Citra Tokoh Utama Wanita dalam Novel Sarunge Jagung

commit to user 77 terkesan rasional, sehingga hal itu memiliki daya tarik dan nilai tambah dari karya itu sendiri. Penelitian karya sastra dengan pendekatan feminis akan dapat mengungkapkan segi-segi kejiwaan dan karakter tokoh-tokoh wanita melalui hukum-hukum feminis yang secara tidak sadar sering digunakan oleh pengarang, sehingga dapat membantu dalam menganalisis karya sastra yang mungkin besifat nyata dan akhirnya membantu pembaca memahami karya-karya semacam itu. Pada akhirnya akan dapat terungkap dan tertangkap makna yang terkandung. Di dalam penelitian feminisme, peneliti juga dapat memaparkan fakta-fakta empiris yaitu yang menyangkut perilaku yang tercermin dari ucapan dan perbuatan tokoh- tokoh dalam cerita yang ada.

C. Citra Tokoh Utama Wanita dalam Novel Sarunge Jagung

Karya Trinil S. Setyowati Novel Sarunge Jagung karya Trinil S. Setyowati merupakan cerita yang menampilkan permasalahan perempuan yang mencari pasangan hidup yang sesuai dengan keinginan. Permasalahan yang terungkap di dalam novel Sarunge Jagung karya Trinil S. Setyowati merupakan gambaran kaum perempuan harus mandiri, bahwa dalam hal pendidikan, pekerjaan, asmara, dan kehidupan rumah tangga sebenarnya kaum perempuan itu tidak kalah dengan kaum laki-laki. Pendekatan kritik sastra feminis merupakan pendekatan untuk mengkritisi bagaimana Trinil S. Setyowati dalam menampilkan sosok tokoh perempuan dari pinggiran kota Surabaya yang berbudaya Jawa juga teguh pendiriannya dan mempunyai harga diri yang tinggi serta dalam mencari pasangan hidupnya commit to user 78 banyak rintangan berkaitan dengan permasalahan kaum perempuan yang selalu dianggap rendah oleh kaum laki-laki. Dengan menggunakan pendekatan kritik sastra feminis akan terungkap bagaimana sosok tokoh perempuan yang bernama Ratri Enggar Jemparing Kusumaratri. Ratri digambarkan oleh pengarang sebagai tokoh utama dalam novel Sarunge Jagung. Dia adalah gadis yang memiliki daya dongkrak yang tinggi terhadap pandangan orang kepada wanita. Kedudukannya dalam masyarakat adalah sebagai gadis muda yang memiliki berbagai keahlian. Dia berorientasi pada budaya Jawa. Di dalam dirinya melekat jiwa seni yang tinggi, dan dia kuliah di sebuah Universitas di Malang, mengambil jurusan Seni Tari. Melihat dari tindakan-tindakan yang dilakukan Ratri, menunjukkan bentuk apresiasi wanita yang selalu tegar menjalani hidup. Sebagai seorang wanita berbudaya Jawa, Ratri tidak ingin dipandang sebagi wanita yang menempati kedudukan inferior atau lebih rendah daripada laki-laki. Ratri ingin menunjukkan bahwa seorang wanita juga dapat melakukan sesuatu hal agar dapat dipandang sejajar dengan kaum laki- laki. Meskipun tradisi menghendaki Ratri sebagai wanita harus berperan sebagai orang yang bertanggung jawab mengurus keperluan rumah tangga, dan tidak layak mencari nafkah seperti para lelaki, tetapi dia berusaha merubah pandangan seperti itu dari masyarakat. Rasa cinta Ratri dengan dunia tari dan kepiawaiannya dalam menari merupakan dorongan kuat yang membuat Ratri tidak mau lepas dari dunia tari. Seperti tampak dalam kutipan berikut: Ratri mekir, engkuk ndang mek pas pacaran thok ngejarana aku umeg nduk donyane kesenian, engkuk nik wis dadi bojone pas gak oleh, lak ya yok apa commit to user 79 aku? Wong seni iku jiwaku, katene diowahi yok apa meneh? Kathik aku wis kadhung kuliah ndhuk jurusan seni tari ngene he? hal: 3 Terjemahan: Ratri berpikir, nanti kalau hanya sewaktu pacaran saja memperbolehkan aku berada di dunia kesenian, nanti kalau sudah menjadi istrinya pasti tidak boleh, nanti bagaimana aku ini? Padahal kesenian itu adalah jiwaku, kalau diubah seperti apa nantinya? Dan aku sudah terlanjur kuliah di jurusan seni tari begini lagi? Dari kutipan di atas menunjukkan betapa kokohnya pendirian Ratri di dalam menjalani hari-harinya sebagai seniman. Dia ingin menunjukkan bahwa wanita tidak hanya sebagai makhluk yang lemah. Dia tidak ingin hidupnya kelak hanya bergantung kepada penghasilan suami saja. Ratri adalah wanita yang tidak suka dengan rumah tangga yang konservatif, yaitu suami adalah pencari nafkah tunggal. Sebagai orang yang memiliki dan menguasai uang, suamilah yang memegang kekuasaan, dan hidup seorang istri menjadi tergantung kepada suaminya. Ratri adalah gadis yang cantik dan lincah. Pacarnya adalah putra dari pemilik Universitas tempat dia kuliah dan sudah bekerja sebagai tentara. Ratri merupakan gadis yang sangat rajin, dan menjadi teladan bagi teman- temannya. Banyak yang suka dengan kepribadian Ratri yang seperti itu. Separti tampak dalam kutipan berikut: Diomeli koyok ngono Ratri sakjane ya gak keduga tapi diempet ae sikepe. Dianget-angetna engseme, eling- eling wong tuwane wis setuju kabeh. ”Ya gak ngono se, rek. La yo apa wong arane aku iki aktivitas kampus, duwe peran dhuk senat mahasiswa, ya gak oleh methel, kudu isok nyontoni kancaku nek mahasiswa iku kudu siap pakek, selalu tampil di dhepan, gak mlempem mumpung jik enom kok, la nek wis jompo ya kudu leren, Rek....” hal: 4 Terjemahan: Dimarahi seperti itu sebenarnya tidak pernah terpikirkan oleh Ratri tetapi ditahan saja sikapnya. Dimanis-maniskan senyumnya, mengingat orang commit to user 80 tuanya sudah setuju semua. ”Ya tidak seperti itu sih, Rek. Saya itu kan aktivis kampus, Punya peran didalam senat mahasiswa, ya tidak boleh malas, harus dapat memberi contoh terhadap teman saya kalau mahasiswa itu harus siap guna, selalu tampil di depan, tidak boleh mlempem mumpung masih muda kan, kecuali kalau sudah lanjut usia ya harus berhenti, Rek......” Keberadaannya di kampus sudah memiliki peran yang penting, dan dia merupakan gadis yang rajin dan selalu menjadi terdepan dalam prestasi, diantara teman-teman kampusnya. Ratri ingin mengembangkan dirinya menjadi orang yang mandiri, secara jasmani maupun intelaktual. Usaha yang dilakukan Ratri ini akan mengangkat kedudukan dan harkatnya sebagai wanita menjadi setingkat dengan laki-laki, baik di lingkungan keluarga maupun dalam masyarakat. Tokoh Ratri juga digambarkan oleh pengarang sebagai perempuan yang lemah lembut dan pandai menjaga diri, seta mau berusaha keras untuk meraih masadepan yang dia harapkan. Pengarang juga melukiskan tokoh Ratri sebagai pribadi yang haus akan pendidikan atau pengetahuan, yang rajin berkarya diluar lingkungan rumah. Terutama untuk menambah penghaislan keluarga dan untuk membiayai kuliahnya. Dia ingin dipandang sebagai sosok yang memiliki jati diri sendiri tanpa dikaitkan dengan kedudukan lelaki. Seperti tampak dalam kutipan berikut: ”Aku gelem nyindhen iku mergane aku isok, Gus, aku kepengin kabeh ngerti nek aku iki generasi mudha sing piawai, serba bisa, siap tempur, masiya tah duduk tentara. La sing paling penting aku iku generasi mudha sing bangga nang budhaya teka tanah klairanku dhewe. Nik aku isin, Gus, Isok nyanyi lagu barat kok nembang Jawa gak isok, ngerep isok Jula- Juli gak ngerti?” hal: 5 Terjemahan: ”Saya mau nyindhen itu karena saya bisa, Gus, saya ingin semua tahu kalau saya ini generasi muda yang piawai, serba bisa, siap tempur, meskipun