EKSISTENSI WANITA JAWA DALAM NOVEL SARUNGE JAGUNG KARYA TRINIL S. SETYOWATI (Sebuah Kritik Sastra Feminis)

(1)

commit to user

i

EKSISTENSI WANITA JAWA DALAM

NOVEL SARUNGE JAGUNG

KARYA TRINIL S. SETYOWATI

(Sebuah Kritik Sastra Feminis)

SKRIPSI

Disusun untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Disusun oleh :

TRI PURNAMA NINGSIH

C0104041

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011


(2)

commit to user

ii

EKSISTENSI WANITA JAWA DALAM

NOVEL SARUNGE JAGUNG

KARYA TRINIL S. SETYOWATI

(Sebuah Kritik Sastra Feminis)

Disusun oleh :

TRI PURNAMA NINGSIH C0104041

Telah disetujui oleh pembimbing

Pembimbing I

Drs. Christiana D.W, M. Hum

NIP. 195410161981031003

Pembimbing II

Siti Muslifah, SS. M. Hum

NIP 197311032005012001

Mengetahui

Ketua Jurusan Sastra Daerah

Drs. Imam Sutarjo, M. Hum


(3)

commit to user

iii

EKSISTENSI WANITA JAWA DALAM

NOVEL SARUNGE JAGUNG

KARYA TRINIL S. SETYOWATI

(Sebuah Kritik Sastra Feminis)

Disusun oleh :

TRI PURNAMA NINGSIH C0104041

Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Pada Tanggal 28 Februari 2011

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua Drs. Imam Sutarjo, M. Hum ...

NIP 196001011987031004

Sekretaris Dra. Sundari, M. Hum ...

NIP. 195610031981032002

Penguji I Drs. Christiana D.W, M. Hum ………..

NIP. 195410161981031003

Penguji II Siti Muslifah, SS, M. Hum ………..

NIP 197311032005012001

Dekan

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Drs. Sudarno, M.A.


(4)

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : Tri Purnama Ningsih NIM : C0104041

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa, skripsi berjudul Eksistensi

Wanita Jawa dalam Novel ”Sarunge Jagung” Karya Trinil S. Setyowati (Sebuah Kritik Sastra Feminis) adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda/kutipan dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.

Surakarta, 28 Februari 2011 Yang membuat pernyataan,


(5)

commit to user

v

MOTTO

Jer basuki mawa bea

Dalam mencapai kesuksesan dibutuhkan pengorbanan ( Sumber : Pepak Basa Jawa )


(6)

commit to user

vi

PERSEMBAHAN :

Skripsi ini, dipersembahkan kepada :

Ibu dan bapak tercinta yang tak pernah berhenti memotivasi dan menyayangiku, kakak dan adikku tercinta dan semua yang telah mendukung penulis yang tidak bisa disebutkan satu per satu.


(7)

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas menyusun skripsi guna mencapai gelar sarjana Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penulisan skripsi ini, tentunya tidak terlepas dari kesulitan-kesulitan yang dihadapi, tetapi berkat bantuan, bimbingan serta dorongan baik moril maupun materiil dari berbagai pihak, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu sudah sepantasnya pada kesempatan ini dengan segenap kerendahan hati, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Drs. Sudarno, M.A, selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Imam Sutarjo, M. Hum, selaku Ketua Jurusan Sastra Daerah Fakultas

Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan kemudahan untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Dra. Dyah Padmaningsih, M. Hum, selaku Sekretaris Jurusan Sastra Daerah

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah membantu kelancaran penulisan skripsi ini.

4. Drs. Christiana Dwi Wardhana, M. Hum, selaku Pembimbing Pertama yang

dengan teliti, sabar dan penuh perhatian memberikan pengarahan dan bimbingan yang berguna dalam penyusunan skripsi ini.


(8)

commit to user

viii

5. Dra. Siti Muslifah, S.S, M.Hum, selaku Pembimbing Kedua yang juga telah

dengan teliti dan sabar memberi pengarahan yang berguna dalam penyusunan skripsi ini.

6. Dra. Sundari, M. Hum, selaku koordinator bidang sastra, yang selalu

memberikan arahan dan semangat kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.

7. Drs. Y. Suwanto, M.Hum, selaku Pembimbing Akademik yang senantiasa

memberikan dukungan dalam penyusunan sekripsi ini.

8. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, yang telah memberikan bekal ilmu yang berguna bagi penulis.

9. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Pusat dan Perpustakaan Fakultas Sastra dan

Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan pelayanan kepada penulis dalam mendapatkan referensi.

10.Teman-teman angkatan 2004, terutama Syamsul dan Kaleh 04, terima kasih

atas segala dukungan dan perhatiannya.

11.Ibu Trinil S. Setyowati beserta keluarga, selaku pengarang novel Sarunge

Jagung yang telah bersedia diwawancarai dan banyak memberikan informasi tentang apa saja yang penulis butuhkan demi kelancaran penyusunan skripsi ini.

12.Semua pihak yang telah membantu penulis, baik secara materi maupun

spiritual yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.


(9)

commit to user

ix

Semoga amal kebaikan yang diberikan kepada penulis mendapat imbalan yang sesuai dari Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu segala saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan penyusunan skripsi ini akan di terima dengan tangan terbuka.

Surakarta, 9 Mei 2011


(10)

commit to user

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... . i

HALAMAN PERSETUJUAN ... . ii

HALAMAN PENGESAHAN . ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

ABSTRAK ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... . 1

A. Latar Belakang Masalah ... . 1

B. Batasan Masalah ... . 5

C. Rumusan Masalah ... . 6

D. Tujuan Penelitian ... . 6

E. Manfaat Penelitian ... . 7

1. Manfaat Teoretis ... 7

2. Manfaat Praktis ... 7

F. Sistematika Penulisan ... . 8

BAB II LANDASAN TEORI ... . 9

A. Pendekatan Struktural ... . 9


(11)

commit to user

xi

2. Plot/alur... ... 11

3. Penokohan ... 12

4. Latar/setting ... 14

5. Amanat ... 14

B. Pendekatan Kritik Sastra Feminis ... . 15

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... ... 19

A. Bentuk Penelitian……….. 19

B. Sumber Data dan Data ... 19

1. Sumber Data ... 19

2. Data ... 19

C. Teknik Pengumpulan Data ... . 20

1. Teknik Analisis Struktur... 20

2. Teknik Wawancara ... 20

3. Teknik Kepustakaan ... 21

D. Teknik Analisis Data ... . 22

BAB IV PEMBAHASAN ... . 24

A. Tinjauan Pengarang ... 24

1. Riwayat Hidup Pengarang ... . 24

2. Trinil S. Setyowati dalam Beberapa Karyanya ... . 27

B. Analisis Struktural Novel Sarunge Jagung ... . 36

1. Tema ... ... . 36

2. Amanat ... . 37


(12)

commit to user

xii

a. Situation ... . 41

b. Generating Circumtances ... . 44

c. Rising Action ... . 46

d. Climax ... .. 48

e. Denoument ... . 45

4. Penokohan ... . 49

a.Ratri (Enggar Jemparing Kusumaratri) ... . 52

b.Bagus Rendra Pratama (Bagus) ... . 55

c.Wid (Merak Badra Waharuyung) ... . 57

d.Waskito ... . 59

a.Sunartiko . ... 61

b.Istri Sunartiko. ... 61

c.Tante Yani. ... 63

d.Makdhek. ... 63

e.Pak Parto (Ayah Ratri). ... 64

5. Latar ... 65

a. Latar Sosial ... . 66

b. Latar Tempat ... . 68

1) Kampung Simo Magerejo. ... 69

2) Surabaya. ... 69

3) Studio Hardjito. ... 70

4) Perak. ... 70


(13)

commit to user

xiii

6) Jemursari. ... 71

7) Jagir-Rungkut. ... 72

8) Pasar Turi. ... 73

9) Jalan A. Yani. ... 74

10)Bandara Juanda. ... 74

c. Latar Waktu ... . 74

C. Citra Tokoh Utama Wanita dalam Novel Sarunge Jagung Karya Trinil S. Setyowati. ... 77

D. Sikap Trinil S. Setyowati dalam Memandang Kedudukan Wanita dalam Masyarakat ... 107

BAB V. PENUTUP ... . 111

A. Kesimpulan ... . 111

B. Saran ... . 113

DAFTAR PUSTAKA ... 114 LAMPIRAN


(14)

commit to user

xiv

ABSTRAK

Tri Purnama Ningsih. C0104041. 2010. Eksistensi Wanita Jawa dalam

Novel Sarunge Jagung Karya Trinil S. Setyowati (Sebuah Kritik Sastra Feminis). Skripsi: Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Karya sastra Jawa sebagai karya seni tidak cukup hanya dinikmati keindahannya saja. Lebih jauh dari itu perlu pula mendapatkan perhatian secara ilmiah, yaitu melalui suatu kajian ilmiah yang bertujuan untuk mengangkat semua aspek yang terkandung di dalamnya, melalui cara-cara atau pola pemikiran ilmiah yang berlaku, salah satunya adalah novel karya Trinil S. Setyowati yang berjudul

Sarunge Jagung.

Masalah yang dikaji mencakup tiga hal yaitu : (1) Bagaimanakah unsur-unsur struktur yang meliputi tema, alur, penokohan, latar serta amanat yang

terdapat dalam novel Sarunge Jagung? (2) Bagaimanakah citra tokoh utama

dalam novel Sarunge Jagung karya Trinil S. Setyowati? (3) Bagaimanakah sikap

Trinil S. Setyowati dalam memandang kedudukan, peran, dan fungsi wanita dalam masyarakat?

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan unsur-unsur struktural yang meliputi tema, alur, penokohan, latar serta amanat yang terdapat

dalam novel Sarunge Jagung.(2) Menjabarkan dan menganalisis citra tokoh utama

dalam novel Sarunge Jagung karya Trinil S. Setyowati. (3) Mengungkap sikap

Trinil S. Setyowati dalam memandang kedudukan, peran, dan fungsi wanita dalam masyarakat.

Manfaat dari penelitian ini secara teoretis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan kritik sastra feminis dan menambah khasanah penelitian sastra Jawa. Penelitian ini menghasilkan suatu ulasan tentang sikap wanita dari sudut pandang kajian kritik sastra feminis. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai referensi mengenai idealisme perjuangan wanita di dalam menghadapi problem kehidupan dalam masyarakat dan dapat dimanfaatkan oleh penelitian lain yang mengembangkan penelitian lebih lanjut dengan pendekatan yang lain.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) pendekatan struktural meliputi tema, alur/plot, penokohan, latar/setting dan amanat. (2) pendekatan kritik sastra feminis yaitu kritik sastra yang lebih menyoroti pada tradisi sastra pada khususnya terutama berkenaan dengan tokoh wanita, seperti pengalaman wanita yang terungkap di dalamnya dan kemungkinan adanya penulisan khas wanita.

