Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

commit to user 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia adalah dengan perbaikan sistem pendidikan. Dengan adanya perombakan dan pembaharuan kurikulum yang berkesinambungan, mulai dari kurikulum 1968 sampai kurikulum 2004. Pada kurikulum 2004 yang dikenal dengan KBK Kurikulum Berbasis Kompetensi yang berkaitan dengan pengembangan kurikulum yang menghasilkan standar nasional dan berorientasi pada kecakapan hidup Life Skill serta pendidikan akademik. Kurikulum ini menekankan pada pengembangan kemampuan menyelesaikan tugas – tugas sehingga dapat menumbuhkan tanggung jawab dan partisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran. Kurikulum Berbasis Kompetensi bertujuan untuk menciptakan lulusan yang berkompeten untuk membangun kehidupan diri, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam kurikulum ini, guru diberikan peluang yang luas untuk mengembangkan potensinya sesuai dengan kebutuhan sekolah dan sistem belajar tuntas benar - benar dituntut untuk diterapkan, dimana siswa dapat melanjutkan ke kompetensi berikutnya apabila kompetensi sebelumnya telah dikuasai . Menurut Balitbang Depdinas, 2002: 1, Kurikulum Berbasis Kompetensi memiliki ciri – ciri sebagai barikut : “1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal; 2. Berorentasi pada hasil belajar dan keberagaman; 3.Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi; 4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur pendidikan; 5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil dalam upaya peguasaan atau pencapaian suatu kompetensi”. commit to user 2 Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi pembelajaran dilaksanakan secara menyeluruh untuk mencapai kompetensi sesuai standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan peserta didik berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu. KBK menuntut metode pengajaran yang bervariatif karena siswa tidak dinilai berdasarkan nilai kognitif saja tetapi juga afektif dan psikomotornya. Kurikulum ini menuntut guru dan siswa bersikap toleran menjunjung tinggi prinsip kebersamaan dan kebhinnekaan serta berpikiran terbuka. Dengan demikian guru dan siswa dapat bersama-sama belajar menggali kompetensinya masing-masing dengan optimal. Pendekatan dan pembelajaran yang didominasi oleh guru teacher centered harus mulai di ubah menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa student centered sehingga guru hanya bertindak sebagai fasilitator saja. Oleh karena itu guru harus mampu merancang skenario atau strategi pembelajaran yang efektif, demokratis, terbuka dan menyenangkan. Penilaian di KBK merupakan penilaian tentang kemajuan belajar siswa yang diperoleh pada proses pembelajaran penilaian proses sehingga penilainnya tidak hanya diperoleh akhir periode tetapi dilakukan secara berkesinambungan dengan kegiatan pembelajaran dalam arti kemajuan belajar dinilai dari proses bukan semata – mata hasil. Kurikulum yang saat ini sedang diterapkan dan dikembangkan oleh pemerintah adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP sebagai pengembangan dari kurikulum 2004. Prinsip yang digunakan dalam pengembangan KTSP adalah berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta lingkungannya. Pada KTSP ini, guru diberi kesempatan untuk mengembangkan indikator pembelajarannya sendiri sehingga guru dituntut untuk commit to user 3 kreatif dalam memilih serta mengembangkan materi pembelajaran yang akan disampaikan disekolah. Materi yang dipilih disesuaikan dengan kebutuhan serta tingkat kemampuan masing – masing sekolah. Dengan kurikulum