bukan tentara. Dan yang paling penting saya itu generasi muda yang bangga commit to user 81 terhadap budaya dari tanah air kelahiran. Kalau saya malu, Gus, dapat menyanyikan lagu barat tetapi nembang Jawa tidak bisa, ngerep saja bisa Jula- Juli tidak tahu?” Jika kita perhatikan pendirian dan ucapan Ratri, kita akan tahu apa yang dipikirkan dan yang ingin dilakukannya. Dari perkataannya dapat memberi keterangan yang jelas bahwa dia adalah seorang wanita yang supel, ulet, rajin dan pantang menyerah. Hal-hal yang selalu dilakukan Ratri merupakan wujud tindakan yang merupakan tujuan hidup yang selalu diperjuangkan gerakan feminisme. Kaum feminisme berusaha untuk menggali, mengkaji, dan menilai bahwa usaha wanita pantas mendapat penghargaan sebagai kaum yang sejajar dengan kaum laki-laki. Ratri memiliki watak yang sangat keras dan mudah tersinggung. Akan tetapi dia adalah sosok yang tegar dan penuh percaya diri. Meskipun begitu dia tidak melepaskan kodratnya sebagai seorang wanita yaitu dengan tetap membutuhkan perhatian dari kekasihnya. Seperti tampak dalam kutipan berikut: “Koen lak ya molih, se? Mosok gak ndelok aku nari?” Ratri nyobak ngalem mergane angger dhekne pentas nari sing teka ndelok mesthi pepine Bagus thok. Lawong ya pimpinan kampus, ya mesthi ae diundang nek dhosene duwe gawe. Mangkane Ratri ya sungkan methuki, wong lamaran ae dorung kok. Liya nen ambek bagus, sowan wong loro sakwise nari, gak papa. hal: 9 Terjemahan: ”Dirimu pulang juga kan? Masa tidak menyaksikan saya menari?” Ratri mencoba mengajak karena setiap dia pentas nari yang datang menyaksikan pasti papinya Bagus saja. Karena dia adalah pimpinan kampus, ya pasti diundang kalau dosennya punya hajat. Makanya Ratri tidak enak menemuinya, karena dia belum dilamar. Beda kalau bersama Bagus, menemui berdua setelah menari tidak apa-apa. Dari kutipan di atas menunjukkan bahwa Ratri adalah juga merupakan wanita biasa, naluri kewanitaannya masih berfungsi layaknya wanita lain yang commit to user 82 ingin merasakan kebahagiaan di hati yang ditunjukkan oleh kekasihnya. Karena perhatian dari seorang kekasih merupakan salah satu pendukung sebuah hubungan dapat terus terjaga. Di dalam diri Ratri memiliki jiwa sosial yang tinggi. Dia adalah orang yang perduli dengan orang lain. Seperti tampak dalam kutipan berikut: Pas bagus mbayari tukone nang bakule, Ratri duwe karep nggawakna apa tah apa gawe sing kate didhayohi. ”Arek-arek gak digawakna sate kerang, tah, Gus?” olehe takon Ratri koyok ngelingna nek rencanane dolin iku pancen kate andhok terus nang omahe mbakyune Bagus sing omahe nduk etan kantor koramil Bunduran. hal: 10 Terjemahan: Pada saat Bagus membayar jajanan kepada penjual, Ratri memiliki keinginan membawakan apa saja kepada teman yang akan didatangi. ”Anak-anak tidak dibawakan sate kerang ya, Gus?” ketika bertanya Ratri seakan mengingatkan kalau rencana bermainnya itu memang agak jauh kemudian kerumah kakaknya Bagus yang rumahnya sebelah timur kantor koramil Bunduran. Di dalam pikiran Ratri ada usaha membuat orang lain menjadi ikut senang seiring kesenangan yang dia rasakan, seperti yang ditunjukkan dalam kutipan di atas, yaitu dia ingin membawakan sesuatu ketika akan datang berkunjung ke tempat orang lain. Jiwa Ratri yang seperti itu menunjukkan sebuah tindakan yang patut kita contoh. Meskipun dia seorang wanita tetapi dia memiliki jiwa sosial yang tinggi, hal ini menunjukkan bahwa wanita juga memiliki pola pikir yang tidak kalah dengan laki-laki. Semua hal yang dilakukan Ratri tidak lepas dari latar belakang lingkungannya sejak dari kecil yang memang selalu ditanamkan oleh orang tuanya untuk menjadi orang yang memiliki sikap sosial yang tinggi terhadap orang lain. Dan di dalam hidup orang harus dapat mandiri tanpa membedakan jenis kelamin. Di masa muda adalah masa yang paling rawan terhadap perkembangan jiwa seseorang. Apalagi bagi seorang gadis, sangat commit to user 83 rentan. Terutama perubahan keadaan sosial disekitar sangat mudah untuk mengusik kestabilan jiwa seseorang. Seperti tampak dalam kutipan berikut: Arek omur sak Ratri iku pancen panas-panase aten. Emosine gampang morub. Pas Ratri mungkug kudu mutah merga stress mekir yok apa mbesuke nik dadi mbek Bagus wong budayane gak dicocogi Ratri, dadakna Makdhek takon karo guyon, ”Hayo Rat, diapain kamu sama Bagus, kok udah hoek- hoek?” mulakna Ratri gak nyauri tapi langsung mlayu mlebu kamar mandhi, tapi tambah nemen olehe mungkug-mungkug merga nang jedhing kono onok sandhangan njerone wong wedok pating slengkrah kotor, kathik andhuk- andhuk apik tapi apek ting crentel nduk njero kabeh. hal: 12 Terjemahan: Orang seumuran Ratri itu memang mudah marah. Emosinya mudah terbakar. Pada saat Ratri mau muntah karena stres memikirkan tentang bagaimana nantinya kalau jadi istrinya Bagus yang budayanya tidak sesuai dengan Ratri, apalagi Makdhek bertanya asal saja, ”Hayo Rat, diapakan saja kamu oleh Bagus, kok sudah muntah- muntah?” makanya Ratri tidak berbicara apa-apa tetapi langsung lari masuk kamar mandi, tetapi dia justru bertambah semakin tidak tahan ingin muntah karena dikamar mandi ada pakaian dalam wanita yang berserakan kotor semua, terlihat handuk bagus-bagus tetapi apek tergantung di dalam kamar mandi. Ratri yang terbiasa hidup bersih, meskipun dia adalah anak dari keluarga sederhana, ketika datang kerumah saudara bagus dia merasa tidak kuat melihat suasana rumah yang kumuh, sehingga membuatnya ingin muntah karena tidak tahan dengan bau dan barang-barang yang berserakan di mana-mana. Ketika Ratri merasa mual-mual justru tanggapan dari keluarga Bagus seakan memojokkan Ratri bahwa sebagai seorang penari dia dipandang gadis murahan. Tanggapan dari keluarga Bagus tersebut membuat Ratri semakin kesal dan emosinya memuncak. Meskipun begitu dia berusaha tetap berusaha menjaga perasaan orang lain dengan tidak marah ketika dikatakan sebagai gadis murahan. Ratri sendiri merupakan gadis yang mudah bergaul. Seperti tampak dalam kutipan berikut: commit to user 84 Kanca-kancane ya seneng kabeh, gak onok sing gak krasan gombul Ratri. hal: 16 Terjemahan: Teman-temannya juga suka semua, tidak ada yang tidak betah bersama Ratri. Di lingkungan kampus memang Ratri merupakan wanita yang pandai, dan selalu berusaha sebaik mungkin dalam segala hal. terutama dalam hal tugas kuliah. Di kelas dia adalah murid pandai, dia selalu menunjukkan kemampuan terbaiknya dalam urusan pelajaran. Tindakan Ratri yang seperti itu jika dapat dilakukan oleh semua wanita pasti akan dapat menghapus teori tentang gender. Meskipun begitu bagaimanapun wanita memang harus tetap pada kodratnya untuk tetap menjadi wanita seutuhnya. Ratri merupakan sosok tokoh yang tegar, mandiri serta penuh rasa percaya diri, tetapi dia tetap menjaga tradisi yang diwariskan oleh orang tuanya. Kegigihan dan semangat seperti yang dimiliki Ratri adalah hal yang selalu didukung oleh para feminis. Pekerjaan Ratri sebagai penari memang tidak jarang menimbulkan pandangan yang negatif dari masyarakat. Tetapi bagi orang-orang yang mau berpikir lebih jauh maka akan dapat memahami peranan sebuah seni