Metode dalam penelitian ini adalah kualitatif, sumber data tulis sebagai

data primer yaitu novel Sarunge Jagung karya Trinil S. Setyowati. Sumber data

lisan sebagai data sekunder berasal dari informan yaitu pengarang. Data yang digunakan dibagi menjadi dua yaitu data primer adalah rangkaian cerita novel yang meliputi unsur-unsur intrinsik yang meliputi tema, amanat, penokohan, alur dan setting, sedang data sekunder diperoleh dari hasil wawancara dengan


(15)

commit to user

xv

pengarang novel Sarunge Jagung yaitu Trinil S. Setyowati, artikel-artikel,

tulisan-tulisan yang berkaitan dengan pengarang, termasuk juga rekaman, dokumentasi berupa foto, dan biografi pengarang. Teknik pengumpulan data ialah teknik

analisis struktural, teknik wawancara dengan pengarang novel Sarunge Jagung

yaitu Trinil S. Setyowati dan studi pustaka dengan menggunakan teknik simak catat. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis interaktif yaitu reduksi, sajian data dan kesimpulan.

Penelitian ini menyoroti kaum perempuan tentang bagaimana kaum perempuan menghadapi permasalahan dalam hidupnya, serta kemungkinan adanya cara penulisan khas wanita. Perempuan mempunyai cara tersendiri untuk mengekspresikan diri yang berlawanan dengan cara bagaimana kaum pria menggambarkan pandangan mereka melalui bahasa dan wacana mereka. memberikan penilaian mengenai bagaimana kaum perempuan merasa, berpikir, dan bertindak serta bagaimana kaum perempuan pada umumnya menanggapi kehidupan yang terdapat di dalam sebuah karya sastra.

Hasil analisis penelitian ini dapat disimpulkan (1) unsur-unsur intrinsik

yang terdapat dalam novel Sarunge Jagung karya Trinil S. Setyowati adalah suatu

keterjalinan, sehingga membentuk kebulatan atau totalitas. Cerita yang menampilkan feminisme tentang kehidupan seorang kaum wanita Jawa yang tidak kalah dalam hal pendidikan dan pekerjaan dengan kaum lelaki walaupun dilanda permasalahan yang cukup berat dalam mencari pasangan hidup. (2) Citra wanita

dalam novel Sarunge Jagung karya Trinil S. Setyowati menunjukkan tentang sosok

wanita cerdas, pandai bergaul, disiplin, pantang menyerah, beriman dan mempunyai perilaku yang baik. Kaum perempuan itu harus mandiri, bahwa dalam hal pendidikan, pekerjaan, asmara, dan kehidupan rumah tangga sebenarnya kaum perempuan itu tidak kalah dengan kaum laki-laki. (3) Sikap pengarang dalam memandang peran, fungsi, dan kedudukan wanita di masyarakat yaitu, pria dan wanita mempunyai peranan yang sama dalam menikmati hasil pembangunan. Hak yang sama di bidang pendidikan misalnya, anak pria dan wanita mempunyai hak yang sama untuk dapat mengikuti pendidikan sampai pada jenjang yang lebih tinggi. Selanjutnya, kewajiban yang sama untuk mancari nafkah dengan suaminya dalam upaya memenuhi beragam kebutuhan rumah tangga. Dengan begitu, kedudukan wanita dalam masyarakat akan dipandang setara dengan laki-laki.


(16)

commit to user BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Karya sastra diciptakan pengarang untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan banyak orang. Adapun tujuan diciptakannya karya sastra menurut Melani Budianta yaitu sastra menghibur dengan cara menyajikan keindahan, memberikan makna terhadap kehidupan (kematian, kesengsaraan, rnaupun kegembiraan), atau memberikan pelepasan ke dunia imajinasi (2006: 19). Karya sastra bersifat imajinatif atau fiktif, yaitu suatu cerita rekaan yang berangkat dari daya khayal kreatif. Sesuatu yang bersifat imajinatif boleh jadi terjadi dalam kehidupan nyata, karena bagaimanapun juga karya sastra merupakan refleksi kehidupan manusia.

Karya sastra berbentuk cerita yang dikemas dalam bentuk novel, cerita pendek, cerita bersambung, roman picisan dan lain-lain, mempunyai struktur yang membangun cerita yaitu tema, alur, penokohan, seting dan amanat. Semua unsur tersebut disebut aspek intrinsik dalam karya sastra. Melalui aspek intrinsik kita akan lebih mudah mengerti dan memahami jalan cerita serta menangkap apa yang ingin disampaikan oleh pengarangnya. Sedangkan aspek ekstrinsik yaitu aspek di luar karya sastra meliputi sisi kehidupan pengarang atau kondisi sosial budaya masyarakat. Pemahaman unsur ekstrinsik suatu karya bagaimanapun, akan membantu dalam hal pemahaman makna karya itu mengingat bahwa karya sastra tidak muncul dari situasi kekosongan budaya (Burhan Nurgiyantoro, 2005: 24).


(17)

commit to user

Pengarang dalam menciptakan suatu karya sastra mengekspresikan ungkapan emosi perasaan dan menuangkannya melalui tulisan dengan proses imajinasi.

Menurut Suwardi Endraswara antara sadar dan tak sadar faktor kejiwaan dan perasaan pengarang selalu mewarnai proses penciptaan pengarang. Kekuatan karya sastra dapat dilihat seberapa jauh pengarang mampu mengungkapkan ekspresi kejiwaan yang tidak sadar itu ke dalam sebuah cipta sastra (2008: 96). Membaca sebuah karya fiksi berarti menikmati cerita, menghibur diri untuk memperoleh kepuasan batin. Betapapun saratnya pengalaman dan permasalahan kehidupan yang ditawarkan, sebuah karya fiksi tetap harus merupakan bangunan struktur yang koheren, dan tetap mempunyai tujuan estetik (Wellek & Warren dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 13),

Dalam khasanah sastra Jawa modern terdapat berbagai jenis sastra yang

telah dihasilkan para pengarang Jawa antara lain geguritan, cerpen, novel, dan

cerita bersambung. Cerkak dan cerbung (yang pada konteks ini berbahasa Jawa)

pada umumnya dimuat di dalam surat kabar dan majalah, tidak seperti novel yang dibukukan tersendiri. Novel adalah sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukupan, tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek. (Burhan Nurgiyantoro, 2005 : 10). Telah banyak karya-karya sastra Jawa yang berupa

novel yang dihasilkan pengarang Jawa salah satunya yaitu novel berjudul Sarunge

Jagung karya Trinil S. Setyowati.

Trinil S. Setyowati termasuk pengarang yang produktif. Banyak karya-karya yang dimuat dalam media cetak seperti majalah berbahasa Jawa dan media


(18)

commit to user

Bromo, majalah Kidung dan lain-lain. Karya-karyanya berupa cerita rakyat,

artikel, cerkak atau cerpen, cerbung, puisi atau geguritan, wacan bocah, novel

serta karangan-karangan lainnya yang berkaitan dengan bidang sastra. Salah satu

karyanya adalah novel Sarunge Jagung yang diterbitkan oleh Yayasan Sasmita

Budaya Sragen bulan Mei 2005.

Novel berjudul Sarunge Jagung karya Trinil S. Setyowati ini unik karena

pengarang menggunakan bahasa sub-dialek Surabaya. Novel Sarunge Jagung

menceritakan tentang kehidupan seorang wanita Jawa yang mempunyai pendirian yang kuat walaupun dihadapkan permasalahan dalam mencari pasangan hidup yang tepat. Sebagai wanita Jawa yang mencintai budaya Jawa, dia rela untuk membatalkan perkawinannya karena calon ibu mertuanya tidak menghargai budaya Jawa dengan menghina kebudayaan Jawa, tidak memahami kebudayaan Jawa padahal dia sendiri adalah orang Jawa, memfitnah dan menuduhnya telah hamil di luar nikah. Calon suamimya pun yang seorang tentara tidak bisa tegas dan selalu mengikuti kemauan ibunya. Walaupun putus dari tunangannya dan lantas rnenjalin kasih dengan pria yang berprofesi sebagai lurah, hubungannya dengan lurah tersebut tidak berhasil. Namun pada akhirnya sang wanita mendapatkan pasangan hidup sejatinya.

Novel Sarunge Jagung ini termasuk karya sastra yang feminis. Tokoh

utama dalam novel tersebut adalah wanita dan novel Sarunge Jagung bercerita

mengenai perjuangan seorang wanita Jawa yang membela kebudayaan Jawa serta


(19)

commit to user

Jagung dapat dikatakan karya fiksi modern yang menggambarkan kehidupan masyarakat menurut pandangan dari Trinil S. Setyowati.

Fiksi modern berbeda dengan tradisi sastra yang lebih lama, yang cenderung untuk bersifat dedaktik, moralistik dan yang memberi tahu rakyat tentang bagaimana manusia harus hidup. Fiksi modern yang serius, menggambarkan bagaimana kehidupan modern dijalani, sekurang-kurangnya menurut pandangan si pengarang (Niels Mulder dalam Maria A. Sardjono, 2005: 30). Karya fiksi modern merupakan karya yang dibuat berdasarkan kreativitas pengarang, pengarang dapat mengkreasi dan menyiasati berbagai masalah kehidupan. Karya fiksi juga dapat diartikan sebagai cerita rekaan.

Sarunge Jagung seperti pada judulnya adalah suatu wangsalan (pantun

tebakan). Wangsalan Sarunge Jagung sudah sering terdengar di kalangan

masyarakat Jawa. Dalam buku Metode Belajar Efektif Basa Jawa karangan

Suroso Ari Wibowo, sarung jagung yaiku sing mbuntel jagung, jenenge klobot.

Kata klobot (daun jagung) berakiran kata bot dikaitkan dengan kata abot (berat),

judul novel Sarunge Jagung mengambil dari wangsalan Jawa dan di dalam novel

Sarunge Jagung berceritakan tentang kehidupan seorang wanita Jawa yang cukup berat dalam menemukan pasangan hidupnya (2005: 55).

Novel Sarunge Jagung mengungkapkan persoalan seorang wanita yang

berperan sebagai tokoh utama dalam cerita tersebut. Seorang wanita biasanya diidentikkan dengan mahluk yang lemah dan tidak bisa berbuat banyak, tetapi

dalam novel Sarunge Jagung ini tokoh utama digambarkan sebagai sosok yang


(20)

commit to user

dia berani mengambil resiko membatalkan perkawinannya karena menilai calon suaminya tidak termasuk kriteria suami yang didambakannya. Calon suaminya tersebut memiliki sikap tidak tegas, selalu menuruti apa kehendak ibunya dan tidak punya pendirian. Walaupun, tokoh utama sempat berpikir untuk tidak hidup berumah tangga lantaran sakit hati karena mengalami kegagalan dalam menjalin hubungan dengan pria. Tetapi pada akhirnya tokoh utama bisa menemukan suami kemudian menikah dan berumah tangga.

Novel Sarunge Jagung menarik untuk dijadikan obyek penelitian ditinjau

dari aspek kritik sastra feminis karena banyak menyoroti kehidupan wanita. Di samping itu alasan pemilihan objek penelitian adalah pengarang Trinil S. Setyowati merupakan seorang pengarang wanita yang banyak menciptakan karya-karya sastra dalam berbagai jenis sastra seperti geguritan, cerpen dan cerbung.