ini, maka guru sebagai pendidik harus bisa memilih strategi pembelajaran yang tepat bagi peserta didiknya. Mata pelajaran kimia sering kali dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit, menakutkan, dan membosankan sehingga siswa kurang tertarik dalam memahami dan menguasai konsep – konsep dasar pada materi kimia. Akibat dari kesulitan – kesulitan yang ada diharapkan para guru kimia mampu menyajikan materi – materi kimia dengan lebih menarik dan bersahabat, serta mampu memberikan motivasi sehingga siswa akan termotivasi mempelajari kimia. Untuk menyajikan materi kimia secara lebih menarik, guru harus mempunyai kemampuan dalam mengembangkan metode pengajaran dan pemanfaatan media pembelajaran sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik. Beberapa hal yang mempengaruhi proses belajar siswa SMA dalam belajar kimia adalah sebagai berikut : kemampuan awal yang dimiliki siswa, peran aktif siswa dalam mengikuti pelajaran, kemampuan guru dalam penyampaian materi pelajaran, dan penggunaan metode mengajar yang sesuai dengan materi. Nana Sudjana 1995: 158 mengatakan bahwa “ pengetahuan dan kemampuan dasar baru membutuhkan pengetahuan sebelumnya dan kemampuan yang lebih rendah dari pengetahuan baru tersebut”. Abd Gafur 1982: 57 menyatakan bahwa “Kemampuan awal dan karakteristik siswa adalah pengetahuan dan ketrampilan yang relevan, termasuk di dalamnya lain-lain latar belakang informasi karakteristik siswa yang telah ia miliki pada saat akan mulai mengikuti commit to user 4 suatu program pengajaran”. Jadi kemampuan awal siswa adalah kemampuan yang dimiliki siswa dari apa yang dulu dipelajari sebagai dasar untuk mempelajari materi baru. Siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi akan lebih mudah menerima dan mempelajari materi pelajaran baru dibandingkan siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah. Dalam proses belajar mengajar pemilihan dan penggunaan metode yang tepat dalam menyajikan suatu materi dapat membantu siswa dalam mengetahui serta memahami segala sesuatu yang disajikan guru sehingga melalui tes hasil belajar dapat diketahui peningkatan prestasi belajar siswa. Melalui pembelajaran yang tepat diharapkan siswa mampu memahami dan menguasai materi ajar sehingga dapat berguna dalam kehidupan nyata. Salah satu indikator keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari prestasi belajar yang dicapai siswa. Prestasi belajar adalah cermin dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperoleh siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Untuk meningkatkan keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan tersebut adalah pendekatan pembelajaran konstruktivisme. Pendekatan pembelajaran ini merupakan strategi pembelajaran yang dapat mendorong siswa mengkonstruksi pengetahuannya, menerapkan pengetahuannya, belajar memecahkan masalah, mendiskusikan masalah dan mempunyai keberanian untuk menyampaikan ide. Teori pembelajaran kooperatif menggunakan pendekatan pembelajaran konstruktivisme. Hal ini atas dasar siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah tersebu dengan temannya Slavin, 1995: 5. Penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif mempunyai berbagai keuntungan, commit to user 5 misalnya meningkatkan pencapaian akademik, pengembangan afektif dan sosial, serta meningkatkan hubungan ras atau etnik. Pembelajaran kooperatif juga membantu meningkatkan rasa percaya diri siswa dan melatih hidup bersama. Model pembelajaran kooperatif lebih menekankan kepada siswa untuk membentuk kelompok-kelompok dan setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan awal yang berbeda-beda