dan budaya yang harus dijaga yang ada di dalam tarian. Bagi Ratri menari adalah sebuah keinginan. Di dalam sebuah tarian pada dasarnya ada pesan-pesan yang ingin disampaikan tetapi hanya disamarkan yang diwujudkan dalam gerakan- gerakannya. Tetapi pada kenyataannya di dalam sebuah kelompok masyarakat masih ada yang tidak dapat menerima hal tersebut. Seperti tampak dalam kutipan berikut: commit to user 85 ”Ya apik ae se, tapine aku kok isin se nik calon mantuku dipangku-pangku wong lanang liya” mamine Bagus sing nyauri karo ganti ngomong nyengos atine Ratri. hal: 17 Terjemahan: ”Ya bagus saja sih, tetapi saya sepertinya malu ya kalau calon mantu saya dipangku lelaki lain” maminya Bagus yang menjawab sambil bicara menjengkelkan kepada Ratri. Maminya Bagus memang orang Jawa yang sudah kehilangan tradisinya. Dia adalah orang yang tidak suka dengan hal-hal yang menurut pandangannya sudah ketinggalan jaman termasuk para penari atau pesindhen, dia anggap hal-hal semacam itu kuno dan ketinggalan, karena tidak mau ikut berubah seiring perkembangan jaman. Maminya Bagus adalah wanita Jawa yang selalu bercermin dari tindakan yang dilakukan orang luar negeri. Meskipun Ratri dicemoohi tentang pekerjaan yang dia jalani, tetapi dia tetap berusaha menahan rasa emosinya karena dia sadar kalau orang yang sedang dia hadapi adalah ibunya Bagus, kekasihnya. Tindakan Ratri adalah salah satu contoh usaha membebaskan pandangan wanita dari peran domestisitas. Walaupun hanya ditunjukkan dengan cara diam, karena jika dia melawan maka akan menimbulkan suatu keributan. Karena dengan Ratri diam saja tidak akan merendahkan derajat kaum perempuan. Seperti tampak dalam kutipan berikut: Akhire temenan, Ratri sida numpak montore Sunartiko, longguh ijen ndhuk mburi. Montore sedhan abang mereke BMW, ambune wangi jeruk, ACne....mbok Adheme koyok ndhuk Puncak Jaya. Yaiku sing nggarahi Ratri tambah masuk angin. Irunge langsung bindheng. Kudu nguyuh, kathik sing disetel duduk langgam Jawa, tapine ”Slow Rock lagune Scorpion” sing judule ” Still Loving You”. Ratri dadi rodok minder tapine gengsine diatasi dhewe, ”durung karuan mami luwih dhukur derajatetimbang aku.” batine Ratri rodok ekstrim tapi bener. hal: 19 commit to user 86 Terjemahan: Akhirnya memang benar, Ratri jadi naik mobil Sunartiko, duduk sendiri dibelakang. Mobilnya sedan merah merak BMW, baunya harum jeruk, Acnya...mak Dinginnya seperti sedang berada di Puncak Jaya. Ya itulah yang membuat Ratri semakin masuk angin. Hidungnya langsung mampet. Harus kencing, dan yang didengarkan bukan langgam Jawa, tetapi Slow Rock lagunya Scorpion yang berjudul Still Loving You. Ratri menjadi minder tetapi rasa malunya itu dapat diatasi sendiri, ”belum tentu mami lebih tinggi derajatnya dibandingkan saya.” Batin Ratri agak ekstrim tetapi memang benar. Dari kutipan di atas menunjukkan bahwa Ratri memang merasa tidak cocok dengan keluarga Bagus. Meskipun derajatnya lebih rendah dari segi ekonomi debandingkan dengan keluarga Bagus, dan meskipun dia merasa minder ketika berada ditengah-tengah keluarga Bagus, Ratri tetap berusaha tegar dan berusaha mengatasi perasaannya itu. Ketegaran Ratri dalam menghadapi segala gonjingan dalam jiwanya menunjukkan betapa kuatnya Ratri mengendalikan emosinya. Itulah yang membuat Ratri masih mampu mempertahankan hubungannya dengan Bagus. Dan akhirnya Ratri dilamar Bagus. Seperti tampak dalam kutipan berikut: Kabeh wis dicepakna tharik-tharik ndhuk piring kertas gilap, ngombene ya wis dicublesi sedhotan kabeh ambek paku, mergane tutupe kempyeng, nik gak dibolongi nggae paku ya gak mangsa. Sing laden sik pernah dulur-dulur Ratri dhewe, ya misanan ya mindhoan, ayu-ayu ya nggantheng-nggantheng. Arek karang taruna ya tumplek bleg ndhuk omahe Ratri kabeh, melok tandang gae kabeh, soale Ratri ndhuk kampung ya aktip ngurusi karang taruna. hal: 24 Terjemahan: Semua sudah disiapkan semua di atas piring kertas berkilau, minumnya juga sudah dilubangi memakai paku, karena tutupnya memakai bahan logam, kalau tidak dilubangi memakai paku sedotan tidak bisa masuk ke dalam minuman. Yang membantu saudara-saudaranya Ratri sendiri, ada dari saudara jauh dan keponakan, cantik-cantik dan ganteng-ganteng. Anak karang taruna semuanya commit to user 87 juga datang kerumah Ratri untuk membantu semuanya, karena Ratri di kampung juga aktif dalam kepengurusan karang taruna. Dari kutipan di atas menggambarkan bahwa semua pemuda ikut andil membantu memperlancar jalannya prosesi pertunangan Ratri dengan bagus. Orang di lingkungan pedesaan mudah diketahui jika seseorang mengadakan hajatan atau keperluan lain dan banyak orang yang datang membantu itu berarti orang tersebut di lingkungan memang baik karakternya. Dan keluarga Ratri memang termasuk orang yang suka membantu sesama, maka pada saat dia ada acara di rumah banyak anggota karang taruna yang ikut membantu. Ratri adalah sosok orang yang baik di kampungnya, dan dia merupakan ketua karang taruna yang selalu aktif dalam berbagai kegiatan. Peranan Ratri dalam masyarakat memang termasuk penting, Ratri sendiri ingin menunjukkan bahwa tidak hanya lelaki yang harus selalu di depan. Seorang wanita jika memang berminat dan dirasa mampu juga pantas menempati posisi layaknya laki-laki. Ratri adalah orang yang selalu berpikir kedepan dan melakukan hal-hal yang besar layaknya laki-laki. Pada saat acara lamaran tersebut Ratri dipandang rendah oleh keluarga Bagus. Seperti tampak dalam kutipan berikut: Ratri rumangsa ajur atine merga rumangsa isin. Nyatane budaya keluwarga Bagus wis blas ilang Jawane. Kabeh teka mggae klambi gaya Eropah. Sing nom-nom pernah misah mindhoane Bagus ya padha pating cekikik ngenyek krungu musik sing mapak tekane tamu iku. Wong-wong iku nganggep pahargyan koyok ngono iku ndhesit, ketinggalan jaman. hal: 26 Terjemahan: Ratri merasa hancur hatinya karena merasa malu. Ternyata budaya keluarga Bagus sama sekali sudah hilang Jawanya. Semua datang memakai pakaian gaya Eropa. Para pemuda saudara sepupu Bagus juga tertawa mengejek commit to user 88 mendengar musik yang menyambut datangnya tamu tersebut. Orang-orang itu menganggap acara seperti itu ndesa, ketinggalan jaman. Keluarga Bagus merupakan kalangan keluarga kaya dan terpandang. Mereka sudah mulai meninggalkan tradisi Jawa dan mengikuti gaya Eropa. ketika tiba dirumah Ratri, para rombongan dari keluarga Bagus tidak ada yang memakai pakaian tradisional. Bahkan ketika masuk ke rumah Ratri dan disambut dengan aluman suara gamelan mereka justru menertawakannya. Ratri yang merupakan tuan rumah merasa kecewa terhadap rombongan keluarga Bagus yang tidak dapat menghargai tradisi budaya Jawa. Ratri sendiri adalah orang yang ingin menjaga tradisi Jawa agar tidak hilang karena adanya budaya luar negeri yang semakin banyak masuk. Sehingga dia kuliah mengambil kejurusan seni tari. Dia ingin menunjukkan kepada dunia bahwa orang Jawa memiliki tradisi sendiri yang pantas dibanggakan. Ratri tidak suka melihat orang Jawa mampu menyanyikan lagu Rok atau Jazz tetapi tidak mampu melantunkan tembang –tembang Jawa. Dalam keadaan sesulit apapun Ratri mampu