Mengingat isi cerita novel Sarunge Jagung bertumpu pada perjuangan tokoh

wanita dalam memilih suami dan perjuangannya melestarikan budaya Jawa oleh

karena itu novel Sarunge Jagung menarik untuk dikaji dengan pendekatan kritik

sastra feminis. Kemudian penelitian ini diberi judul: ”Eksistensi Wanita Jawa

dalam Novel Sarunge Jagung (Sebuah Kritik Sastra Feminis)”.

B. Batasan Masalah

Konsentrasi atau fokus penelitian perlu dibatasi agar inti permasalahan yang hendak dicapai tidak terlalu meluas dari apa yang seharusnya dibicarakan. Pembatasan masalah ini adalah: Pembahasan dibatasi mengenai struktur yang


(21)

commit to user

tema, alur, penokohan, latar dan amanat. Dilanjutkan dengan analisis citra tokoh

utama wanita, yakni membahas eksistensi wanita jawa dalam novel Sarunge

Jagung tentang feminisme, sehingga nantinya diharapkan akan dapat mengetahui sikap Trinil S. Setyowati dalam memandang kedudukan wanita dalam masyarakat

sebagai pengarang novel Sarunge Jagung.

C. Perumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang yang telah diungkapkan, maka masalah yang diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah unsur-unsur struktural yang meliputi tema, alur, penokohan,

latar serta amanat yang terdapat dalam novel Sarunge Jagung?

2. Bagaimanakah citra tokoh utama wanita dalam novel Sarunge Jagung karya

Trinil S. Setyowati?

3. Bagaimanakah sikap Trinil S. Setyowati dalam memandang kedudukan wanita

dalam masyarakat?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang dicapai dalam penelitian ini adalah menjabarkan masalah yang telah dirumuskan sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan unsur-unsur struktural yang meliputi tema, alur, penokohan,

latar serta amanat yang terdapat dalam novel Sarunge Jagung.

2. Menjabarkan dan menganalisis citra tokoh utama wanita dalam novel Sarunge


(22)

commit to user

3. Mengungkap sikap Trinil S. Setyowati dalam memandang kedudukan wanita

dalam masyarakat.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dicapai dari penelitian novel Sarunge Jagung karya Trinil S.

Setyowati terdiri dari dua hal, yaitu:

1. Secara Teoretis

Penelitian ini menggunakan kajian teori struktural, kritik sastra feminis, dan teori-teori pendukung lainnya. Oleh karena itu secara teoretis penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan khasanah ilmu pegetahuan, khususnya dalam bidang studi karya sastra melalui pendekatan kritik sastra feminis.

2. Secara Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penelitian selanjutnya, serta diharapkan dapat digunakan sebagai pengetahuan masyarakat dalam memahami perubahan, kontradiksi dan penyimpangan-penyimpangan lain yang terjadi dalam masyarakat, khususnya dalam kaitannya dengan idealisme perjuangan wanita di dalam menghadapi problem kehidupan dalam masyarakat, dan dapat dimanfaatkan oleh penelitian lain yang mengembangkan penelitian lebih lanjut dengan pendekatan yang lain.


(23)

commit to user

F. Sistematika Penulisan

Secara garis besar penelitian terhadap novel Sarunge Jagung ini akan

dibahas dalam beberapa bab, adapun susunannya sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN yang meliputi latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI, meliputi pendekatan struktural dan

pendekatan kritik sastra feminis,

BAB III : METODE PENELITIAN, meliputi metode dan bentuk penelitian,

sumber data dan data, teknik pengupulan data, teknik analisis data.

BAB IV : ANALISIS DATA, yang meliputi tinjauan pengarang, tinjauan

struktural novel Sarunge Jagung yang meliputi alur, tema, amanat,

serta penokohan, citra tokoh utama wanita dalam novel Sarunge

Jagung karya Trinil S. Setyowati, dan sikap pengarang dalam memandang kedudukan, peran, dan fungsi wanita dalam masyarakat

BAB V : PENUTUP, yang meliputi Kesimpulan dan Saran.


(24)

commit to user BAB II

LANDASAN TEORI

Dalam penelitian, suatu obyek penelitian diperlukan teori dan pendekatan yang tepat agar sesuai dengan obyek kajian. Teori digunakan untuk membongkar obyek penelitian, maka dalam penelitian dibutuhkan teori pendekatan yang sesuai dengan obyek yang akan dikaji.

Keberadaan unsur di dalam karya sastra memang sangat mempengaruhi totalitas bangunan cerita, maka peneliti akan menggunakan dua pendekatan, yaitu (1) pendekatan struktural yang dibangun oleh unsur-unsur pendukungnya seperti tema, plot/alur, seting, penokohan, amanat, dan hubungan antar unsur, (2) pendekatan kritik sastra feminis tentang citra tokoh wanita.

A. Pendekatan Struktural

Pendekatan struktural dinamakan juga dengan pendekatan obyektif. Analisis struktural karya sastra dalam hal ini adalah fiksi, dapat dilakukan dengan cara mengidentifikasi, mengkaji dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antar unsur intrinsik fiksi yang bersangkutan (Burhan Nurgiyantoro, 2005: 37). Teeuw mengemukakan metode analisis struktural karya sastra bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, sedetail, dan semendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua unsur karya sastra yang secara bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh (dalam Sangidu, 2004: 17). Diharapkan melalui analisis struktural dapat diketahui katerkaitan antar unsur


(25)

commit to user

intrinsik yang meliputi tema, alur penokohan, latar dan amanat yang membangun sebuah karya sastra.

1. Tema

Definisi tema dalam kamus istilah sastra adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita, ia selalu berkaitan dengan pengalaman kehidupan, seperti risalah cinta, kasih rindu, takut, maut, religius, dan sebagainya, dalam hal tertentu tema sering disinonimkan dengan ide atau tujuan utama cerita (Laelasari dan Nurlailah, 2006 : 250). Unsur pembanguan sebuah karya sastra yang pertama adalah tema. Stanton mengemukakan dalam menemukan dan menafsirkan tema sebuah novel ada beberapa cara seperti yang ditunjukkan berikut:

a. Penafsiran tema sebuah novel hendaknya mempertimbangkan tiap detail cerita

yang menonjol.

b. Penafsiran tema sebuah novel hendaknya tidak bersifat bertentangan dengan

setiap detail cerita.

c. Penafsiran tema sebuah novel hendaknya tidak mendasarkan diri pada

bukti-bukti yang tidak dinyatakan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam novel yang bersangkutan.

d. Penafsiran tema sebuah novel haruslah mendasarkan diri pada bukti-bukti

yang Secara langsung ada dan atau yang disarankan dalam cerita (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005 : 87-88).

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan tema dalam karya sastra adalah gagasan yang melatarbelakangi penciptaan sebuah karya sastra sehingga tema


(26)

commit to user

menjadi dasar sebuah cerita dan bagian dari unsur intrinsik yang membangun sebuah karya sastra.

2. Plot/ alur

Alur disebut juga dengan plot. Plot rnerupakan unsur fiksi yang penting di dalam karya sastra yang berbentuk prosa. Tafsir mengemukakan tahapan plot menjadi lima bagian. Kelima tahapan itu adalah sebagai berikut.

a. Tahap situation: tahap situasi, tahap yang terutama berisi pelukisan dan

pengenalan situasi latar dan tokoh-tokoh cerita.

b. Tahap generating circumtances: tahap pemunculan konflik (masalah-masalah)

dan peristiwa-peristiwa yang menyulut terjadinya konflik dimunculkan.

c. Tahap rising action: tahap peningkatan konflik, konflik yang dimunculkan

pada tahap sebelumnya semakin berkembang dan dikembangkan kadar intensitasnya.

d. Tahap climax: tahap klimaks, konflik dan atau pertentangan-pertentangan

yang terjadi, yang diakui dan atau ditimpakan kepada para tokoh cerita mencapai titik intensitas puncak. Klimaks sebuah cerita akan dialami oleh (tokoh-tokoh) utama yang berperan sebagai pelaku utama dan penderita terjadinya konflik utama.

e. Tahap denoument: tahap penyelesaian, konflik yang telah mencapai klimaks

diberi penyelesaian, ketegangan, dikendorkan. Konflik-konflik yang lain, sub-sub konflik, atau konflik-konflik tambahan, jika ada juga diberi jalan keluar, cerita diakhiri. Tahap ini berkesesuaian dengan tahap akhir di atas (Burhan Nurgiyantoro, 2005 : 149-150).


(27)

commit to user

Alur menunjukkan hubungan sebab akibat antara peristiwa di dalam cerita. Sehingga dapat diambil kesimpulan alur merupakan rangkaian peristiwa di dalam cerita yang saling berhubungan berdasarkan sebab akibat.

3. Penokohan

Penokohan sangat penting dalam struktur sebuah karya sastra berbentuk cerita prosa. Menurut Jones penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Di dalam sebuah cerita, tentunya terdapat tokoh cerita. Walaupun tokoh cerita hanya merupakan tokoh ciptaan pengarang namun ia harus merupakan tokoh yang hidup secara wajar dalam cerita dan mempunyai pikiran dan perasaan. Tokoh cerita dapat dipandang sebagai pembawa dan penyampai pesan, amanat atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan pengarang kepada pembaca (Burhan Nurgiyantoro, 2005 : 165-167). Tokoh merupakan perwujudan seseorang di dalam sebuah cerita yang dapat memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca melalui dialog-dialog tokoh dalam cerita. Penampilan tokoh sangat penting karena tokoh juga adalah sebagai pembawa cerita. Laelasari dan Nurlailah mengartikan tokoh cerita (character) merupakan orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan (2006 : 255).

Penokohan dilihat dari segi peranannya atau tingkat pentingnya tokoh

dibagi menjadi 2 yaitu: (1) Tokoh utama (central character, main character)


(28)

commit to user

sebagian besar cerita, (2) Tokoh tambahan (peripherial character) adalah

tokoh-tokoh yang hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita, dan itupun dalam proses penceritaan yang relatif pendek (Burhan Nurgiyantoro, 2005: 176).

Menurut Mochtar Lubis dalam melukiskan rupa, watak atau pribadi para tokoh, pengarang menunjukkan sebagai berikut:

a. Pyisical description (melukiskan bentuk lahir dari pelakon).

b. Portrayal of thought stream or concious thought (melukiskan jalan pikiran pelakon atau apa yang terlintas dalam pikirannya).

c. Reaction to event (melukiskan bagaimana rekasi pelakon terhadap kejadian-kejadian).

d. Direct author analysis (pengarang dengan langsung menganalisis watak tokoh).

e. Discussion of enviroment (pengarang melukiskan keadaan watak tokoh. Misalnya dengan melukiskan keadaan kamar pelakon pembaca akan mendapat kesan apakah tokoh tersebut orang jorok, bersih, rajin, malas, dan sebagainya). f. Reaction of others to character (pengarang melukiskan bagaimana pandangan-pandangan tokoh lain dalam suatu cerita terhadap tokoh utama itu).

g. Conversation of others about character (tokoh - tokoh dalam suatu cerita memperbincangkan keadaan tokoh utama, dengan demikian maka secara tidak langsung pembaca mendapat kesan tentang segala sesuatu yang mengenai tokoh utama itu (dalam Henry Tarigan, 1992: 133-134).


