Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

commit to user 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Karya sastra diciptakan pengarang untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan banyak orang. Adapun tujuan diciptakannya karya sastra menurut Melani Budianta yaitu sastra menghibur dengan cara menyajikan keindahan, memberikan makna terhadap kehidupan kematian, kesengsaraan, rnaupun kegembiraan, atau memberikan pelepasan ke dunia imajinasi 2006: 19. Karya sastra bersifat imajinatif atau fiktif, yaitu suatu cerita rekaan yang berangkat dari daya khayal kreatif. Sesuatu yang bersifat imajinatif boleh jadi terjadi dalam kehidupan nyata, karena bagaimanapun juga karya sastra merupakan refleksi kehidupan manusia. Karya sastra berbentuk cerita yang dikemas dalam bentuk novel, cerita pendek, cerita bersambung, roman picisan dan lain-lain, mempunyai struktur yang membangun cerita yaitu tema, alur, penokohan, seting dan amanat. Semua unsur tersebut disebut aspek intrinsik dalam karya sastra. Melalui aspek intrinsik kita akan lebih mudah mengerti dan memahami jalan cerita serta menangkap apa yang ingin disampaikan oleh pengarangnya. Sedangkan aspek ekstrinsik yaitu aspek di luar karya sastra meliputi sisi kehidupan pengarang atau kondisi sosial budaya masyarakat. Pemahaman unsur ekstrinsik suatu karya bagaimanapun, akan membantu dalam hal pemahaman makna karya itu mengingat bahwa karya sastra tidak muncul dari situasi kekosongan budaya Burhan Nurgiyantoro, 2005: 24. 1 commit to user 2 Pengarang dalam menciptakan suatu karya sastra mengekspresikan ungkapan emosi perasaan dan menuangkannya melalui tulisan dengan proses imajinasi. Menurut Suwardi Endraswara antara sadar dan tak sadar faktor kejiwaan dan perasaan pengarang selalu mewarnai proses penciptaan pengarang. Kekuatan karya sastra dapat dilihat seberapa jauh pengarang mampu mengungkapkan ekspresi kejiwaan yang tidak sadar itu ke dalam sebuah cipta sastra 2008: 96. Membaca sebuah karya fiksi berarti menikmati cerita, menghibur diri untuk memperoleh kepuasan batin. Betapapun saratnya pengalaman dan permasalahan kehidupan yang ditawarkan, sebuah karya fiksi tetap harus merupakan bangunan struktur yang koheren, dan tetap mempunyai tujuan estetik Wellek Warren dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 13, Dalam khasanah sastra Jawa modern terdapat berbagai jenis sastra yang telah dihasilkan para pengarang Jawa antara lain geguritan, cerpen, novel, dan cerita bersambung. Cerkak dan cerbung yang pada konteks ini berbahasa Jawa pada umumnya dimuat di dalam surat kabar dan majalah, tidak seperti novel yang dibukukan tersendiri. Novel adalah sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukupan, tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek. Burhan Nurgiyantoro, 2005 : 10. Telah banyak karya-karya sastra Jawa yang berupa novel yang dihasilkan pengarang Jawa salah satunya yaitu novel berjudul Sarunge Jagung karya Trinil S. Setyowati. Trinil S. Setyowati termasuk pengarang yang produktif. Banyak karya- karya yang dimuat dalam media cetak seperti majalah berbahasa Jawa dan media cetak berbahasa Indonesia seperti majalah Jayabaya, Panjebar Semangat, tabloid commit to user 3 Bromo, majalah Kidung dan lain-lain. Karya-karyanya berupa cerita rakyat, artikel, cerkak atau cerpen, cerbung, puisi atau geguritan, wacan bocah, novel serta karangan-karangan lainnya yang berkaitan dengan bidang sastra. Salah satu karyanya adalah novel Sarunge Jagung yang diterbitkan oleh Yayasan Sasmita Budaya Sragen bulan Mei 2005. Novel berjudul Sarunge Jagung karya Trinil S. Setyowati ini unik karena pengarang menggunakan bahasa sub-dialek Surabaya. Novel Sarunge Jagung menceritakan tentang kehidupan seorang wanita Jawa yang mempunyai pendirian yang kuat walaupun dihadapkan permasalahan dalam mencari