commit to user 44
Terjemahan: “Tas diturunkan dari pundak Ratri, “Begini, lo, Pak. Saya itu tidak bertengkar
dengan Bagus. Saya hanya mau bertanya, seumpama saya tidak jadi menikah dengan Bagus bagaimana?” Ratri berbicara dengan nada pelan.”
“Si bapak menggaruk-garuk sebentar, bernafas panjang terus berbicara, “Paling-paling ya malu saja terhadap sesepuh kampung, karena pada waktu
tukar cincin dulu Lurah dan RW-RW juga datang, semua menjadi saksi kok akhirnya tidak jadi begitu…”.
“Ratri langsung mengambil tasnya lagi sambil berdiri terus sambil membungkuk berbicara dekat telinga bapaknya, “Kalau begitu tidak
sebanding Pak. Masih malu saya Diremehkan orang Karena kita orang yang tidak mempunyai pangkat tinggi. Ceritanya panjang, Pak. Pokoknya intinya
maminya Bagus itu orang Jawa yang hilang Jawanya. Tidak suka kalau anaknya menjadi suami orang Jawa seperti kita ini, dianggap orang kuna saja,
orang ndeso yang ketinggalan jaman. Saya tidak mau meneruskan hidup dengan Bagus. Lama-lama saya itu dikira ngiler terhadap kekayaannya Bagus.
Kalau saya, sori aja, Pak Meskipun kita orang tidak mempunyai kendaraan yang bagus-
bagus, tapi kita punya kehormatan”. Dari keputusan tersebut membuat Ratri menjadi lebih dewasa dalam
menentukan keputusan bahwa wanita tidak hanya sebagai kaum yang selalu kalah dari kaum laki-laki, peristiwa ini merupakan tahap pembukaan cerita menuju ke
cerita yang lebih kompleks. Cerita berikutnya akan lebih rumit dengan adanya konflik-konflik dalam kehidupan.
b. Generating Circums tances tahap pemunculan konflik
Pengarang melanjutkan suatu pristiwa menuju permasalahan yang lebih kompleks. Pengarang menggambarkan cerita ke bagian yang lebih rumit. Ketika
Ratri putus hubungan dengan Bagus, Ratri seakan-akan lepas dari semua beban yang dideritanya. Kemudian Ratri bertemu dengan Waskito seorang dosen swasta
di tempat Ratri kuliah, sebenarnya Waskito suka dengan Ratri tetapi Waskito menganggap Ratri sebagai anaknya demikian juga dengan Ratri menganggap
Waskito sebagai seorang bapak.
commit to user 45
Peristiwa dalam cerita ini menarik ketika pembicaraan Waskito dan orang tua Ratri saat menghadiri acara wisuda Ratri, Waskito ditanya oleh orang tua
Ratri tentang kehidupannya kalau Waskito itu seorang duda beranak satu yang istrinya meninggal ketika melahirkan dan disuruh untuk menikah lagi. Dari
pembicaraan antara Waskito dan orang tua Ratri, kelihatan bahwa kalau sebenarnya Waskito agak malu untuk menjawab tetapi dengan spontan Waskito
berbicara kalau sebenarnya ingin mempersunting Ratri sebagai istrinya dengan menggunakan bahasa kias.
Kutipan: “Nuwun sewu, lo, Pak. Ibuke Ratri niku wonten-wonten mawon ingkang
dipuntangkletaken. Tamtunipun Pak Waskito rak nggih sampun kagungan calon, ta, nggih, Pak?”
”Waskito durung kober nyauri, ibuke Ratri wis takon maneh.” ”Lare Mediun, ta Pak?”
”Estunipun dereng gadhah, kok, Pak, Bu. Menawi wonten idzining Allah, kepareng kula ngentosi prawan etan kali kemawon”. Bapak ibuke Ratri rada
kaget, delok-delokan, mbedhek-mbedhek, apa prawan etan kali iku Ratri, sing dikarepna? hal: 74
Terjemahan:
”Maaf, lo, pak. Ibunya Ratri itu ada-ada saja yang ditanyakan. Tentunya Pak Waskito sudah punya calon kan, Pak?”
”Waskito belum sempat menjawab, ibunya Ratri sudah bertanya lagi.” ”Sebenarnya saya belum punya calon, kok, Pak, Bu. Tetapi kalau ada izin dari
Allah, bolehkah saya menunggu gadis perawan timur sungai saja”. Bapak ibuke Ratri agak kaget, saling lihat-lihatan, mengira-ira, apa perawan timur
sungai itu Ratri, yang diingingkan Waskito?
Dan setelah selesai dari acara wisuda Ratri dan kedua orang tuanya pergi untuk merayakannya ke sebuah warung makan bakso dengan mengendarai mobil,
tiba-tiba sopir tidak bisa ikut dikarenakan istrinya sedang melahirkan, tidak disangka Waskito datang kemudian menawarkan bantuan untuk Waskito saja
commit to user 46
yang menyetir, karena bapaknya Ratri belum pandai mengendarai mobil. Sewaktu ke empat orang tersebut di dalam mobil semuanya tampak senang itu terlihat dari
raut muka yang selalu senyam-senyum entah apa yang membuat orang-orang yang berada di dalam mobil itu merasa senang mungkin sesuai dengan apa yang
diinginkan. Dari peristiwa itu, alur selanjutnya dalam cerita ini agak meloncat tokoh Waskito seolah-olah sudah tidak ada lagi ini semakin membuat ceritanya
lebih menarik dan membuat pembaca bertanya-tanya bagaimana selanjutnya cerita ini.
c. Rising Action konflik mulai berkembang