tinggi dan rendah, motivasi belajar siswa yang berbeda-beda tinggi dan rendah, dan bekerjasama dalam semangat pembelajaran untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi metode yang diterapkan antara lain: metode Student Team Achievement Divison STAD, Jigsaw , Teams Games Tournament TGT, Number Heads Together NHT, Group Investigation GI, Team Assited Individualization TAI. Sedangkan untuk menciptakan pembelajaran yang menarik bagi siswa diperlukan media pembelajaran yang inovatif seperti : TTS, Ular Tangga, Roda Impian, Piramida. Dari beberapa metode pembelajaran kooperatif dan media pembelajaran tersebut, peneliti telah mempelajari teknik-teknik mekanisme proses pembelajaran masing-masing metode, untuk dipilih dan disesuaikan dengan keadaan siswa dari dua kelas, karena di kedua kelas tersebut siswa memiliki kecenderungan aktif untuk bermain. Diantara metode pembelajaran kooperatif yang dirasa sesuai untuk mengaktifkan dan meningkatkan prestasi belajar siswa adalah metode kooperatif Teams Games Tournaments TGT. Alasannya karena metode kooperatif TGT tepat untuk melibatkan keaktifan siswa dalam mempelajari materi Hidrokarbon. Pada TGT siswa akan berkompetisi dalam permainan sebagai wakil dari kelompoknya. Sistem permainan yang dipakai pada penelitian ini adalah Teka-Teki Silang Cross commit to user 6 Word dan Roda Impian Wheel of Fortune . Permainan tersebut mempunyai perbedaan dalam hal teknik menjawab dan daya tarik. Dengan adanya permainan diharapkan siswa dapat tertarik dan tidak bosan dalam belajar kimia serta dapat mengarahkan siswa dalam suasana kerja sama sehingga dapat meningkatkan prestasi. Menurut Slavin 1995: 285, “TGT lebih tepat untuk mengajar obyek yang didefinisikan secara baik dengan satu jawaban benar seperti konsep dan fakta ilmu pengetahuan”. Ilmu kimia adalah ilmu pengetahuan yang berdasarkan pada fakta- fakta dan pemikiran-pemikiran para ahli. Oleh karena itu, ilmu kimia dapat menggunakan metode TGT. Salah satu materi dalam ilmu kimia adalah Hidrokarbon. Hidrokarbon merupakan salah satu materi pokok dalam pelajaran kimia yang penting untuk dipelajari karena berhubungan dengan kehidupan sehari- hari, bersifat informatif, memerlukan pemahaman dan hafalan yang cukup dari siswa. Untuk itu perlu cara yang mudah dalam penyampaian materi Hidrokarbon kepada siswa yaitu dengan metode pembelajaran yang bervariasi agar siswa lebih aktif belajar dan tidak cepat merasa bosan. Keberhasilan suatu pembelajaran selain ditentukan oleh faktor eksternal juga ditentukan oleh faktor internal. Metode pembelajaran, guru, bahan ajar, sarana dan prasarana merupakan faktor eksternal. Sedangkan faktor internal biasanya telah dimiliki dalam diri siswa yang meliputi bakat, minat, kemampuan awal, kreativitas, motivasi, keingintahuan dan kecerdasan siswa. Faktor internal yang akan diteliti dalam penelitan ini adalah kemampuan awal dan motivasi belajar siswa. Sebab dalam mempelajari materi Hidrokarbon dibutuhkan kemampuan prasyarat yang baik agar siswa mudah memahami materi Hidrokarbon yang baru diterima, disamping itu dalam menerapkan metode kooperatif TGT-TTS dan TGT-RI sangat diperlukan commit to user 7 keaktivan agar diskusi atau kerja kelompok dapat berjalan lancar. Sebab siswa yang memiliki keaktifan tinggi lebih mudah mengeluarkan gagasan, memiliki dorongan rasa ingin tahu yang besar terhadap situasi atau permasalahan yang dihadapinya. Dengan demikian akan timbul aktivitas belajar siswa yang aktif dalam pembelajaran. Oleh sebab itu peneliti meninjau kemampuan awal dan motivasi belajar dalam penelitian ini. Pada dasarnya setiap orang memiliki kepribadian yang