(29)

commit to user

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penokohan adalah pelukisan mengenai sifat atau watak tokoh, perilaku, dan pandangan hidup yang dicitrakan dalam sebuah cerita.

4. Latar/ setting

Latar merupakan keterangan mengenai waktu, ruang dan suasana terjadinya kejadian di dalam karya sastra (Laelasari dan Nurlailah, 2006: 147). Unsur-unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu dan sosial.

a. Latar tempat, latar tempat mengarah pada lokasi terjadinya peristiwa yang

diceritakan dalam sebuah karya fiksi.

b. Latar waktu, latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya

peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi.

c. Latar sosial, latar sosial mengarah pada hal-hal yang berhubungan dengan

perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi (Burhan Nurgiyantoro, 2005: 227-233).

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa latar/seting adalah merupakan keterangan tempat kejadian peristiwa di mana para pelaku berada dalam sebuah cerita yang mempunyai hubungan dengan keadaan sosial masyarakatnya.

5. Amanat

Sebuah karya fiksi ditulis pengarang untuk menawarkan model kehidupan yang ideal. Burhan Nurgiyantoro mengemukakan fiksi mengandung penerapan


(30)

commit to user

moral dalam sikap dan tingkah laku para tokoh sesuai dengan pandangannya tentang moral. Melalui cerita, sikap, dan tingkah laku tokoh-tokoh itulah pembaca diharapkan dapat mengambil hikmah dari pesan-pesan moral yang disampaikan, yang diamanatkan (2005: 321). Dari suatu cerita dapat diambil suatu pesan atau kesan yang disebut amanat. Dalam amanat dapat dilihat pandangan dari pengarang mengenai kehidupan yang terdapat dalam karya sastranya. Agar makna dan tujuan karya sastra dapat dipahami secara keseluruhan.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa amanat dalam karya sastra adalah pesan atau ajaran moral yang ingin disampaikan kepada pembaca oleh pengarang dalam karya sastra tentang pandangan hidupnya terhadap masyarakat.

Pendekatan struktural yang meliputi tema, alur, penokohan, latar dan amanat merupakan satu langkah awal untuk melakukan penelitian karya sastra sebelum melakukan pendekatan selanjutnya. Diharapkan melalui analisis struktural dapat diketahui keterkaitan antar unsur intrinsik yang meliputi tema, alur, penokohan, latar dan amanat yang membangun sebuah karya sastra sebagai kesatuan yang utuh. Untuk itu dalam sebuah karya sastra diperlukan hubungan antarunsur yang dapat menentukan makna dan nilai seni sebuah karya sastra.

B. Pendekatan Kritik Sastra Feminis

Kritik sastra merupakan kegiatan atau perbuatan mencari dan menentukan nilai karya sastra lewat pemahaman dan penafsiran yang sistematik yang dinyatakan dalam bentuk tertulis (Andre Hardjana, 1991: 25). Kritik sastra yang


(31)

commit to user

dapat menjalankan fungsinya dengan baik adalah kritik sastra yang disusun atas dasar keinginan untuk memperbaiki mutu karya sastra dan mutu khalayak pembaca, kritik sastra yang disusun atas dasar pendekatan dan metode kerja yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan. Kritik sastra yang dilahirkan oleh pengeritik yang mempunyai rasa tanggung jawab moral dan intelektual disebabkan karena mereka mempunyai minat membaca dan menekuni sastra dan ilmu sastra.

Karya sastra feminis merupakan karya sastra yang menyoroti kaum perempuan tentang bagaimana kaum perempuan menghadapi permasalahan dalam hidupnya. Kritik sastra feminis merupakan kritik sastra yang lebih rnenyorot kepada tradisi sastra yaitu yang berkenaan dengan wanita, seperti pengalaman wanita yang terangkap di dalamnya serta kemungkinan adanya cara penulisan khas wanita (Laelasari dan Nurlaila, 2006: 145-146). Perempuan mempunyai cara tersendiri untuk mengekspresikan diri yang berlawanan dengan cara bagaimana kaum pria menggambarkan pandangan mereka melalui bahasa dan wacana mereka. Partini Sardjono Pradotokusuma mengemukakan bahwa kritik feminis ini adalah satu kritik (sastra) yang berusaha mendeskripsikan dan menafsirkan (serta menafsirkan kembali) pengalaman perempuan dalam berbagai karya sastra terutama dalam novel dan agak jarang dalam drama atau puisi (2005: 83). Kritik sastra feminis memberikan penilaian mengenai bagaimana kaum perempuan merasa, berpikir, dan bertindak serta bagaimana kaum perempuan pada umumnya menanggapi kehidupan yang terdapat di dalam sebuah karya sastra.


(32)

commit to user

Pada umumnya karya sastra menampilkan tokoh wanita yang berperan sebagai tokoh utama maupun bawahan. Pandangan wanita antara penulis wanita dan laki-lakipun berbeda-beda dan juga antara pembaca wanita dan laki-laki. Semua itu masuk dalam hasrat yang ingin dicapai dalam pendeketan kritik sastra feminis. Pertama teori feminis berhasrat untuk mengkaji penulis-penulis wanita di masa silam dan untuk menunjukkan citra wanita karya sastra penulis-penulis pria yang menampilkan wanita sebagai makhluk yang berbagai cara ditekan, disalah tafsirkan, serta disepelekan oleh tradisi patriarki yang dominan. Dengan begitu seorang wanita tidak mempunyai kedudukan di mata keluarganya. Kedua teori feminis ini menimbulkan berbagai ragam cara mengkritik yang kadang-kadang terpadu seperti kritik ragam ideologis, ginokritik, kritik sastra feminis sosialis, kritik sastra feminis psikoanalitik, dan kritik sastra feminis-etnik.

Kritik sastra feminis terbagi dalam tiga aliran yaitu, aliran feminisme sosialis, feminisme liberalis dan feminisme radikal. Kritik sastra feminis sosialis yaitu aliran yang membagi kelas-kelas masyarakat. Pengkritik feminis mencoba mengungkapkan bahwa kaum wanita merupakan kelas masyarakat yang tertindas (Djajanegara, 2000: 32). Kritik sastra feminis liberalis yaitu mengkaji kreatifitas penulis wanita. Profesi penulis wanita sebagai suatu perkumpulan dan perkembangan peraturan tradisi menulis wanita dan tulisan laki-laki. Karena para feminis percaya bahwa penulis wanita biasanya mengidentifikasikan dirinya dengan memperlakukan dirinya pada si tokoh wanita, sedangkan tokoh wanita tersebut pada umumnya merupakan cerminan penciptanya (Djajanegara, 2000: 33). Kritik sastra feminis radikal menganggap karya sastra sebagai ungkapan


(33)

commit to user

tentang cara hidup kita dulu dan sekarang. Tentang bagaimana kita harus mengembangkan diri kita sendiri, bagaimana bahasa kita mengubah dan sekaligus membebaskan kita, bagaimana pemberian julukan merupakan hak prerogative kaum laki-laki sampai sekarang. Dan bagaimana kita sekarang dapat mulai sadar dan mampu memberi julukan dan akhirnya dapat memberikan hidup baru lagi. (Djajanegara, 2000: 30).

Pendekatan kritik sastra feminis mempunyai beberapa langkah dalam penerapannya:

1. Mengidentifikasi satu tokoh wanita atau beberapa tokoh wanita di antaranya:

mencari kedudukan dalam masyarakat, mencari tujuan hidupnya, dan mencari watak serta perilaku yang digambarkan.

2. Meneliti tokoh lain, terutama tokoh laki-laki yang berkaitan dengan tokoh

perempuan.

3. Mengamati sikap penulis karya yang sedang kita amati (Djajanegara, 2000:

51-53).

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kritik sastra feminis adalah kritik sastra yang lebih menyoroti pada tradisi sastra pada khususnya terutama berkenaan dengan tokoh wanita, seperti pengalaman wanita yang terungkap di dalamnya dan kemungkinan adanya penulisan khas wanita.


(34)

commit to user BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Bentuk Penelitian

Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif menekankan pada makna, lebih memfokuskan pada data kualitas dengan analisis kualitalifinya (Sutopo, 2006: 48). Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif dan perilaku yang dapat diamati (dalam Lexi J. Moleong, 2007: 3).

B. Sumber Data dan Data

1. Sumber Data

Sumber data primer dalam penelitian ini adalah novel karya Trinil S.

Setyowati yang berjudul Sarunge Jagung yang diterbitkan oleh Yayasan Sasmita

Budaya Sragen bulan Mei 2005. Sumber data sekunder berasal dari informan

yaitu pengarang novel Sarunge Jagung karya Trinil S. Setyowati, dan buku-buku

serta referensi yang dapat menunjang proses penelitian seperti yang tampak pada daftar kepustakaan laporan penelitian ini.

2. Data

Data dalam penelitian ini adalah:

a. Data primer, yang dimaksud data primer dalam penelitian ini adalah data teks

novel Sarunge Jagung karya Trinil S. Setyowati atau data intrinsik meliputi

tema, alur, penokohan, latar/setting dan amanat.


(35)

commit to user

b. Data sekunder, merupakan data penunjang yaitu informasi hasil wawancara

dengan pengarang yang digunakan sebagai data pendukung pelaksanaan penelitian, serta berbagai keterangan yang berasal dari buku-buku referensi yang berupa artikel-artikel, tulisan-tulisan yang berkaitan dengan pengarang, biografi pengarang dan berbagai hal yang dapat menunjang penelitian ini.

C. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Analisis Struktur

Teknik analisis struktur dimanfaatkan untuk mengumpulkan data dasar,

yakni data literer (data intrinsik teks novel Sarunge Jagung). Data literer tersebut

dikelompokkan menjadi data kategoris yang berupa data mengenai tema, plot, penokohan, latar/setting dan amanat.

2. Teknik Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pernyataan jawaban pertanyaan itu (Lexy J. Moleong, 2007: 186). Dalam penelitian ini wawancara dilakukan kepada pengarang yang telah membuat novel

Sarunge Jagung yaitu Trinil S. Setyowati untuk memperoleh informasi yang dapat mendukung penelitian ini yaitu hasil wawancara mengenai biografi pengarang, hasil karya dan keterangan-keterangan lainnya.


(36)

commit to user

3. Teknik Kepustakaan

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

tinjauan pustaka (library research), data dari informasi dengan bantuan

macam-macam materi yang terdapat di ruang perpustakan, misalnya berupa buku-buku, majalah, naskah, catatan sejarah, dan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya dengan masalah yang akan atau sedang diteliti (Sangidu, 2004: 105).``

Teknik tersebut diatas digunakan untuk menemukan berbagai hal sesuai

dengan kebutuhan dan tujuan penelitiannya. Dalam penelitian ini perlu disadari bahwa peneliti bukan sekedar mencatat isi penting yang tersurat dalam dokumen atau arsip, tetapi juga maknanya yang tersirat. Maka dari itu, peneliti harus bersikap kritis dan teliti (Sutopo, 2006: 81). Teknik ini juga sering pula disebut sebagai analisis isi. Cara kerjanya adalah dengan memeriksa dan menampilkan berbagai macam data yang bersumber dari artikel, beberapa makalah, makalah seminar atau diskusi dan beberapa tulisan lain

Penggunaan teknik kepustakaan diikuti langkah lanjutan yang berupa penyimakan, dan pencatatan terhadap (yang dianggap) data, untuk kemudian diklasifikasi, dipilih, dan dipilah sebagai data. Dengan demikian wujud data yang diperoleh berupa catatan-catatan dalam kartu data.