menguasai dirinya dengan baik.. Seperti tampak dalam kutipan berikut: Wong SMAne biyen ae tau digodho arek lanang papat diladeni mbek Ratri, kalah kabeh kok. Sampek arek lanange njaluk sepura nang Ratri, soale arek lanang sitok ditawan mbek Ratri, dicegurna got taek thok teka ndhokur buk. Langsung sing telu wedi, kapok-kapok. Mangka Ratri iku ya gak lemu, ceking koning tapi jejeg awake. Kathik ndhu kampuse dhekne onok mata kuliah pilihan bela diri, gurune Kak Parso Adianto teka medura. Mulane ya paling apik bijine wongket SMP Ratri wis melok Pencak Silat ndhuk kampunge, sing mulangi arek kembar teka nggentheng kali. Bareng ndhuk SMAne, tambah Ratri sing ngasisteni gurune teka Setia Hati wong telu gentenan tekane. hal: 32 Terjemahan: commit to user 89 Pada waktu SMA dulu saja pernah digoda empat lelaki dilawan oleh Ratri, kalah semua kok. Sampai para lelaki minta maaf kepada Ratri, karena salah satu dari laki-laki itu ditawan oleh Ratri, dan dijatuhkan ke selokan yang penuh kotoran dari atas. Kemudian yang tiga takut, dan kapok. Padahal Ratri itu ya tidak gemuk, kurus kuning tetapi badannya tegar. Apalagi dikampus dia ada mata kuliah pilihan bela diri, gurunya Kak Parso Adianto dari medura. Makanya nilainya paling bagus karena sejak SMP Ratri sudah ikut Pencak Silat di kampungnya, yang mengajar orang kembar dari sebrang sungai. Setelah di SMA, Ratri yang mewakili gurunya dari Setia Hati tiga orang saling bergantian datangnya. hal: 32 Kutipan di atas menunjukkan bahwa Ratri bukan wanita lemah. dia aktif dalam kegiatan bela diri, bahkan dia adalah asisten pencak silat, karena Ratri merupakan murid berbakat dalam kegiatan itu. Ratri ingin menunjukkan kepada semua orang bahwa wanita juga dapat melakukan apapun yang dilakukan para laki-laki. Usahanya agar wanita mendapat pengakuan kesetaraan dengan laki-laki memang cukup banyak. Dia tidak ingin melihat wanita selalu diperlakukan seperti boneka oleh para laki-laki. Ratri selalu berusaha mencari kesempatan untuk terus mengembangkan diri sebagai wanita yang kuat lahir dan batin. Ratri tidak ingin dipandang sebelah mata oleh orang hanya karena terlahir sebagai seorang wanita. Dia tidak mau main-main dengan kesucian dirinya. Dia sesalu menjaga harga dirinya sebaik mungkin dari kemungkinan-kemungkinan yang tidak diinginkan. Seperti tampak dalam kutipan berikut: Jam sewelas bengi Bagus gak gelem metu teka kamare Ratri, nunggoni tunangane iku karo klemahan ndhuk turone Ratri. Sing ditunggoni gak turu- turu, tambah onok ae sing digarap, sing maca buku, sing nata isine meja belajar, nata isine lemari, ngresiki rai. Sampek ahire bapake Ratri mbejegus ndhuk ngarep lawang. hal: 35-36 Terjemahan: Jam sebelas malam Bagus tidak mau keluar dari kamar Ratri, menunggu tunangannya itu dengan tiduran di ranjang Ratri. Yang ditunggui tidak tidur- commit to user 90 tidur, semakin ada aja yang dikerjakan, dengan membaca buku, menata isi meja belajar, menata isi almari, membersihkan muka. Sampai akhirnya ayah Ratri tiba-tiba di depan pintu. Bagus yang sudah merasa melaksanakan tunangan dengan Ratri bertandang ke rumah Ratri sampai larut malam. Dia selalu berusaha merayu Ratri agar mau diajak berhubungan intim. Tetapi selalu ditolak Ratri, karena Ratri memiliki komitmen yang selalu dipegang, yaitu sebelum sampai di ujung pernikahan dia tidak mau melakukan hubungan yang tidak pantas. Tindakan yang dilakukan Ratri seiring dengan gerakan para feminis yang menganjurkan kepada perempuan untuk mengembangkan diri. Terutama di masa sebelum menikah, merupakan masa yang paling produktif dalam melakukan berbagai aktivitas karena belum banyak dibebani kewajiban yang menyangkut keperluan rumah tangga yang memang identik dengan tanggung jawab penuh seorang wanita yang sudah berumah tangga. Dalam pandangan orang tua Bagus, Ratri dianggap seperti wanita murahan yang mau diajak melakukan apa saja. Seperti tampak dalam kutipan berikut: Lagek enak-enak ngonceki pencit dadakna mamine Bagus mecungul nonton Ratri terus cloluk karo men gkerik, ”Lo, mangkane kok ngebut ae kate kawin, lawong wis nyidam He, Gus, Ratri ngrujak pencit iki, lo. Mbok kapakna ae arek iki , Gus?? Mangkane ditakoni gak ngaku, lah apa kesusu-susu pesen undhangan kawin iku? Sakjane sing ngethek iku sapa, se? Koen, ya Rat? He?” Mbuhiku guyon, mbuh embuh. Pokoke Bagus langsung mara nyekseni Ratri sing atine gampang keslomot iku ngguwak lading mbek pencit sing dicekel, langsung mlesat metu. Gak omong, gak nyauri, gak ceguk, gak barang. hal: 39 Terjemahan: Baru menikmati mengupas mangga muda kemudian maminya Bagus datang melihat Ratri kemudian bilang dengan jijik, ”Lo, makanya kok ribut saja ingin commit to user 91 menikah, lha sudah ngidam He, Gus, Ratri membuat rujak mangga muda ini, lo. Sudah kamu apakan saja anak ini, Gus?? Makanya ditanyai tidak mengaku, kenapa buru-buru pesan undangan menikah itu? sebenarnya yang berharap itu siapa sih? kamu ya Rat? He?” Entah itu hanya bercanda, entah tidak, pastinya Bagus langsung datang menyaksikan Ratri yang hatinya mudah terbakar itu membuang pisau dan mangga muda yang dipegang, langsung lari keluar, tidak bicara, tidak menjawab, tidak pakai berpamitan. Ratri yang merasa dipermalukan oleh orang tua Bagus menjadi semakin emosi dan berpikir kalau hubungannya dengan Bagus tidak pantas untuk dipertahankan. Jika dia terus berada dilingkungan keluarga yang semacam itu pasti Ratri tidak akan tahan. Ratri yang membuat rujak dianggap sudah hamil dan ingin makan makanan yang asam-asam. Keputusan Ratri untuk meninggalkan Bagus semakin kuat. Dia merasa tidak sesuai hidup didalam keluarga dengan kondisi dan pola pikir semacam itu. Tindakan yang dilakukan Ratri merupakan bentuk keputusan yang tegas yang banyak didukung oleh kaum feminis yang tidak mau wanita selalu dipandang rendah. Ratri menunjukkan bahwa wanita juga dapat mengambil keputusan yang tegas dan tidak akan pernah menyesalinya. Seperti tampak dalam kutipan berikut: Ratri gelem balik pamitan, tapi emosine tambah nemen, ”Mi, saya pulang duli, Bagus mau tugas ke Banyuwangi. Sekarang saya mau membatalkan undangan dulu, biar Mami tahu bahwa saya tidak berambisi jadi mantunya Mami, kok.” Terus gak ngenteni saurane mamine Bagus, langsung mengkur plas Tanpa wekas. hal 40 Terjemahan: Ratri mau kembali berpamitan, tetapi emosinya bertambah besar, ”Mi, saya mau membatalkan undangan dulu, agar Mami tahu bahwa saya tidak berambisi menjadi menantunya Mami, kok.” Kemudian tidak menunggu jawaban maminya Bagus, langsung kembali saja tanpa pesan. Di dalam kondisi jiwa Ratri yang terguncang dia tetap berusaha menunjukkan rasa hormatnya kepada orang yang lebih tua dengan tetap commit to user 92 berperilaku sopan dan mau berpamitan kepada maminya Bagus, meskipun dia sudah membuat Ratri merasa sangat jengkel. Ratri memutuskan untuk berpisah dengan Bagus. Meskipun sudah terlanjur memesan undangan pernikahan, Ratri tetap mau membatalkan hubungan itu. Ratri tidak mau dipandang sebagai wanita yang hanya mengandalkan kecantikan untuk memperoleh laki-laki yang kaya harta. Meski bagaimanapun Ratri mementingkan kehormatan