khas misalnya individualis, kompetitif, dan kooperatif oleh karena itu setiap orang tidak akan memberikan respon yang sama pada suasana kerjasama kooperatif. Dengan melihat kecenderungan–kecenderungan tersebut maka sangat dimungkinkan bahwa kemampuan awal siswa akan berpengaruh pada tinggi rendahnya tingkat pencapaian hasil belajar siswa. Siswa dengan kemampuan awal tinggi akan lebih mudah untuk menerima pelajaran. Sebaliknya siswa yang kemampuan awal rendah dimungkinkan prestasi belajarnya kurang karena siswa belum menguasai konsep – konsep dasar sebagai acuan untuk mempelajari materi baru. Selain kemampuan awal, faktor motivasi belajar siswa juga mendukung keberhasilan suatu pembelajaran. Motivasi belajar dapat mendorong siswa untuk aktif dalam mengikuti proses pembelajaran, sebab siswa yang mempunyai motivasi belajar yang baik cenderung merasa ingin tahu lebih dalam materi yang disajikan oleh guru, kecenderungan memberikan orisinalitas gagasan-gagasan dalam mencoba memecahkan masalah yang dihadapi serta kritis dalam mengajukan pendapat- pendapat. Ironis sekali apabila guru dalam menyajikan materi hanya menggunakan model pembelajaran yang monoton sebagai akibatnya pola berpikir kreatif dalam diri setiap siswa tidak berkembang. Namun sangat disayangkan tingkat motivasi commit to user 8 belajar siswa ini kurang mendapatkan perhatian oleh guru di SMA Negeri 1 Mojolaban. Guru dalam melaksanakan pembelajaran hanya berpusat pada guru, sehingga siswa menjadi pasif. Persentase siswa di SMA Negeri 1 Mojolaban yang mencapai ketuntasan belajar pada mata pelajaran kimia masih rendah atau dibawah batas tuntas 62., khususnya pada materi Hidrokarbon. Hal ini ditunjukkan pada tabel 1.1 persentase siswa yang mencapai ketuntasan belajar dua tahun terakhir pada rata-rata ulangan harian materi hidrokarbon tahun pelajaran 20072008 dan 20082009. Tabel 1.1 Data nilai rata-rata ulangan harian hidrokarbon tahun pelajaran 20072008 dan 20082009 Tahun Ajaran Kelas Rata- rata nilai Hidrokarbon KKM Ketuntasan 20072008 X-1 45,24 62 28,57 20072008 X-2 61,17 62 40,48 20072008 X-3 44,78 62 20 20082009 X-1 51,6 62 14,74 20082009 X-2 50,08 62 5 20082009 X-3 49,1 62 19,05 20082009 X-4 51,43 62 11,90 20082009 X-5 51,5 62 9,76 20082009 X-6 49,9 62 17,95 20082009 X-7 51,13 62 25 Sumber : Daftar nilai Ulangan harian materi Hidrokarbon kelas X SMA Negeri 1 Mojolaban tahun Pelajaran 20072008 dan 20082009. Pada kelas X semester 2 materi yang diajarkan meliputi larutan elektrolit dan non elektrolit, reaksi oksidasi-reduksi dan senyawa hidrokarbon. Namun pada penelitian ini dilakukan pada materi Hidrokarbon. Materi ini mempunyai karakteristik berupa konsep dan hafalan. Materi ini masih dianggap oleh siswa kelas X SMA Negeri 1 Mojolaban sulit, hal ini dapat dilihat pada tabel 1.1 yang menunjukkan tidak lebih dari 50 yang mencapai ketuntasan minimal. Disamping itu, materi Hidrokarbon merupakan materi yang penting karena konsep-konsep dalam Hidrokarbon masih akan digunakan sebagai dasar dalam mempelajari materi commit to user 9 selanjutnya sehingga diharapkan siswa mampu menguasai konsep-konsep yang diajarkan pada materi Hidrokarbon. Untuk mengatasi masalah tersebut maka perlu adanya penerapan metode pembelajaran yang sesuai untuk materi Hidrokarbon sehingga mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Berdasar uraian di atas, peneliti mencoba menerapkan metode pembelajaran TGT-TTS dan TGT-RI ditinjau dari kemampuan awal dan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa. Penelitian dilakukan pada siswa kelas X semester 2 tahun pelajaran 20092010 di SMA Negeri 1 Mojolaban.

B. Identifikasi Masalah