(37)

commit to user

D. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mengatur urutan data (Lexy J, Moleong, 2007: 280). Analisis dalam penelitian kualitatif terdiri dari tiga komponen yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan (Sutopo, 2006 : 94).

a. Reduksi data menerapkan proses penyederhanaan dengan membatasi

permasalahan penelitian. Dengan membatasi permasalahan penelitian dan penerapan reduksi data ini peneliti membuat catatan-catatan, menyusun rumusan dan penyusunan sajian data.

b. Sajian data merupakan data yang terkumpul. Sumber data utama dicatat

melalui catatan-catatan tertulis kemudian dideskripsikan, diidentifikasikan dan diklasifikasikan.

c. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan merumuskan apa yang sudah didapatkan skema analisis interaktif (Sutopo, 2006: 96). Setelah pengumpulan data penelitian mulai melakukan usaha untuk menarik kesimpulan dan isi pada reduksi maupun sajian datanya. Menurut Sutopo, proses ini disebut model analisis interaktif (2006: 95).


(38)

commit to user

Gambar Model analisis Interaktif Pengumpulan

Data

Reduksi Data Sajian Data

Penarikan Simpulan Verifikasi


(39)

commit to user BAB IV PEMBAHASAN

A.Tinjauan Pengarang

Riwayat hidup pengarang dan karya-karyanya yang dihasilkan adalah hal yang sangat penting untuk di ketahui, sebagai langkah awal penelitian. Upaya ini dilakukan utuk memahami latar belakang karya sastra yang dijadikan objek penelitian. Riwayat hidup pengarang dianggap penting dalam suatu penelitian terhadap karya sastra, karena lahirnya karya sastra tidak lepas dari kondisi dan latar belakang kehidupan pengarang selaku pencipta karya satra.

1. Riwayat Hidup Trinil S. Setyowati

Trinil S. Setyowati merupakan satu dari sekian pengarang sastra Jawa modern yang telah memberikan kontribusinya kepada pembaca sebagai pengarang yang mengangkat realita yang terjadi dalam masyarakat yang dituangkan dalam karya sastranya. Dalam pembahasan ini akan diuraikan

mengenai biografi Trinil S. Setyowati sebagai pengarang novel Sarunge Jagung.

Pengarang novel Sarunge Jagung,Trinil S. Setyowati ini bernama asli Sri

Setyowati ini biasa dipanggil Trinil. Lahir di Surabaya pada tanggal 27 Juli 1965 putri pasangan Salam Partosoejidno dan Armunah. Menempuh pendidikan dasar di SD Negeri 268 dan lulus tahun 1977. Setelah lulus dari pendidikan dasar kemudian melanjutkan sekolah di Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Surabaya dan menamatkan sekolahnya pada tahun 1981. Sekolah Menengah Atas Tritunggal 3 Surabaya jurusan Ilmu Pengetahuan Alam berhasil diselesaikan pada


(40)

commit to user

tahun 1984. Setelah menyelesaikan Pendidikan Sekolah Menengah Atas Tritunggal 3 Surabaya lantas mengajar sebagai guru kelas IV SD Ronggolawe merangkap guru seni tari dan musik Taman Kanak-kanak Margie komplek Darmo Satelit Surabaya. Di Kota Surabaya Trinil S. Setyowati mengembangkan karirnya sebagai pengajar dan pelatih tari. Kecintaannya terhadap seni tari membawa Trinil S. Setyowati menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta Surabaya jurusan seni tari lulus tahun 1989 dengan gelar diploma. Selama masa perkuliahan, Trinil S. Setyowati bekerja sebagai pengajar dan pelatih tari di sekolah-sekolah dan sanggar. Trinil S. Setyowati yang berjiwa seni ini lantas tidak berhenti menimba ilmu. Di sela-sela pekerjaannya mengajar, dia melanjutkan pendidikan S2 di Pendidikan Tinggi Pasca Sarjana UNESA jurusan manajemen pendidikan dan lulus tahun 2005 dengan gelar Magister Pendidikan. Di tengah-tengah kesibukannya, Trinil S. Setyowati terus menimba ilmu dan mengembangkan pendidikannya sampai tingkat Doktor dan lulus tahun 2008 di Pendididkan Tinggi Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang jurusan manajemen pendidikan. Trinil S. Setyowati sangat aktif dalam berbagai kegiatan. Banyak sekali kegiatan akademik dan non akademik yang dia jalani. Sampai saat ini Trinil S. Setyowati bekerja sebagai tenaga pengajar Universitas Negeri Surabaya dan aktif di Paguyuban Pengarang Sastra Jawa Surabaya (PPSJS) dan menjabat sebagai ketua I periode 2005-2009. Berikut ini merupakan pengalaman-pengalaman Trinil S. Setyowati dalam bidang pendidikan, kesenian dan sastra:


(41)

commit to user

a. Penanggung Jawab Kurikulum Pembinaan Pelatihan Tari Sanggar Dikdaya

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Timur sejak tahun 1990 sampai sekarang.

b. Ketua I Lembaga Ekologi Budaya Jawa Timur Periode Tahun 1997-2000.

c. Korektor Redaksi Tabloid Wisata Budaya Jawa Timur Bromo tahun

1998-1999.

d. Reporter Majalah Mingguan Berbahasa Jawa Jayabaya tahun 1998 sampai

sekarang merangkap responden sastra.

e. Reporter Majalah Triwulan Dewan Kesenian Jawa Timur Kidung tahun

1999-2005.

f. Anggota Tim Pengamat Ujian Tari di Pusat Pembinaan dan Pendidikan Seni

Bina Tari Jawa Timur Taman Budaya Jawa Timur Tahun 1999-2008.

g. Bendahara I Paguyuban Pengarang Sastra Jawa Surabaya Periode Tahun

2002-2005.

h. Dance Executive Dayaseni Art-Studio and Property Business, tahun 2003-2008.

i. Ketua I Paguyuban Pengarang Sastra Jawa Surabaya Periode tahun

2005-2009.

j. Kepala Cabang Majalah Pendidikan Genta untuk Surabaya dan sekitarnya

tahun 2005-2008.

k. Responden Majalah Mingguan Berbahasa Jawa Panjebar Semangat tahun


(42)

commit to user

l. Anggota Tim Evaluasi Seni Siswa Dinas Pendidikan Kota Surabaya bekerja

sama dengan Taman Remaja Surabaya tahun 2002-2005.

m. Pengisi acara sastra Jawa di tahun 2005 Radio Republik Indonesia Surabaya

bersama Suharmono Kasiyun dari Paguyuban Pengarang Sastra Jawa Surabaya sejak tahun 2002-2008.

n. Anggota Tim Konsultan Seni dan Bahasa dalam Audisi di Stasiun Televisi

Swasta Jawa Timur Jtv tahun 2005-2008.

o. Pengisi acara sebagai bintang tamu Bidang Sastra Jawa di Delta FM Radio

tahun 2005-2008.

2. Trinil S. Setyowati dalam Beberapa Karyanya

Trinil S. Setyowati seorang pengarang yang banyak menghasilkan karya baik dalam bentuk novel, cerkak, geguritan, crita sambung, artikel, wacan bocah

yang dimuat di majalah Jayabaya, Tabloid Bromo, majalah Kidung, majalah

Panjebar Semangat dan lain-lain. Sejak SMP Trinil S. Setyowati telah

menunjukkan bakatnya sebagai penulis dengan menjadi Juara II Menulis Esai

Kepahlawanan antar siswa SMP se Kotamadya Surabaya Tahun 1980. Selain itu,

Trinil S Setyowati menjadi Juara II Lomba Baca Puisi tingkat SMA Swasta se

Kotamadya Surabaya Tahun 1984.

a. Kejuaraan seni yang diraih:

1. Juara I Lomba Tari Tunggal Gaya Surakarta antarsiswa SMA Yayasan

Tritunggal Surabaya tahun 1983.

2. Juara I Lomba folk-song tingkat SMA swasta Kotamadya Surabaya tahun


(43)

commit to user

3. Juara II Lomba Drama 5 Kota se Jawa Timur di Surabaya tahun 1984.

4. Pemeran Utama Siwuk dalam Drama Teater berjudul Rumah Tak Beratap

pada Pekan Teater Nasional Jakarta Tahun 1986.

5. Juara I mencipta Tari Musim Hujan untuk lomba tarianak TK se-Jawa

Timur yang diselenggarakan oleh Yayasan Taman Gembira tahun 1988.

6. Juara II Lomba Tari Remo Ikatan Guru-Guru TK se Jawa Timur tahun

1998.

7. Terpilih sebagai 5 Penari Topeng bersama Bina Tari Jatim dalam East

Java Musk Evening di Majapahit-Oriental Hotel Surabaya tahun 2000.

b. Karya-karya sastranya yang berupa artikel diantaranya:

1. Artikel Seni Pertura tentang ”Seniman Topeng Dalang Sumenep”,

Kepuasan Non Komersial Majalah Kidung Edisi V tahun 2000 Penerbit: Dewan Kesenian Jawa Timur.

2. Artikel ”Pendidikan tentang ”Penbelajaran TK menurut DR. Karin

Villien”, seorang ahli TK dari Denmark, Metode Pendidikan Ing

Indonesia Isih Tradisonal Majalah Jayabaya edisi 43 tahun 2001 Penerbit: Yayasan Djojobojo- Surabaya.

3. Artikel Pendidikan tentang ”Pembelajaran Musik Menurut M. Ikhsan”,

Bocah Aja Ditarget Mundhak Korslet Majalah Jayabaya Edisi 49 tahun 2001 Penerbit: Yayasan Djojobojo-Surabaya.

4. Artikel Budaya tentang ”Analisis Sejarah Tari dan Obsesi Konservatif”,

Bedhaya Ujung Galu” Majalah Jayabaya Edisi 13 tahun 2001 Penerbit: Yayasan Djojoboyo- Surabaya.


(44)

commit to user

5. Artikel Pendidikan tentang ”Media Ajar PBS UNESA”, Wigatine Seni

Tumrap Transparansi Majalah Jayabaya Edisi 21 Tahun 2001 Penerbit: Yayasan Djoyobojo-Surabaya.

6. Artikel Sastra tentang ”Gaya Kesastraan Taufik Ismail”, Taufik Ismail Isin

dadi Wong Indonesia Majalah Panjebar Semangat tahun 2002 Penerbit: PT Pancaran Semangat Jaya-Surabaya.

7. Artikel Pendidikan tentang ”Kepemimpinan Wanita Menurut Hasniah

Aziz", Wanita Kudu Adil Lan Wicaksana Majalah Jayabaya Edisi 19

tahun 2002 Penerbit: Yayasan Djojobojo-Surabaya.