dirinya. Seperti tampak dalam kutipan berikut: Ratri langsung nyaut tase maneh karo ngadeg terus karo mbongkuk nyidhekna cangkeme nang kupinge bapake, ”Nek ngoten niku mboten sepinten Pak. Sik isinan kula Diremehna tiyang Dupeh awak dhewe wong gak duwe pangkat dhukur. Critane dawa, Pak pokoke intine mamine Bagus niku wong Jawa ilang Jawane. Mboten seneng nik anake dipek wong Jawa kados awake dhewe ngeten niki, dianggep tiyang kuna mawon, tiyang ndhesit ketinggalan jaman, Kula mboten katene nerusaken orip kalih Bagus. Suwe- suwe kula niki dikira ngiler barek kamulyane Bagus. Nik kula, sori mawon, Pak Masiya awake dhewe wong gak duwe montor muluk, tapi duwe kehormatan.” hal: 43 Terjemahan: Ratri langsung mengambil tasnya lagi sambil berdiri kemudian agak bungkuk sediki t mendekatkan mulutnya ke telinga ayahnya, ”Kalau segitu tidak seberapa Pak. Masih malu saya Diremehkan Orang Karena kita ini orang tidak punya pangkat tinggi. Ceritanya panjang, Pak intinya maminya Bagus itu orang Jawa yang hilang Jawanya. Tidak suka kalau anaknya diambil orang Jawa seperti kita ini, dianggap orang kuno saja, orang desa ketinggalan jaman, Saya tidak akan meneruskan hidup dengan Bagus. Lama-lama saya ini dikira hanya menginginkan kekayaannya Bagus. Kalau saya, Maaf saja, Pak Meskipun kita ini orang tidak punya mobil mewah, tetapi punya kehormatan. Ratri merasa berat untuk memutuskan hubungannya dengan Bagus, karena sebenarnya Ratri sudah mencintainya, tetapi dia tetap berpegang kepada pendiriannya yang tidak ingin dipandang sebagai wanita yang hanya mengincar harta kekayaan. Meskipun tindakannya itu akan membuat Ratri dan keluarganya malu, tetapi seandainya hubungan itu diteruskan maka akan membuat harga diri commit to user 93 Ratri semakin diinjak-injak. Ratri tidak ingin selalu menjalani hidup dalam keadaan yang semacam itu. Ratri ingin menunjukkan bahwa dia akan berusaha menjadi wanita paling terhormat dalam keluarganya dengan caranya sendiri. Dia ingin menjadi orang yang hebat melebihi laki-laki. Dia tidak mau menjadi wanita hebat karena menjadi istri orang yang hebat. Yang dia inginkan adalah menjadi orang yang hebat karena usahanya sendiri. Karena hal semacan itu akan dipandang lebih terhormat oleh masyarakat. Ratri merupakan sosok wanita yang ingin memperoleh ilmu setinggi mungkin agar hidupnya dapat menjadi lebih mandiri tanpa harus menggantungkan hidupnya kepada orang lain, dan berusaha mencapai kedudukan yang setingkat dengan kedudukan laki-laki dalam masyarakat. Seperti tampak dalam kutipan berikut: Ratri ngadeg nggejejer nata atine sing umeb. Mari ambegan digetna terus ngomong notup rembug, ”Sing penting bapak mboten getun, mboten usah isin, percados mawon teng kula, Pak. Kula mboten katene dados anak sing ngisin-ngisini, tapi suwalike, Pak. Kula badhe sumpah ajeng dados tiyang paling terhormat antarane sak keluwargane awak dhewe kabeh, Mboten rabi mboten napa-napa, Pak Wong jaman sakniki niku, wong wedok dados tiyang hebat ngluwihi tiyang jaler, nggih sak thekruk, kok. Nik kula kok kepingin dados bojone tiyang hebat, tapi pancen awak kula dhewe sing hebat. Niku lak nggih tambah kehormatan sing asli, tah?” hal: 44 Terjemahan: Ratri berdiri tegak menata hatinya yang sedang panas. Setelah menarik napas dikagetkan kemudian menutup percakapan. ”Yang penting bapak tidak usah menyesal, tidak usah malu, percaya saja sama saya, Pak. Saya tidak akan menjadi anak yang membuat malu, tetapi sebaliknya, Pak. Saya akan bersumpah akan menjadi orang yang paling terhormat diantara keluarga kita, Tidak menikah tidak apa-apa, Pak Orang di jaman sekarang itu, perempuan menjadi orang hebat melebihi laki-laki, juga banyak, kok. Kalau saya ingin commit to user 94 menjadi istrinya orang hebat, tetapi memang saya sendiri yang hebat. Itukan semakin terhormat, kan?” Banyak sekali hal yang dilakukan Ratri untuk menunjukkan kemampuannya yang memang pantas untuk dicontoh. Seperti berbagai kegiatan diikuti, dan berbagai macam perlombaan selalu dia menangkan. Itu semua merupakan wujud usaha Ratri agar sebagai seorang wanita dia tidak kalah dengan laki-laki. Bahkan tidak jarang Ratri melampaui batas-batas kemampuan laki-laki. Ketangguhan dan keunggulannya itu merupakan nilai tambah yang dapat mengubah pandangan kita terhadap wanita. Seperti tampak dalam kutipan berikut: ”Ajeng ngeposna surat niki lo, melok lomba gambar teng yogja, lo, Buk?” Ratri ales. Padahal kate nang dolure Bagus, sing omahe cidhek kantor pos besar jalan Demak iku. Ibuke percaya ae, pancen gaene Ratri melok lomba apa ae, sampek SMAne biyen ae oleh beasiswa merga mesthi menangan nang lomba apa ae. hal: 49 Terjemahan: Akan mengeposkan surat ini lho, ikut lomba gambar di jogja, lo. Buk?” Ratri beralasan. Padahal akan ke rumah saudaranya Bagus, yang rumahnya dekat kantor pos Jalan Raya Demak itu. Ibunya percaya saja, memang biasanya Ratri ikut lomba apa saja, sampai SMAnya dulu saja mendapat beasiswa karena pasti menang di lomba apa saja. Berbagai usaha Ratri itu menunjukkan kedudukan wanita dalam pandangan masyarakat memang harus mulai diubah. Ratri tidak suka dengan kekuasaan mutlak didalam keluarga ada ditangan suami. Yang ingin dia tunjukkan adalah pengakuan kesejajaran antara laki-laki dengan perempuan. Ratri yang sering mendapat berbagai sindiran dan cemoohan dari masyarakat ingin menunjukkan bahwa sebagai seorang perempuan yang memiliki pemikiran luas. Karena Ratri sadar bahwa sebagai manusia dia memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan laki-laki untuk mengatur dan bertanggung jawab commit to user 95 terhadap hidupnya, maka dari itu dia selalu berpikir luas dan terus menuntut ilmu demi masa depannya. Ratri adalah gadis yang mandiri, dia sanggup melakukan apapun dengan usahanya sendiri, dia tidak terbiasa hidup bergantung pada orang lain. Seperti tampak dalam kutipan berikut: Bis Kalisari tlusur-tlusur mlebu penirate kampus. Ketoke sepi tapine tibake bareng arek-arek kampus iku bayar padha anjlog teka bis, akeh lampu- lampune sepedhah montor morub, suara urung-urung ya warane sepedhah montor distarter. Iku mau tibakna para cacak, para bapak, para adhik utawa para calon bojo sing mapagi tekane mahaisiswa teka pentas nang Trowulan iku. Pancen biyasane nik molih bengi nemen arak-arek iku njaluk dipapag. Seje ambek Ratri....... hal: 62 Terjemahan: Bus Kalisari berjalan masuk gerbang kampus. Kelihatannya sepi tetapi setelah anak-anak kampus itu turun dari bus, banyak lampu sepeda motor hidup, suara knalpot sepeda motor di nyalakan. Itu tadi ternyata para saudara, para bapak, para adhik atau para calon suami yang menjemput mahasiswa setelah pentas dari Trowulan itu. Menang biasanya kalau pulang agak malam anak- anak itu minta dijemput. Beda dengan Ratri........ Tidak seperti teman-teman lainnya yang meminta dijemput ketika ada urusan yang harus selesai sampai larut malam, Ratri selalu pulang sendiri dan dapat menikmati hidupnya. Sebagai wanita dia memiliki cita-cita yang ingin diraih sehingga itu mendorong Ratri selalu kuat menjalani hari-harinya. Meskipun banyak tugas yang selalu membebaninya, dia selalu terlihat santai dalam menjalani hidupnya. Justru tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya selalu mendorong Ratri untuk menjadi wanita yang mandiri. Ratri adalah gadis yang jujur dan bertanggung jawab terhadap segala hal yang menjadi kewajibannya. Dia adalah gadis yang selalu tampil apa adanya, commit to user 96 sehingga dia banyak disukai sejumlah lelaki yang ada disekelilingnya. Perilaku dan tindakan Ratri menunjukkan bahwa dia adalah gadis yang pandai bergaul dengan siapapun. Ratri dalam menjalin hubungan dengan laki-laki sangat cerdas dan mandiri. Dalam setiap mengambil keputusan dia sering implusif dan keras kepala. Seperti ketika dia mengambil keputusan untuk membatalkan pertunangannya dengan Bagus. Keputusannya susah untuk diubah, jika hubungannya itu diteruskan pasti Ratri yang tidak akan tahan dengan situasi di keluarga Bagus. Dari uraian di atas dapat digambarkan tentang watak, perilaku, dan tujuan hidup Ratri. Jika dihubungkan dengan perjuangan gerakan feminisme, tindakan Ratri tersebut sejalan. Didalam gerakan feminisme menganjurkan kemandirian berpikir, bahkan sikap keras kepala agar perempuan mampu menempati kedudukan yang sama dengan kedudukan laki-laki, bukan untuk menarik perhatian laki-laki kemudian melangsungkan pernikahan. Para feminisme menganggap bahwa pernikahan atau domestisitas menghambat perkembangan potensi perempuan. apalagi bagi Ratri yang masih berumur muda, dan masih duduk di bangku kuliah, yang memiliki peluang untuk mengembangkan dirinya. Terutama daya pikirnya supaya tidak terbatas pada urusan keluarga atau rumah tangga saja. Bagus yang sempat melamar Ratri merupakan suatu usaha untuk mengurung Ratri ke lingkungan keluarga dan rumah tangga atau domestisitas, yang berpeluang mematahkan kemampuan Ratri untuk mengembangkan dirinya. Segala hal yang membuat Ratri drop mulai disingkirkan dari pikiran dan commit to user 97 kehidupannya. Dia selalu berusaha mengisi hari-harinya dengan berbagi hal yang positif. Seperti tampak dalam kutipan berikut: Ratri gak, jik pepek neng omahe dhewe, nang lemarine dhewe, nang kamare dhewe sing biyen tau diambah wong langang sepisan ya Bagus iku. Tapine wis dibusek kabeh mbek Ratri teka angen-angene. Lara getih senine sing aji iku, dianggep asor kabeh wong seni iku, digebyah uyah regane awake minangkan wong wedok. Enake? Ojok dipadhakna, ya? Batine Ratri eling sing wis-uwis. hal: 66 Terjemahan: Ratri tidak, masih tetap dirumahnya sendiri, di almarinya sendiri, di kamarnya sendiri yang dulu pernah ditempati laki-laki sekali ya Bagus itu. Tetapi sudah dihapus semua oleh Ratri dari angan-angannya. Luka jiwa seninya yang berharga itu, dianggap rendah semua orang seni itu, disama ratakan harganya dirinya karena seorang wanita, Enaknya? Jangan disamakan, Ya? Batinnya Ratri ingat yang sudah-sudah. Dari kutipan di atas menunjukkan bahwa Ratri tidak ingin dipandang dengan sebelah mata. Dia tidak suka dengan orang yang memandang bahwa semua wanita itu rendah. Karena pekerjaan Ratri adalah sebagai penari dan pekerjaan menari sering dianggap sebagai pekerjaan wanita rendahan. Ratri tidak mau harga dirinya diinjak-injak. Meskipun dalam budaya Jawa sindhen itu identik dengan asumsi yang rendah, tetapi Ratri ingin menunjukkan bahwa pemikiran semacam itu tidak selamanya harus dianggap benar. Wanita juga memiliki potensi yang besar yang pantas untuk ditunjukkan dan terus dikembangkan, maka Ratri selalu berusaha menuntut ilmu setinggi mungkin. Berbagai pekerjaan dijalani Ratri untuk menunjukkan bahwa wanita juga memiliki semangat yang besar seperti layaknya laki-laki. Dia menunjukkan kepada dunia bahwa wanita bukanlah orang yang rendah. Seperti tampak dalam kutipan berikut: commit to user 98 Saiki penggaweyane Ratri tambah. Nik isuk mulang nari nang sekolahan TK, nyekel 6 sekolahan, sanggar loro. Sing sanggar rodok awan budhale. Nik SDne jam nem isuk wis budhal. Sanggar sitoke sing klebu kegiatane kantor pemerintah iku nggone nang lagir, sanggar duwekke pemerintah. Sing mbayari duduk siswane tapi pemerintah . Mulane masiya adoh dilakoni ae, sepedha montor diselang adhike sing jik kuliah, Ratri ya ngalahi numpak bemo teka treteg bongkuk nang Jayabaya, terus oper len U jurusan Jagir- Rungkut. hal: 86 Terjemahan: Sekarang pekerjaan Ratri bertambah. Kalau pagi mengajar nari di sekolah TK, memegang 6 sekolahan, sanggar dua. Yang sanggar agak siang berangkatnya. Kalau SD jam enam pagi sudah berangkat. Sanggar satunya yang termasuk kegiatan kantor pemerintah itu tempatnya di Lagir, sanggar milik pemerintah. Yang membiayai bukan siswanya tetapi pemerintah. Makanya meskipun jauh dijalani saja, sepeda motor dipinjam adiknya yang masih kuliah, Ratri memilih mengalah naik bemo sampai jembatan bongkok di Joyoboyo, kemudian oper len U jurusan Jagir-Rungkut. Ratri selalu mengantisipasi rasa malu dan takut dalam dirinya. Kenyataan- kenyataan hidup yang pahit dan harus dia jalani mendorong kepercayaan dirinya semakin turun. Jika dia terus berada dalam keadaan dan sutuasi yang seperti itu akan membuatnya terisolasi dari masyarakat. Ratri mulai berusaha membuka diri dengan masyarakat dengan cara memanfaatkan bakatnya untuk menjadi guru tari. Meskipun hari-harinya terasa sangat berat, dia tetap berusaha tegar. dengan usahanya seperti itu menunjukkan bahwa dia ingin terus mengembangkan kemampuan menarinya dan ingin memperluas pandangannya dengan dunia luar. Ratri yang telah putus dengan Bagus akhirnya mulai berkenalan dengan seorang pemuda yang bermana Wid. Mereka berkenalan ketika Ratri sedang nyindhen di daerah Surabaya. Wid adalah pemuda yang pandai dan tampan, dia juga menjabat sebagai Kepala Desa. Perhatian Wid yang sering ditunjukkan kepada Ratri membuat gadis itu jatuh cinta kepadanya. Seiring perjalanan waktu commit to user 99 hubungan mereka semakin dekat dan akhirnya mereka sepakat untuk berpacaran. Hari-hari Ratri selalu dilalui dengan bahagia ketika menjalani hubungan dengan Wid. Perhatian Wid yang diberikan kepada Ratri tersebut tidak membuat gadis itu menjadi lupa dengan cita-citanya. Sambil menjalani hubungan dengan Wid, Ratri tetap menjalani hari-harinya dengan terus bekerja. Perhatian wid selalu diungkapkan dengan rayuan-rayuan manis kepada Ratri, sehingga membuat Ratri semakin jatuh cinta kepada Wid. Karena rasa cinta Ratri yang besar kepada Wid, ketika dia memiliki waktu luang dia menyempatkan diri datang ke rumah Wid untuk melepaskan kerinduan. Wid adalah orang yang sibuk, oleh karena itu dia tidak memiliki banyak waktu untuk datang ke rumah Ratri, hanya beberapa kali dalam sebulan saja Wid dapat datang ke rumah Ratri. Sedangkan Ratri lebih sering datang ke rumah Wid. Di antara mereka memang sudah merasa saling cocok dan saling mengerti atas kesibukan masing-masing. Maka Ratri yang memiliki lebih banyak waktu luang lebih sering datang ke rumah Wid. Bahkan ketika bersama, di antara mereka hampir terjadi hal yang kurang pantas dilakukan. Seperti tampak dalam kutipan berikut: Wis gak kenek dicatur maneh, arane wong enom padha karepe, kekepan padha mari aduse, ambune padha wangine, nang njero