel latihan nari utawa rekaman lagu dolanane arek cilik mbarek Pak Broto guru narine. Liyane pinter nari pancen swarane Ratri ya enak barang, nik dijak maen drama Ratri ya mesthi oleh peran penting.” hal: 1 commit to user 42 Terjemahan: Sudah dari kecil pada waktu sekolah SD Ratri sering duduk-duduk di taman itu, biasanya kalau sehabis kecapekan latihan menari atau rekaman lagu maianan untuk anak kecil dengan guru tari yang bernama Pak Broto. Selain pintar menari Ratri mempunyai suara enak didengar, kalau diajak bermain drama pasti Ratri mendapat peran penting. Alur cerita selanjutnya ketika Ratri sudah bersekolah di perguruan tinggi yang mempunyai kekasih yang bernama Bagus Rendra Pratama pekerjanya sebagai tentara meskipun pangkat baru sersan sekaligus anak rektor kampus di Surabaya tempat Ratri kuliah. Sebenarnya Ratri tidak terlalu suka dengan Bagus, karena orang tua Ratri lebih setuju anak perempuannya mendapat jodoh seorang yang mempunyai masa depan yang jelas serta Bagus ternyata juga tidak terlalu suka dengan kemampuan Ratri yang bisa menari, bermain drama, dan baca puisi. Kutipan: ”Asline Ratri gak pati ngesir, tapi wong ibu-bapake Ratri koyoke setuju, Ratri malih mekir-mekir maneh, mergane angger didhayohi kanca lanang, ibuk- bapake Ratri mesthi sengkot-sengkot gak setuju bareng iku anake wong gedhe, kok ngekeki angi n. Ratri malih eling omongane ibuke biyen.” ”Nik Bagus iku ya apik, Tri, mbok gae temenan. Anake wong genah, masa depane ya jelas. Golek sing apa maneh koen iku? Salah-salah ketlenyok sing bongkeng koen engkuk”. ”Pas ngono iku Ratri ya pas nangis mergane bengung katene nampa lamarane Bagus Rendra Pratama. Mangka Bagus iku kanca sekolahe SMA, Ratri ngreti nek Bagus iku gak alirane wong seni. Gak tau ngreken masiya Ratri menang lomba nari, lomba drama, lomba nyanyi utawa baca puisi. Nik pethuk ya mek pelajaran sekolah thok sing diomongna. Paling-paling dibumboni, ”Tri aku kangen mbek koen”. hal: 3 Terjemahan: Sebenarnya Ratri tidak terlalu suka, tapi bagaimana lagi ibu dan bapaknya sepertinya setuju, Ratri kemudian berpikir-pikir kembali, karena setiap didatangi teman laki-laki, ibu dan bapak Ratri selalu cemberut tidak setuju setelah tahu itu anaknya orang yang mempunyai derajat tinggi, malah diberi kesempatan, Ratri kemudian ingat omongan ibunya dulu.” commit to user 43 ”Kalau Bagus itu juga baik, Tri, kalau bisa sungguh-sungguh. Anaknya orang yang jelas, masa depannya juga jelas. Mencari yang mana lagi kamu itu? Salah- salah dapat yang buruk nanti kamu sengsara”. ”Pada waktu itu juga Ratri menangis karena bingung karena setelah menerima lamaran dari Bagus Rendra Pratama itu adalah teman sekolah SMA, Ratri tahu kalau Bagus itu tidak aliran orang seni. Tidak pernah mau tahu meskipun Ratri menang lomba nari, lomba drama, lomba nyanyi utawa baca pusisi. Kalau berjumpa pembicaraannya hanya tentang pelajaran sekolah saja. Paling- paling dibumbui, ”Tri aku kangen sama kamu”. Keputusan Ratri untuk membatalkan pernikahan meskipun sudah bertunangan dikarenakan keluarga orang tua Bagus tidak suka apabila mendapat menantu dari keluarga budaya Jawa, kecuali ayah Bagus yang mempunyai pendidikan tinggi sehingga tahu dan mengerti akan budaya Jawa. Orang tua Ratri yang tidak tahu duduk permasalahan, marah-marah terhadap Ratri karena membatalkan perkawinan, tapi setelah diberitahu Ratri duduk permasalahannya, akhirnya mereka mendukung keputusan Ratri untuk membatalkan perkawinan anaknya. Kutipan: “Cangklongan tase didhukna teka pundhake, “Ngeten, lho, Pak. Kula niki mboten tukaran kalih Bagus. Kula mek tangklet, umpama kula buyar kalih Bagus ngoten yok napa?” Ratri ngomong kalem-kalem.” “Bapake kokur-kokur dhiluk, ambegan landhung terus nyauri, “Paling-paling ya isin ae mbek sesepuh kampung wong tukar cincine biyen ae Lurah sak RW- RW ne teka, nyekseni kabeh kok gak sida iku lo…” “Ratri langsung nyaut tase maneh karo ngadeg terus karo mbungkuk n yidhekna nang kupinge bapake, “Nek ngoten niku mboten sepinten Pak. Sik isin kula Diremehna tiyang Dupeh awak dhewe wong gak duwe pangkat dhukur. Critane dawa, Pak. Pokoke intine mamine Bagus niku wong Jawa ilang Jawane. Mboten seneng anake dipek wong Jawa kados awake dhewe ngeten niki, dianggep tiyang kuna mawon, tiyang ndesit ketinggalan jaman. Kula mboten katene nerusaken orip kalih Bagus. Suwe-suwe kula niki dikira ngiler barek kamulyane Bagus. Niki kula, sori mawon, Pak Masiya awake dhewe wong gak d uwe motor muluk, tapi duwe kehormatan”. commit to user 44 Terjemahan: “Tas diturunkan dari pundak Ratri, “Begini, lo, Pak. Saya itu tidak bertengkar dengan Bagus. Saya hanya mau bertanya, seumpama saya tidak jadi menikah dengan Bagus bagaimana?” Ratri berbicara dengan nada pelan.” “Si bapak menggaruk-garuk sebentar, bernafas panjang terus berbicara, “Paling-paling ya malu saja terhadap sesepuh kampung, karena pada waktu tukar cincin dulu Lurah dan RW-RW juga datang, semua menjadi saksi kok akhirnya tidak jadi begitu…”. “Ratri langsung mengambil tasnya lagi sambil berdiri terus sambil membungkuk berbicara dekat telinga bapaknya, “Kalau begitu tidak sebanding Pak. Masih malu saya Diremehkan orang Karena kita orang yang tidak mempunyai pangkat tinggi. Ceritanya panjang, Pak. Pokoknya intinya maminya Bagus itu orang Jawa yang hilang Jawanya. Tidak suka kalau anaknya menjadi suami orang Jawa seperti kita ini, dianggap orang kuna saja, orang ndeso yang ketinggalan jaman. Saya tidak mau meneruskan hidup dengan Bagus. Lama-lama saya itu dikira ngiler terhadap kekayaannya Bagus. Kalau saya, sori aja, Pak Meskipun kita orang tidak mempunyai kendaraan yang bagus- bagus, tapi kita punya kehormatan”. Dari keputusan tersebut membuat Ratri menjadi lebih dewasa dalam menentukan keputusan bahwa wanita tidak hanya sebagai kaum yang selalu kalah dari kaum laki-laki, peristiwa ini merupakan tahap pembukaan cerita menuju ke cerita yang lebih kompleks. Cerita berikutnya akan lebih rumit dengan adanya konflik-konflik dalam kehidupan.

b. Generating Circums tances tahap pemunculan konflik