8. Artikel Pendidikan tentang ”Emansipasi menurut Ketua PSW UNESA”,

Antarane Patriarkhisme lan Feminisme Majalah Jayabaya Edisi 30 tahun 2002 Penerbit: Yayasan Djojobojo-Surabaya.

9. Artikel Sastra mengenai ”Tinjauan Sastra Jawa menurut Suparto Brata”,

Sastra Jawa Ngenteni Dipernis Majalah Jayabaya Edisi 51 tahun 2003 Penerbit: Yayasan Djojobojo-Surabaya.

c. Karya –karya sastranya yang berupa buku di antaranya :

1. Buku ”Antologi Puisi Jawa”, Kabar Saka Bendul Merisi tahun 2001 Penerbit: Paguyuban Pengarang Sastra Jawa Surabaya.

2. Buku ”Kumpulan Cerita Anak”, Kasih Sayang Yang Tak Padam tahun

2002 Penerbit: Pilar Bambu Kuning – Surabaya.

3. Buku ”Antologi Puisi Jawa” Sub dialek Surabaya-an, Donga Kembang


(45)

commit to user

4. Buku ”Kumpulan Puisi Penyair Indonesia”, Pesona Gemilang Musim

tahun 2004 Penerbit: Himpunan Perempuan Seni Budaya- Pekanbaru.

5. Buku ”Antologi Cerita Anak Berbahasa Jawa Baku”, Timbil tahun 2006

Penerbit: Forum Bersama Sastra-Balai Bahasa Surabaya.

6. ”Buku Ajar bagi Mata Kuliah Pendidikan Seni Tari dan Koreografi untuk

Anak Taman Kanak Progam Pendidikan Guru Taman

Kanak-Kanak”.

7. Pendidikan Seni Tari dan Koreografi untuk Anak Taman Kanak-Kanak

tahun 2007 Penerbit: Unipres- Universitas Negeri Surabaya.

8. Buku Serial Cerita Rakyat Jawa Timur,Cerita Rakyat Jember tahun 2007

Penerbit: Grasindo-Jakarta.

9. Buku Serial Cerita Rakyat Jawa Timur, Cerita Rakyat Magetan tahun

2007 Penerbit: Grasindo-Jakarta.

10.Buku Serial Cerita Rakyat Jawa Tengah, Putri Limaran tahun 2007

Penerbit Grasindo-Jakarta.

11.Buku Serial Cerita Rakyat Jawa Tengah, Ki Ageng Selo tahun 2007

Penerbit Grasindo-Jakarta.

12.Novel Berbahasa Jawa Sub-dialek Surabaya,Sarunge Jagung tahun 2005

Penerbit Yayasan Sasmita Budaya-Sragen Jawa Tengah.

d. Karya –karya sastranya yang berupa cerkak di antaranya :

1. Es Kuncritan dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 1998 Penerbit: Yayasan Djojobojo- Surabaya.


(46)

commit to user

2. Timbil dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 1998 Penerbit: Yayasan Djojobojo- Surabaya.

3. Bule Kuwalat dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 1999 Penerbit: Yayasan Djojobojo- Surabaya.

4. Wedang Mandiri dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 1999 Penerbit: Yayasan Djojobojo- Surabaya.

5. Keket Diucuk Kaok dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 1999 Penerbit: Yayasan Djojobojo- Surabaya.

6. Wiring Kuning dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 1999 Penerbit: Yayasan Djojobojo- Surabaya.

7. Foto Grafer dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 1999 Penerbit: Yayasan Djojobojo- Surabaya.

8. Kadho dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 2000 Penerbit: Yayasan Djojobojo- Surabaya.

9. Enggar dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 1999 Penerbit: Yayasan Djojobojo- Surabaya.

10.Limasan dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 2000 Penerbit: Yayasan Djojobojo- Surabaya.

11.Sepedhah lan Tamiya dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 2000 Penerbit: Yayasan Djojobojo- Surabaya.

12.Aku ilang dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 2000 Penerbit: Yayasan Djojobojo- Surabaya.


(47)

commit to user

13.Jeruk Saka Mbok Dhe dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 2000 Penerbit: Yayasan Djojobojo- Surabaya.

14.Ayamipun, Bu! dalam Majalah Panjebar Semangat terbit tahun 2002 Penerbit: PT Pancaran Semangat Jaya-Surabaya.

15.Nginang dalam Majalah Panjebar Semangat terbit tahun 2000 Penerbit: PT Pancaran Semangat Jaya-Surabaya.

16.Ari-Ari dalam Majalah Panjebar Semangat terbit tahun 2000 Penerbit: PT Pancaran Semangat Jaya-Surabaya.

17.Jubah Putih dalam Majalah Panjebar Semangat terbit tahun 2001 Penerbit: PT Pancaran Semangat Jaya-Surabaya.

18.Kalung Kembang Mlathi dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 2001 Penerbit: Yayasan Djojobojo- Surabaya.

19.Jawatan Mawut dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 2000 Penerbit: Yayasan Djojobojo- Surabaya.

20.Supinah dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 2001 Penerbit: Yayasan Djojobojo- Surabaya.

21.Bathik Prada dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 2001 Penerbit: Yayasan Djojobojo- Surabaya.

22.Gedhong Rancak dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 2002 Penerbit: Yayasan Djojobojo- Surabaya.

23.Dadi Sri Kandhi dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 2002 Penerbit: Yayasan Djojobojo- Surabaya.


(48)

commit to user

24.Kapster Saly dalam Majalah Kidung terbit tahun 2000 Penerbit: Dewan Kesenian Jawa Timur.

25.Kidung Sumarah dalam Majalah Panjebar Semangat terbit tahun 2001 Penerbit: PT Pancaran Semangat Jaya-Surabaya.

26.Temen Tah Koenku Tik dalam Majalah Panjebar Semangat terbit tahun 2002 Penerbit: PT Pancaran Semangat Jaya-Surabaya.

27.Hera-Hera dalam Majalah Panjebar Semangat terbit tahun 2006 Penerbit: PT Pancaran Semangat Jaya-Surabaya.

28.Genta Sragen dalam Majalah Panjebar Semangat terbit tahun 2005 Penerbit: PT Pancaran Semangat Jaya-Surabaya.

29.Dosenku Matahari dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 2006 Penerbit: Yayasan Djojobojo- Surabaya.

30.Romy oh Romy dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 2007 Penerbit: Yayasan Djojobojo- Surabaya.

31.Surat Kembar dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 2007 Penerbit: Yayasan Djojobojo- Surabaya.

32.Ngandhuh dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 2008 Penerbit: Yayasan Djojobojo- Surabaya.

33.Kleleb dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 2007 Penerbit: Yayasan Djojobojo- Surabaya.

e. Karya –karya sastranya yang berupa geguritan di antaranya :

1. Sepahan Jambe dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 2000 Penerbit: Yayasan Djojobojo- Surabaya.


(49)

commit to user

2. Marang Panggurit Ole dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 2000 Penerbit: Yayasan Djojobojo- Surabaya.

3. Modhol Morot S. J. dalam Majalah Panjebar Semangat terbit tahun 2002 Penerbit: PT Pancaran Semangat Jaya-Surabaya.

4. Donga Kembang Waru dalam Majalah Panjebar Semangat terbit tahun 2002 Penerbit: PT Pancaran Semangat Jaya-Surabaya.

5. Ulang Tahun dalam Majalah Panjebar Semangat terbit tahun 2003 Penerbit: PT Pancaran Semangat Jaya-Surabaya.

6. Marang Pucuk Tebu dalam Majalah Panjebar Semangat terbit tahun 2003 Penerbit: PT Pancaran Semangat Jaya-Surabaya.

7. Cundhuk Kapuk dalam Majalah Panjebar Semangat terbit tahun 2003 Penerbit: PT Pancaran Semangat Jaya-Surabaya.

8. Ketanggor Carang dalam Majalah Panjebar Semangat terbit tahun 2003 Penerbit: PT Pancaran Semangat Jaya-Surabaya.

9. Ketan, Salak, Suket dalam News Surabaya Pos tahun 2003. 10.Ndika Iyup-iyupan Kula dalam News Surabaya Pos tahun 2003. 11.Getih Nang Treteg dalam News Surabaya Pos tahun 2003. 12.Bobur Watu dalam News Surabaya Pos tahun 2003.

13.Merak Alas dalam Buku Sastra Campur Sari Festifal Cak Darasin Wayang.

14.Godhong Rancak dalam Buku ”Sastra Campur Sari” Festifal Cak Darasin


(50)

commit to user

15.Olah Opo Nanggap dalam Majalah Panjebar Semangat terbit tahun 2002 Penerbit: PT Pancaran Semangat Jaya-Surabaya.

16.Tangan Melok Sega dalam Majalah Panjebar Semangat terbit tahun 2005 Penerbit: PT Pancaran Semangat Jaya-Surabaya.

17.Pucuk Tebu Sidoarjo dalam Majalah Panjebar Semangat terbit tahun 2002 Penerbit: PT Pancaran Semangat Jaya-Surabaya.

18.Karuk Pelem dalam Buku ”Sastra Campur Sari” Festifal Cak Darasin Wayang.

19.Lo Kok Koen Min? dalam Jawa Pos Tahun 2006.

20.Lepet 13 Iji dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 2004 Penerbit: Yayasan Djojobojo- Surabaya.

21.Sura Wanu Bayu Pati dalam News Surabaya Pos tahun 2004. 22.Wong-Wong Undhakan dalam News Surabaya Pos tahun 2004. 23.Dalan Karet dalam News Surabaya Pos tahun 2004.

24.Ngitung Dhuwik Nang Pinggir Kali dalam News Surabaya Pos tahun 2004.


(51)

commit to user

B.Analisis Struktural Novel Sarunge Jagung

Karya Trinil S. Setyowati

Pengarang dalam membuat karya sastra berbentuk novel, harus memperhatikan unsur-unsur yang membangun cerita di dalam karyanya itu. Kesinambungan antar unsur-unsur cerita dalam karya sastra akan diperoleh gambaran keseluruhan cerita secara utuh, dengan demikian pengarang memerlukan kecermatan dalam memilih hal-hal yang bermanfaat dalam panyampaian maksud dan tujuan cerita tersebut.

Analisis struktural tidak dapat ditinggalkan, karena tanpa struktural maka keseluruhan dalam karya sastra tidak dapat terungkap, seperti penokohan, tema, amanat, dan lain-lain. Analisis struktural dalam karya sastra digunakan untuk membongkar dan memaparkan secara cermat, teliti, dan mendetail bagaimana keterkaitan dan keterjalinan unsur-unsur dan aspek-aspek sastra, yang sama-sama menghasilkan makna menyeluruh.

Permasalahan dapat digaris bawahi bahwa struktural karya sastra meliputi tema, amanat, alur, setting, dan penokohan, merupakan unsur yang padu dalam karya sastra. Sebelum melangkah kepada pembahasan kritik sastra feminis sastra

penelitian ini lebih dahulu membahas struktural cerita novel Sarunge Jagung.