omah muk wong loro thok gak onok wong liyane, katene lapo maneh? Meh ae Wid worung ngantor merga awake krasan ongkep, kancinge klambi sing ndokur dhewe wis dibukak. Tapine Ratri tanggap, langsung cepet-cepet notupna kancing iku maneh. hal: 92 Terjemahan: commit to user 100 Sudah tidak dapat diberitahu lagi, namanya anak muda sama keinginannya, berpelukan sama-sama sudah mandi, baunya harum, di dalam rumah hanya berdua saja tidak ada orang lain, mau ngapain lagi? Hampir saja Wid tidak jadi berangkat ke kantor karena dia nyaman berpelukan, kancing bajunya yang paling atas sudah dibuka. Tetapi Ratri langsung mengerti, langsung saja menutup kembali kancing baju itu. Dari kutipan di atas digambarkan bahwa Ratri lebih mampu menahan diri untuk tidak melakukan hal yang tidak pantas diluar nikah. Ratri memiliki kemampuan mengendalikan diri dengan baik. Meskipun di antara Wid dan Ratri sudah saling mencintai tetapi Ratri masih dapat berpikir jernih di dalam situasi yang tidak pernah dia bayangkan sekalipun. Ratri mampu membuktikan bahwa wanita pantas dihargai. Wanita seperti Ratri ini merupakan sosok yang banyak disukai masyarakat, karena dia wanita yang cantik, baik, pandai dan juga rajin. Kelincahan dan keindahan yang ada didalam dirinya di manfaatkan untuk meningkatkan pandangan wanita di mata masyarakat. Daya dongkrak yang dilakukan Ratri memang pantas untuk diacungi jempol, karena memang banyak sekali tindakannya yang pantas diterapkan didalam masyarakat. Ratri adalah gadis yang rajin dan supel maka dia sering mendapat tawaran pekerjaan untuk menari dan nyindhen. Semakin lama Ratri semakin banyak tawaran pekerjaan yang datang, dan dia semakin jarang memiliki waktu untuk bertemu dengan Wid. Wid sendiri adalah seorang kepala desa, jadi dia jarang memiliki waktu luang untuk menemui Ratri. Setiap hari minggu Wid memiliki waktu libur, tetapi lain dengan Ratri, justru setiap ada hari minggu Ratri semakin jarang memiliki waktu untuk libur dari pekerjaannya. Kebanyakan orang memang commit to user 101 memilih hari minggu untuk mengadakan acara-acara hajatan. Karena intensitas bertemu mereka semakin jarang maka hubungan mereka semakin renggang. Seperti tampak dalam kutipan berikut: Suwe-suwe kumat judhese Ratri. Gak gelem maneh nang omahe Wid. Wid ya mek ping telu nang omahe Ratri. Sakteruse mek hubungan liwat kabel terus. Mesthi Ratri sik sing nelpun, mbuh nang omah, nang kantor, utawa nang handphone. Apamaneh tanggapane Ratri tambah kelarisen dadi tambah akeh kenalane, koyok asu ocul teka rantene. Ratri rumangsa bebas gak onok sing nyandheti lakune. Ratri lali onok sing luwih penting digatekna timbang mek popularitas thok. Mesthine Ratri gak oleh lali karo masa dhepan, uripe mbesuk. Ratri wis lali karo Waskito, dhosene sing gemati biyen, Ratri wis lali ambek weling-welinge Wid prekara srawung karo wong akeh. Apa maneh Ratri iku wedok, cidhek blahine, merga Ratri rumangsa wis ngerti wates-watese, weruh apa sing kudu dilakoni gawe nylametna aji dhirine. Sampek teka titi wancine, Ratri menhatna sesambungan karo Wid. hal:95-96 Terjemahan: Lama-lama kambuh judesnya Ratri. Tidak mau kerumahnya Wid. Wid juga hanya tiga kali kerumahnya Ratri. Selanjutnya hanya hubungan melalui kabel terus. Pasti Ratri duluan yang menghubungi, entah ke rumah, ke kantor, atau ke handphone. Apalagi tanggapannya Ratri tambah banyak jadi semakin banyak kenalannya, seperti anjing lepas dari rantainya. Ratri merasa bebas tidak ada yang melarang jalannya. Ratri lupa bahwa ada yang lebih penting diperhatikan daripada hanya popularitas saja. Seharusnya Ratri tidak boleh lupa dengan masa depan, hidupnya kelak. Ratri sudah lupa dengan Waskito, dosen yang dahulu sangat perhatian kepadanya, Ratri sudah lupa pesan-pesannya Wid tentang pergaulan dengan orang banyak. Apalagi Ratri itu perempuan, dekat dengan bahaya, karena Ratri merasa sudah tahu batas-batasnya, tahu apa yang harus dilakukan untuk menjaga harga dirinya. Sampai tiba waktunya, Ratri memutuskan hubungan dengan Wid. Jam kerja Ratri semakin padat, oleh karena itu dia menjadi semakin populer. Disaat Ratri menikmati masa kepopulerannya, dia menjadi lupa dengan segala hal. Bahkan dia sampai lupa bahwa pada dasarnya wanita itu makhluk yang sangat sensitif, dan sangat dekat dengan ancaman bahaya. Karena Ratri commit to user 102 merasa sebagai orang yang berpendidikan tinggi maka dia merasa sudah tahu batas-batas tindakannya. Popularitas memang sering membuat orang lupa diri, hal itu tidak hanya akan menimpa seorang wanita seperti Ratri, bahkan setiap orang kalau sedang berada di puncak kejayaan karirnya akan sering lupa diri. Hal itu membuat Ratri menjadi kurang peduli dengan hal-hal yang penting, yang seharusnya selalu dia ingat, seperti usaha mempertahankan hubungannya dengan Wid. Bahkan popularitas membuat Ratri tidak mau berpikir panjang, dia memutuskan hubungannya dengan Wid. Keputusan itu diambil hanya karena Ratri dan Wid mulai kurang intensitas komunikasi dan masing-masing terlalu disibukkan oleh pekerjaan. Tindakan memutuskan hubungan dengan Wid mulai disesali oleh Ratri. Setelah mereka benar-benar berpisah Ratri mulai teringat kepada Wid dan semakin susah melupakann wajah Wid dari bayangannya. Memang di dalam hidup, sewaktu kita memiliki sesuatu kita kurang tahu arti keberadaannya, dan ketika kita sudah benar-benar kehilangan baru kita sadar begitu berartinya hal yang hilang tersebut. Jika manusia kurang dapat menghargai tentang apa yang dimiliki memang seringkali akan datang penyesalan ketika kita membutuhkannya tetapi kita tidak dapat menemukannya kembali. Sebenarnya Ratri masih mencintai Wid dan masih mengharap cinta Wid datang kembali, tetapi itu tidak mungkin karena Ratri sudah terlanjur memutuskannya. Seperti tampak dalam kutipan berikut: Eh Gendheng, bekne Ratri nglabrak awake dhewe. Wong wis dibuwak kok diarep-arep balike maneh, ya tangeh lamun, Rat Gak Ratri gak oleh ngarep- arep sing enggak-enggak Uwong iku sing digugu apane? Lak ya cangkeme, commit to user 103 se? Mangkane tah, nik wis pedhot, ya pedhot, gak usah didondomi maneh. Salahmu dhewe, gak usah digetuni maneh, Batine Ratri umeg. hal: 98-99 Terjemahan: Eh Gendheng, ternyata Ratri marah kapada dirinya sendiri. Yang sudah dibuang kok diharap-harap kembali lagi, ya tidak mungkin, Ratri Tidak Ratri tidak boleh mengharap-harap yang tidak-tidak Orang itu yang dipercaya apanya? Mulutnya kan? Makanya, kalau sudah putus, ya putus, tidak usah disambung lagi. Salah kamu sendiri, tidak usah disesali lagi, Batinnya Ratri bicara. Dari kutipan di atas terlihat bahwa Ratri menyesal dengan keputusannya. Dia hanya dapat berkhayal hal-hal baik selalu datang kepadanya. Sikap tegas yang diambil Ratri tersebut ternyata membuatnya semakin depresi dan akhirnya dia menjadi jatuh sakit. Ketika kondisi Ratri yang sedang sakit Wid datang dan meminta Ratri menari diacaranya. Seperti tampak dalam kutipan berikut: ”Aku pingin awakmu nari karonsih kanggo mantenanku. Dadi kades teladhan diobrak-obrak wong ae dikongkon ndang rabi, he? Yawis tak lakoni ae, momopung onok sing gelem, kathik kabeh wis