pasangan hidup yang tepat. Sebagai wanita Jawa yang mencintai budaya Jawa, dia rela untuk membatalkan perkawinannya karena calon ibu mertuanya tidak menghargai budaya Jawa dengan menghina kebudayaan Jawa, tidak memahami kebudayaan Jawa padahal dia sendiri adalah orang Jawa, memfitnah dan menuduhnya telah hamil di luar nikah. Calon suamimya pun yang seorang tentara tidak bisa tegas dan selalu mengikuti kemauan ibunya. Walaupun putus dari tunangannya dan lantas rnenjalin kasih dengan pria yang berprofesi sebagai lurah, hubungannya dengan lurah tersebut tidak berhasil. Namun pada akhirnya sang wanita mendapatkan pasangan hidup sejatinya. Novel Sarunge Jagung ini termasuk karya sastra yang feminis. Tokoh utama dalam novel tersebut adalah wanita dan novel Sarunge Jagung bercerita mengenai perjuangan seorang wanita Jawa yang membela kebudayaan Jawa serta mengenai kisah hidupnya dalam menemukan pasangan hidup. Novel Sarunge commit to user 4 Jagung dapat dikatakan karya fiksi modern yang menggambarkan kehidupan masyarakat menurut pandangan dari Trinil S. Setyowati. Fiksi modern berbeda dengan tradisi sastra yang lebih lama, yang cenderung untuk bersifat dedaktik, moralistik dan yang memberi tahu rakyat tentang bagaimana manusia harus hidup. Fiksi modern yang serius, menggambarkan bagaimana kehidupan modern dijalani, sekurang-kurangnya menurut pandangan si pengarang Niels Mulder dalam Maria A. Sardjono, 2005: 30. Karya fiksi modern merupakan karya yang dibuat berdasarkan kreativitas pengarang, pengarang dapat mengkreasi dan menyiasati berbagai masalah kehidupan. Karya fiksi juga dapat diartikan sebagai cerita rekaan. Sarunge Jagung seperti pada judulnya adalah suatu wangsalan pantun tebakan. Wangsalan Sarunge Jagung sudah sering terdengar di kalangan masyarakat Jawa. Dalam buku Metode Belajar Efektif Basa Jawa karangan Suroso Ari Wibowo, sarung jagung yaiku sing mbuntel jagung, jenenge klobot. Kata klobot daun jagung berakiran kata bot dikaitkan dengan kata abot berat, judul novel Sarunge Jagung mengambil dari wangsalan Jawa dan di dalam novel Sarunge Jagung berceritakan tentang kehidupan seorang wanita Jawa yang cukup berat dalam menemukan pasangan hidupnya 2005: 55. Novel Sarunge Jagung mengungkapkan persoalan seorang wanita yang berperan sebagai tokoh utama dalam cerita tersebut. Seorang wanita biasanya diidentikkan dengan mahluk yang lemah dan tidak bisa berbuat banyak, tetapi dalam novel Sarunge Jagung ini tokoh utama digambarkan sebagai sosok yang tegar dan kuat. Demi membela budaya Jawa dan harga diri sebagai wanita Jawa, commit to user 5 dia berani mengambil resiko membatalkan perkawinannya karena menilai calon suaminya tidak termasuk kriteria suami yang didambakannya. Calon suaminya tersebut memiliki sikap tidak tegas, selalu menuruti apa kehendak ibunya dan tidak punya pendirian. Walaupun, tokoh utama sempat berpikir untuk tidak hidup berumah tangga lantaran sakit hati karena mengalami kegagalan dalam menjalin hubungan dengan pria. Tetapi pada akhirnya tokoh utama bisa menemukan suami kemudian menikah dan berumah tangga. Novel Sarunge Jagung menarik untuk dijadikan obyek penelitian ditinjau dari aspek kritik sastra feminis karena banyak menyoroti kehidupan wanita. Di samping itu alasan pemilihan objek penelitian adalah pengarang Trinil S. Setyowati merupakan seorang pengarang wanita yang banyak menciptakan karya- karya sastra dalam berbagai jenis sastra seperti geguritan, cerpen dan cerbung. Mengingat isi cerita novel Sarunge Jagung bertumpu pada perjuangan tokoh wanita dalam memilih suami dan perjuangannya melestarikan budaya Jawa oleh karena itu novel Sarunge Jagung menarik untuk dikaji dengan pendekatan kritik sastra feminis. Kemudian penelitian ini diberi judul: ”Eksistensi Wanita Jawa dalam Novel Sarunge Jagung Sebuah Kritik Sastra Feminis ”.

B. Batasan Masalah