1. Tema

Setiap karya sastra yang diciptakan oleh pengarang pasti memiliki tema tertentu sasuai dengan keinginan pengarangnya. Tema inilah yang akan menjadi dasar cerita yang akhirnya dikembangkan menjadi sebuah karya sastra.


(52)

commit to user

Tema yang mendasari cerita novel Sarunge Jagung adalah feminis;

tentang perjuangan dan idealisme seorang wanita Jawa yang tidak kalah dalam hal pendidikan dan pekerjaan dengan kaum lelaki walaupun dilanda permasalahan dalam mencari pasangan hidup.

Tema tersebut disimpulkan dari beberapa pertimbangan antara lain masalah-masalah tambahan yang muncul juga berkaitan dengan daya dongkrak feminisme dalam masyarakat yaitu usaha-usaha Ratri sebagai seorang wanita yang ingin diakui bahwa dia bukan wanita yang lemah. Selain itu juga

mempertimbangkan tentang klimaks dari novel Sarunge Jagung yang

menunjukkan usaha-usaha Ratri sebagai wanita Jawa yang pantang menyerah menghadapi hidup. Dia ingin menunjukkan bahwa wanita juga dapat berkarya tanpa bergantung kepada laki-laki.

2. Amanat

Setiap karya sastra pada dasarnya mengemban suatu misi dari pengarang untuk pembacanya. Misi tersebut berupa suatu keadaan yang dicita-citakan pengarang sebagai perwujudan suara batinnya yang berbicara kepada masyarakat sebagai objek sasarannya.

Amanat yang dituangkan oleh pengarang dalam novel Sarunge Jagung

tidak hanya satu saja melainkan ada beberapa amanat yang akan ditengahkan penulis adalah sebagai berikut ini.

Kerukunan merupakan suatu elemen yang terdapat di lingkungan sosial masyarakat. Ratri seorang warga yang baik dia juga suka membantu terhadap keluarganya sendiri, dia di kampungnya juga aktif dalam kepengurusan karang


(53)

commit to user

taruna sehingga para remaja karang taruna pada waktu pertunangan Ratri dengan Bagus semua remaja karang taruna datang untuk membantu proses acara pertunangan hingga selesai.

Kutipan:

“Kabeh wis dicepakna tharik-tharik ndhuk piring kertas gilap, ngombene ya wis dicublesi sedhotan kabeh ambek paku, mergane tutupe kempyeng, nik gak dibolongi nggae paku ya gak mangsa. Sing laden sik pernah dulur-dulur Ratri dhewe, ya misanan ya mindhoan, ayu-ayu ya nggantheng-nggantheng. Arek karang taruna ya tumplek bleg ndhuk omahe Ratri kabeh, melok tandang gae kabeh, soale Ratri ndhuk kampung ya aktip ngurusi karang taruna.”(hal: 24) Terjemahan:

Semua sudah disiapkan semua di atas piring kertas berkilau, minumnya juga sudah dilubangi memakai paku, karena tutupnya memakai bahan logam, kalau tidak dilubangi memakai paku sedotan tidak bisa masuk ke dalam minuman. Yang membantu saudara-saudaranya Ratri sendiri, ada dari saudara jauh dan keponakan, cantik-cantik dan ganteng-ganteng. Anak karang taruna semuanya juga datang kerumah Ratri untuk membantu semuanya, karena Ratri di kampung juga aktif dalam kepengurusan karang taruna.

Dari kutipan di atas kerukunan di dalam masyarakat sangat penting karena hidup di dalam masyarakat kita tidak rukun dengan tetangga maka kita tidak akan dibantu apabila mengalami kesusahan.

Dalam hubungan dengan seseorang kita harus bisa menjaga dengan baik, tokoh Ratri memberi cerminan terhadap kita bahwa apabila kita suka terhadap seseorang, tidak boleh terlalu berlebihan dan bisa mengendalikan diri agar tidak terjadi celaka dikemudian hari.

Kutipan:

”Tapine gak Wid thok, Ratri ya ruh patrape wong nang kantor. Karo-karo cepet badhare, eling kiwa tengene, rasa kangen dipangan sak cokupe, gak


(54)

commit to user

”Semono uga nik nang omahe Wid. Ibarate wong mangan gak tau ditotug -totugna. Ratri mesthi nguwisi dhisik sakdurunge kerasa wareg. Ratri getapan,

mulane pinter nggarahi ya pinter mungkasi”. (hal: 89) Terjemahan:

”Ternyata tidak hanya Wid saja, Ratri juga tahu aturan apalagi di kantor.

Cepat-cepat ingat, tahu kanan kirinya, rasa kangen dimakan secukupnya, tidak

dikenyangi, yang penting sudah merasakan hati ini sudah senang.”

”Itu juga terjadi sewaktu di rumah Wid juga. Ibaratnya orang makan tidak

pernah sampai diselesaikan. Ratri mesti selesai terlebih dahulu sebelum merasa kenyang. Ratri cekatan, makanya pintar memulai juga pintar

menyelesaikannya.”

Dari kutipan di atas terlihat bagaimana cerminan tokoh Ratri untuk kita, apabila kita yang memulai dengan baik maka kita yang harus mengakhiri dengan baik juga.

Berusaha sebaik mungkin dan bekerja keras dalam hidup dengan jalan yang benar dengan disertai berdoa merupakan amanat yang baik karena dunia merupakan tempat kita untuk belajar bagaimana untuk hidup yang baik dan kita kehendaki.

Kutipan:

”Angger nggarap lomba tari sing digagasi ”Aku kudu isok, wong ilmu ketok! Kenek digoleki, kenek disinaoni. Angger dalane bener, tepak, kersaning Allah aku isoh oleh. Garapanku mesthi katut, kadhung orip aku kudu ngatog pisan, cincang-cicing gak worung kebloh, aluwung dijeguri pisan niyat madhep

mantep”. Iku tekade Ratri.” (hal: 104) Terjemahan:

”Setiap menggarap lomba tari yang ada di dalam pikiran ”Aku harus bisa,

ilmu itu kelihatan! Bisa dicari, bisa dipelajari. Yang penting jalannya benar, untuk mencapainya dengan izin Tuhan maka aku bisa. Garapanku pasti ikut, terlajur hidup aku harus bersungguh-sungguh sekalian, cuma bermain air nantinya juga basah semua, mendingan mencebur sekalian saja sudah mantap


(55)

commit to user

Usaha dan tekad yang kuat adalah modal utama dalam mencari sebuah kemenangan. Tokoh Ratri dalam kutipan di atas membarikan dorongan untuk kita agar belajar lebih giat lagi dengan ilmu yang kita pelajari karena sudah terlanjur kita mempelajarinya maka harus dengan sungguh-sungguh mempelajari dan memanfaatkan ilmu yang kita miliki. Jadi, jika kita menginginkan hal yang terbaik bagi diri kita, maka kita harus berusaha sebaik mungkin untuk mendapatkannya.

Setiap bangsa mempunyai kebudayaan. Seperti halnya pada budaya Jawa di Indonesia. Tokoh Ratri memberikan gambaran bahwa kita jangan melupakan kebudayaan yang ada. Karena kebudayaan pun merupakan warisan dan jati diri suatu bangsa.

Kutipan:

”Aku gelem nyindhen iku mergane aku isok, Gus, aku kepingin kabeh ngerti nek aku generasi mudha sing piawai, serba bisa, siap tempur, masiya tah duduk tentara. La sing paling penting aku iku generasi mudha sing bangga nang budhaya teka tanah kelahiranku dhewe. Nik aku isin Gus, isok nyanyi lagu Barat kok nembang Jawa gak isok, ngerep isok kok Jula-Juli gak ngerti.”

(hal: 5) Terjemahan:

”Aku mau nyindhen itu karena aku bisa, Gus, aku ingin semua tahu kalau aku generasi muda yang piawai, bisa, siap tempur walaupun bukan tentara. Yang paling penting aku adalah generasi muda yang bangga dengan budaya dari tanah kelahiranku sendiri. Kalau aku malu Gus, bisa menyanyi Barat tapi

nembang Jawa tidak bisa, ngerep bisa tapi Jula-Juli tidak tahu.” (hal: 5)

Amanat yang terdapat dalam novel Sarunge Jagung ini memberikan

sebuah pesan yang diharapkan dapat mengena di seluruh lapisan masyarakat. Saling bertenggang rasa dalam bermasyarakat, berusaha sebaik-baiknya dalam


(56)

commit to user

menggapai cita-cita disertai dengan tekad yang kuat dan doa serta kebudayaan jangan ditinggalkan karena kebudayaan merupakan jati diri suatu bangsa.

3. Alur

Sebuah karya sastra dapat dipahami isinya karena adanya alur yang tersusun dan merupakan kesatuan rangkaian jalan cerita yang memiliki keruntutan. Alur yang baik adalah alur yang dapat membantu mengungkapkan tema dan amanat dari peristiwa-peristiwa serta adanya hubungan kausalitas (sebab akibat) yang wajar antara peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain

Alur atau plot merupakan struktur rangkaian kejadian atau peristiwa dalam sebuah cerita yang disusun secara logis atau tidak terputus-putus, maka suatu kejadian dalam cerita manjadi sebab atau akibat dari kejadian-kejadian lain. Alur dibagi menjadi 5 bagian sebagai berikut:

a. Situation (tahap penggambaran suatu keadaan)

Dalam novel Sarunge Jagung membuka cerita dengan menceritakan

tentang kehidupan masa kecil Enggar Jemparing Kusumaratri tapi biasa dipanggil Ratri pada waktu sekolah dasar, yang pandai menari, menyanyi, dan bermain drama.

Kutipan:

”Kait cilik jik SD biyen pancen Ratri ya wis longguh-longguh ndhuk taman iku, nek leren merga kesel latihan nari utawa rekaman lagu dolanane arek cilik mbarek Pak Broto guru narine. Liyane pinter nari pancen swarane Ratri

ya enak barang, nik dijak maen drama Ratri ya mesthi oleh peran penting.”


(57)

commit to user

Terjemahan:

Sudah dari kecil pada waktu sekolah SD Ratri sering duduk-duduk di taman itu, biasanya kalau sehabis kecapekan latihan menari atau rekaman lagu maianan untuk anak kecil dengan guru tari yang bernama Pak Broto. Selain pintar menari Ratri mempunyai suara enak didengar, kalau diajak bermain drama pasti Ratri mendapat peran penting.

Alur cerita selanjutnya ketika Ratri sudah bersekolah di perguruan tinggi yang mempunyai kekasih yang bernama Bagus Rendra Pratama pekerjanya sebagai tentara meskipun pangkat baru sersan sekaligus anak rektor kampus di Surabaya tempat Ratri kuliah. Sebenarnya Ratri tidak terlalu suka dengan Bagus, karena orang tua Ratri lebih setuju anak perempuannya mendapat jodoh seorang yang mempunyai masa depan yang jelas serta Bagus ternyata juga tidak terlalu suka dengan kemampuan Ratri yang bisa menari, bermain drama, dan baca puisi.

Kutipan:

”Asline Ratri gak pati ngesir, tapi wong ibu-bapake Ratri koyoke setuju, Ratri malih mekir-mekir maneh, mergane angger didhayohi kanca lanang, ibuk-bapake Ratri mesthi sengkot-sengkot gak setuju bareng iku anake wong gedhe, kok ngekeki angin. Ratri malih eling omongane ibuke biyen.”