disiyapna kana, here?” hal: 100 Terjemahan: ”Aku ingin kamu menari untuk pernikahanku. Jadi kades teladan disuruh- suruh orang saja agar cepat menikah? Ya sudah saya jalani saja, mumpung ada yang mau, dan semua sudah disiapkan semua?” Kedatangan Wid tersebut membuat Ratri semakin depresi. Tetapi karena dia diundang sendiri oleh Wid untuk menjadi penari di acara pernikahan Wid, Ratri terpaksa menerimanya. Bagi Ratri itu adalah kabar buruk, karena sebenarnya Ratri masih sangat mencintai Wid. Akan tetapi nasi sudah menjadi bubur, tidak mungkin dapat diubah menjadi nasi lagi. Menyesal pun tidak ada commit to user 104 gunanya. Akhirnya Ratri hanya dapat menikmati apa yang dia miliki saja sekarang, dan tidak dapat berbuat apapun untuk mengubahnya. Ketika Ratri datang ke acara pernikahan Wid dan menampilkan tarian, dia tidak kuasa menahan sakit hatinya, melihat orang yang dia cintai menikah dengan orang lain. Dan di dalam acara tersebut, ketika Ratri selesai menari dia jatuh pingsan. Ratri merasa kehilangan hidupnya, tetapi di dalam dirinya masih berkobar semangat yang tinggi untuk terus maju dan tetap berusaha bertahan dengan apa pun yang dia miliki. Seperti tampak dalam kutipan berikut: Sak marine Wid dadi manten, Ratri malih seneng ngebut nang dalan. Ndilalah kok ya gak tau tubrukan. Angger lomba tari ya mesthi menang, koyok-koyok atine kebrongot, nyawang sembarang kalir diematna temenan. Nik wis ngono terus cangkeme umik- umik: ”Aku kudu isok Apa ae sing tak lakoni kudu onok asile, aku gak oleh gagal maneh. Gak” hal: 103 Terjemahan: Setelah Wid menikah, Ratri menjadi suka ngebut dijalan. Untungnya tidak tabrakan. Kalau lomba tari ya pasti menang, seperti hatinya terbakar, melihat apapun selalu dilihat dengan sungguh-sungguh. Kalau sudah begitu mulutnya bicara terus: ”Saya harus bisa Apa saja yang saya jalani harus ada hasilnya, saya tidak boleh gagal lagi. Tidak.” Ratri memulai lagi hidupnya dengan semangat yang tinggi, yaitu dengan keyakinan dan bakat yang dia miliki, dia percaya suatu saat dia akan mendapatkan pekerjaan yang layak dan seuai dengan kemampuannya. Ratri mulai menentukan tujuan hidupnya dengan mencari pekerjaan. Dengan gelar sarjana yang dia miliki dia ingin memanfaatkannya dan tidak mau kalah bersaing dengan sarjana-sarjana lain. Dia tidak mau menyesal lagi diakhir keputusannya. Seperti tampak dalam kutipan berikut: commit to user 105 Angger nggarap lomba tari sing digagasi ”Aku kudu isok, wong ilmu ketok kenek digoleki, kenek disinaoni, angger dalane bener, tepak, kersaning Allah aku isok oleh. Garapanku mesthi katut, kadhung orip aku kudu ngatog pisan, cincang-cincing gak worung kebloh, aluwung dijeguri pisan niyat madhep mantep.” Iku tekade Ratri. hal 104 Terjemahan: Kalau saya ikut lomba tari yang diingat ”Saya harus bisa, itu ilmu yang nyata dapat dicari. dapat dipelajari, kalau jalannya benar, tepat, dengan kuasa Allah saya pasti bisa. Pekerjaan saya pasti masuk, terlanjur hidup saya harus memuas-muaskan sekalian, kalau mundur akan kalah, lebih baik dilakukan dengan yakin.” Itu tekatnya Ratri. Kutipan di atas menggambarkan bahwa Ratri mulai berusaha ikut ujian Nasional untuk menjadi tenaga pendidik. Keyakinan kuat yang dimiliki Ratri berasal dari watak Ratri yang sangat keras, jadi setiap kali dia memutuskan sesuatu tidak ada orang yang berani dan mampu untuk merubahnya. Setiap keputusan yang dia ambil memang susah dirubah karena setiap keputusan yang dia buat selalu didasari dengan keyakinan dan alasan yang matang. Dan kemudian Ratri diterima mengajar di sebuah sekolah. Di sekolah itu dia bertemu dengan Waskito yang dahulu ketika Ratri kuliah dia merupakan dosen mata kuliah menarinya, dan sekarang mereka bertemu di satu sekolahan. Disana Waskito adalah guru seni musik dan Ratri menjadi guru menari. Karena Waskito dan Ratri pernah mengalami latar belakang di kampus yang cukup akrab dan sekarang mereka dipertemukan di satu sekolah yang sama sebagai pengajar, maka mereka semakin akrab. Selain itu intensitas bertemu diantara mereka semakin banyak. Itulah yang menyebabkan hubungan mereka semakin dekat. Akhirnya Waskito langsung memutuskan melamar Ratri tanpa melalui proses berpacaran. Ketika dilamar dia tidak begitu perduli dan memberikan keputusan commit to user 106 lamaran itu kepada orang tuanya. Tetapi orang tua Ratri tidak berani memutuskan, karena yang akan menjalani rumah tangga adalah Ratri sendiri. Orang tua Ratri hanya dapat memberi saran yang terbaik kepada anaknya, dan tidak pernah mengatur atau memaksakan keinginan Ratri. Seperti tampak dalam kutipan berikut: ”Ya ojok ngono. La nik tak tampa, ya koen kudu tanggung jawab dadi bojone uwong. Tingkahmu sing kekanakan ya kudu mbok mareni Wong omurmu wis selawe, lo” Bapake negesna. hal: 113 Terjemahan: ”Ya jangan begitu. Kalau kamu terima, kamu harus bertanggung jawab menjadi istrinya orang. Tingkah kamu yang kekanak-kanakan ya harus kamu hilangkan karena usiamu juga sudah dua puluh lima, lo” Bapaknya menegaskan. Ratri yang memang sudah tidak memikirkan tentang masa muda, akhirnya memutuskan menerima lamaran Waskito, apalagi usia Ratri sudah mulai menunjukkan masa senja untuk ukuran seorang gadis. Memang usia gadis seperti Ratri jika tidak segera menikah memang akan banyak menimbulkan fitnah. Sejak kecil Ratri dididik dan diarahkan untuk menjadi wanita yang mandiri dan tidak pernah melarang melakukan apapun oleh orang tuanya. Orang tua Ratri sudah sangat paham tentang tabiat dan sifat Ratri, bahkan jalan pikiran Ratri selalu didukung, karena mereka percaya anaknya pasti hanya melakukan hal yang terbaik untuk diri dan keluarganya. Kecuali kalau memang saatnya Ratri meminta kepada pihak keluarga untuk mencarikan jalan terbaik yang harus Ratri ambil, baru mereka mulai berbicara untuk memberi masukan dan arahan saja. Sehingga Ratri dapat menjadi orang yang mandiri. commit to user 107 Tokoh Ratri diceritakan oleh pengarang sebagai gadis desa yang cantik, lincah dan memiliki daya tarik yang kuat terhadap para lelaki, baik muda maupun tua. Kecantikan parasnya membuat para lelaki terpesona. Di dalam novel ini Ratri dikisahkan mengalami kisah cinta yang pahit. Hal tersebet memiliki sebuah nilai filosofi bahwa seorang wanita belum tentu dapat ditaklukkan lawan jenis meskipun dihadapkan dengan jaminan hidup yang enak jika berhadapan dengan masalah cinta. Sering kali kita jumpai, cinta banyak membuat hidup manusia menjadi rapuh. Ratri dikisahkan mengalami liku-liku cinta yang rumit. Meskipun demikian Ratri merupakan seorang wanita yang tegar dalam menjalani hidup. Ratri selalu berusaha agar wanita tidak dipandang lebih rendah dari laki-laki. Dia adalah sosok yang memiliki semangat yang besar dalam meraih cita-citanya. Selain itu Ratri juga digambarkan sebagai wanita yang memiliki kemampuan dan hak yang sama dengan laki-laki. Dan jika mau berusaha lebih keras bahkan tidak menutup kemungkinan wanita memiliki kemampuan di atas laki-laki. Meskipun demikian Ratri tidak lepas dari kodratnya, yaitu tetap menjadi seorang gadis yang lembut dan berhati baik.

D. Sikap Trinil S. Setyowati dalam Memandang