”Nik Bagus iku ya apik, Tri, mbok gae temenan. Anake wong genah, masa depane ya jelas. Golek sing apa maneh koen iku? Salah-salah ketlenyok sing

bongkeng koen engkuk!”.

”Pas ngono iku Ratri ya pas nangis mergane bengung katene nampa lamarane Bagus Rendra Pratama. Mangka Bagus iku kanca sekolahe SMA, Ratri ngreti nek Bagus iku gak alirane wong seni. Gak tau ngreken masiya Ratri menang lomba nari, lomba drama, lomba nyanyi utawa baca puisi. Nik pethuk ya mek pelajaran sekolah thok sing diomongna. Paling-paling

dibumboni, ”Tri aku kangen mbek koen”. (hal: 3) Terjemahan:

Sebenarnya Ratri tidak terlalu suka, tapi bagaimana lagi ibu dan bapaknya sepertinya setuju, Ratri kemudian berpikir-pikir kembali, karena setiap didatangi teman laki-laki, ibu dan bapak Ratri selalu cemberut tidak setuju setelah tahu itu anaknya orang yang mempunyai derajat tinggi, malah diberi


(58)

commit to user

”Kalau Bagus itu juga baik, Tri, kalau bisa sungguh-sungguh. Anaknya orang yang jelas, masa depannya juga jelas. Mencari yang mana lagi kamu itu?

Salah-salah dapat yang buruk nanti kamu sengsara!”.

”Pada waktu itu juga Ratri menangis karena bingung karena setelah menerima

lamaran dari Bagus Rendra Pratama itu adalah teman sekolah SMA, Ratri tahu kalau Bagus itu tidak aliran orang seni. Tidak pernah mau tahu meskipun Ratri menang lomba nari, lomba drama, lomba nyanyi utawa baca pusisi. Kalau berjumpa pembicaraannya hanya tentang pelajaran sekolah saja.

Paling-paling dibumbui, ”Tri aku kangen sama kamu”.

Keputusan Ratri untuk membatalkan pernikahan meskipun sudah bertunangan dikarenakan keluarga orang tua Bagus tidak suka apabila mendapat menantu dari keluarga budaya Jawa, kecuali ayah Bagus yang mempunyai pendidikan tinggi sehingga tahu dan mengerti akan budaya Jawa. Orang tua Ratri yang tidak tahu duduk permasalahan, marah-marah terhadap Ratri karena membatalkan perkawinan, tapi setelah diberitahu Ratri duduk permasalahannya, akhirnya mereka mendukung keputusan Ratri untuk membatalkan perkawinan anaknya.

Kutipan:

“Cangklongan tase didhukna teka pundhake, “Ngeten, lho, Pak. Kula niki

mboten tukaran kalih Bagus. Kula mek tangklet, umpama kula buyar kalih

Bagus ngoten yok napa?” Ratri ngomong kalem-kalem.”

“Bapake kokur-kokur dhiluk, ambegan landhung terus nyauri, “Paling-paling ya isin ae mbek sesepuh kampung wong tukar cincine biyen ae Lurah sak

RW-RW ne teka, nyekseni kabeh kok gak sida iku lo…”

“Ratri langsung nyaut tase maneh karo ngadeg terus karo mbungkuk

nyidhekna nang kupinge bapake, “Nek ngoten niku mboten sepinten Pak. Sik isin kula! Diremehna tiyang! Dupeh awak dhewe wong gak duwe pangkat dhukur. Critane dawa, Pak. Pokoke intine mamine Bagus niku wong Jawa ilang Jawane. Mboten seneng anake dipek wong Jawa kados awake dhewe ngeten niki, dianggep tiyang kuna mawon, tiyang ndesit ketinggalan jaman. Kula mboten katene nerusaken orip kalih Bagus. Suwe-suwe kula niki dikira ngiler barek kamulyane Bagus. Niki kula, sori mawon, Pak! Masiya awake dhewe wong gak duwe motor muluk, tapi duwe kehormatan”.


(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan tentang novel berbahasa Jawa Sarunge Jagung karya Trinil S. Setyowati, yaitu sebagai berikut:

1. Struktur yang terdapat dalam novel Sarunge Jagung menunjukan kesatuan yang utuh dan hidup dengan adanya timbal balik dengan unsur-unsurnya, seperti tema, alur, penokohan, latar dan amanat. Tema cerita menampilkan feminisme tentang kehidupan seorang kaum wanita Jawa yang tidak kalah dalam hal pendidikan dan pekerjaan dengan kaum lelaki walaupun dilanda permasalahan yang cukup berat dalam mencari pasangan hidup. Alur ceritanya mengunakan alur lurus tetapi didalamnya terlihat kilas balik. Pengarang secara detail melukiskan perwatakan tokoh-tokohnya, sehingga tokoh yang ada terkesan hidup. Masing-masing tokoh mampu menjiwai wataknya, hal ini turut membentuk isi cerita. Latar yang digunakan meliputi latar tempat kota Surabaya dan sekitarnya. Latar waktu yang digunakan secara abstrak tidak dijelaskan secara pasti, sedangkan latar sosial mengambil kelas sosial menengah kebawah. Amanatnya adalah kerukunan; manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain maka harus saling rukun dalam bermasyarakat, pengendalian diri; kita harus bisa mengendalikan diri kita agar tidak menyesal dikemudian hari, berusaha dan berdoa dalam meraih cita-cita serta janganlah melupakan kebudayaan, karena budaya merupakan cerminan jati


(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

diri suatu bangsa. Kita harus berusaha dengan sungguh-sungguh kemudian tidak lupa berdoa kepada Tuhan agar apa yang kita inginkan dapat tercapai. Secara keseluruhan unsur-unsur yang membangun novel Sarunge Jagung saling terkait, sehingga memiliki bobot nilai sastra yang tinggi.

2. Dalam kritik sastra feminis bermaksud untuk mengungkapkan tentang citra wanita dalam novel Sarunge Jagung karya Trinil S. Setyowati. Citra wanita yang ditunjukkan tentang sosok wanita cerdas, pandai bergaul, disiplin, pantang menyerah, beriman dan mempunyai perilaku yang baik. Kaum perempuan itu harus mandiri, bahwa dalam hal pendidikan, pekerjaan, asmara, dan kehidupan rumah tangga sebenarnya kaum perempuan itu tidak kalah dengan kaum laki-laki. Dan citra tokoh laki-laki dalam novel Sarunge Jagung karya Trinil S. Setyowati ini adalah laki-laki sebagai makhluk yang superior dalam hubungan dengan tokoh wanita. Seperti halnya sebagai pemimpin ruang domestik dan sebagai penguasa ruang publik. Laki-laki sebagai makhluk superior pastilah mempunyai sisi yang sama dengan perempuan yaitu citra laki-laki yang bersisi buruk dan bersisi baik.

3. Sikap pengarang dalam memandang kedudukan wanita di masyarakat yaitu, pria dan wanita mempunyai peranan yang sama dalam menikmati hasil pembangunan. Hak yang sama di bidang pendidikan misalnya, anak pria dan wanita mempunyai hak yang sama untuk dapat mengikuti pendidikan sampai pada jenjang yang lebih tinggi. Selanjutnya, kewajiban yang sama untuk mancari nafkah dengan suaminya dalam upaya memenuhi beragam kebutuhan


(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dikembangkan. Dengan begitu, kedudukan wanita dalam masyarakat tidak lagi monoton, dan wanita di dalam rumah tangga akan lebih terhormat.

B. Saran-Saran

Bertolak dari kesimpulan di atas, maka selanjutnya disampaikan beberapa saran mengenai novel berbahasa Jawa Sarunge Jagung karya Trinil S. Setyowati sebagai berikut:

1. Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kemajuan kepada penikmat atau pembaca dalam menyikapi permasalahan yang ada dalam kehidupan dan harus dipahami dengan lebih arif dan bijaksana untuk kedepannya. Walaupun dalam kehidupan penuh dengan rintangan kita harus terus bekerja keras dan mau berkorban untuk menemukan kebahagiaan.

2. Pendekatan yang dipakai dalam analisis terhadap novel Sarunge Jagung adalah pendekatan kritik sastra feminis. Peneliti berharap agar nantinya ada penelitian lain yang dapat terus dilakukan yang mampu meneliti novel Sarunge Jagung

dengan pendekatan yang berbeda dan sudut pandang yang lebih menarik mengenai aspek-aspek penting lainnya.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 1987. Pengantar Memahami Bahasa dalam Karya Sastra. semarang: IKIP Semarang Press.

Andre Hardjana. 1991. Kritik Sastra: Sebuah Pengantar. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Atarsemi. 1990. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa. Bagaswara. 2009. Pepak Basa Jawa. Solo: CV Beringin

Burhan Nurgihantoro. 2000. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Edi Subroto, D. (2007). Pengantar Metode Penelitian Linguistik Struktural.

Surakarta: Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS, dan UPT Penerbitan dan Percetakan UNS.

Gorys Keraf. 2004. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

H.B. Sutopo. 2006. Metode Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar Teori dan

terapannya dalam penelitian. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Henry Guntur Tarigan. 1992. Menulis. Bandung: Angkasa Raya.

Imam Sutardjo. 2006. Mutiara Budaya Jawa. Surakarta: Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Senirupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.


(5)

commit to user

Lexy. J. Moleong. 2007. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Maria. A. Sardjono 2005. Paham Jawa Menguak Falsafah Hidup Wanita Jawa

Lewat Karya Fiksi Mutakhir Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Melani Budianta, 2006. Membaca Sastra (Pengantar Memahami Sastra untuk

Perguruan Tinggi). Magelang: Indonesia Tera.

Panuti Sudjiman. 1984. Petunjuk Penelitian Karya Ilmiah. Jakarta: Kelompok AA Pengajar Bahasa Indonesia.

Partini Sardjono Pradotokusuma. 2005. Pengkajian Sastra. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Rene Wellek dan Austin Warren. 1993. Teori Kasusastraan (Terjemahan oleh Melani Budianta). Jakarta: Gramedia.

Sangidu. 2004. Penelitian Sastra: Pendekatan, Teori, Metode, Teknik, dan

Kiat.Yogyakarta : Unit Penerbitan Asia Barat.

Soenardjati Djajanegara. 2000. Kritik Sastra Feminis; Sebuah Pengantar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Suroso Ari Wibowo. 2005. Metode Belajar Efekttf Basa Jawa. Surakarta: Media Karya Putra.

Sutopo. H.B. 2006. Metode Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar Teori dan


(6)

Suwardi Endraswara. 2008, Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.

... 2008. Metodologi Penelitian Sastra: Epistimologi, Model, Teori,

dan Aplikasi.Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta Press.

Teeuw. A. 1988. Sastra dan Ilmu Sastra . Jakarta: Gramedia

Trinil S. Setyowati.2005. Sarunge Jagung. Sragen: Yayasan Sasmita Budaya. Zainuddin Fananie. 2000. Telaah Sastra. Surakarta: Muhammadiyah University