PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN TGT DENGAN PERMAINAN TTS DAN RODA IMPIAN DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

(1)

commit to user

i

PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN TGT DENGAN

PERMAINAN TTS DAN RODA IMPIAN DITINJAU DARI

KEMAMPUAN AWAL DAN MOTIVASI

BELAJAR SISWA

(Studi Kasus Pembelajaran Kimia Materi Pokok Hidrokarbon Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Mojolaban

Tahun Ajaran 2009/2010)

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Program Studi Pendidikan Sains

Minat Utama : Kimia

Oleh :

Widi Astuti

S830809226

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010


(2)

commit to user

ii

PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN TGT DENGAN

PERMAINAN TTS DAN RODA IMPIAN DITINJAU

DARI KEMAMPUAN AWAL DAN MOTIVASI

BELAJAR SISWA

(Studi Kasus Pembelajaran Kimia Materi Pokok Hidrokarbon Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Mojolaban

Tahun Ajaran 2009/2010)

Disusun oleh :

Widi Astuti

S830809226

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing Dewan Pembimbing

Jabatan Nama TandaTangan Tanggal

Pembimbing I : Prof. Dr Ashadi __________ __________ NIP.195101021975011001

Pembimbing II : Drs. Haryono, M.Pd ___________ __________ NIP.195204231976031002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Sains

Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. NIP. 19520116 198003 1 001


(3)

commit to user

iii

PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN TGT DENGAN

PERMAINAN TTS DAN RODA IMPIAN DITINJAU

DARI KEMAMPUAN AWAL DAN MOTIVASI

BELAJAR SISWA

(Studi Kasus Pembelajaran Kimia Materi Pokok Hidrokarbon Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Mojolaban

Tahun Ajaran 2009/2010)

Disusun oleh :

Widi Astuti

S830809226

Telah disetujui oleh Tim Penguji Pada tanggal, ……….

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua Prof. Dr. Widha Sunarno, M.Pd

.………

Sekretaris Dra. Suparmi, M.Sc., Ph.D. ..………...

Anggota Penguji 1. Prof. Dr. Ashadi

……….

2. Drs. Haryono, M.Pd ……….

Surakarta,……….

Mengetahui Ketua Program Studi Pend. Sains


(4)

commit to user

iv

Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D Dr. Widha Sunarno, M.Pd NIP. NIP.

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Widi Astuti

NIM : S

830809226

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul Pembelajaran

Kimia Menggunakan TGT dengan Permainan TTS dan Roda Impian ditinjau dari Kemampuan Awal dan Motivasi Belajar Siswa (Studi Kasus Pembelajaran Kimia Materi Pokok Hidrokarbon Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Mojolaban Tahun Ajaran 2009/2010) adalah betul-betul karya saya

sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini diberi citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti penyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademis berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tesebut.

Surakarta, Desember 2010 Yang membuat pernyataan


(5)

commit to user

v

ABSTRAK

Widi Astuti, S830809226

.

“Pembelajaran Kimia Menggunakan TGT dengan

Permainan TTS dan Roda Impian ditinjau dari Kemampuan Awal dan Motivasi Belajar Siswa”. Tesis, Pembimbing 1 : Prof. Ashadi, Pembimbing 2 :

Drs. Haryono, M.Pd, Surakarta: Program studi Pendidikan Sains Program Pasca Sarjana. Universitas Sebelas Maret, Desember 2010.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) pengaruh pembelajaran menggunakan metode TGT dengan permainan TTS dan Roda Impian terhadap prestasi belajar. (2) pengaruh kemampuan awal siswa tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar kimia. (3) pengaruh motivasi belajar siswa tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar kimia. (4) interaksi antara pembelajaran menggunakan metode TGT dengan permainan TTS dan Roda Impian dengan kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar kimia. (5) interaksi antara pembelajaran menggunakan metode TGT dengan permainan TTS dan Roda Impian dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar kimia (6) interaksi antara kemampuan awal siswa dengan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar kimia. (7) interaksi antara pembelajaran menggunakan metode TGT dengan kemampuan awal siswa dan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar kimia.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Populasi adalah seluruh kelas X SMA Negeri 1 Mojolaban teknik Claster random sampling sejumlah 2 kelas. Teknik pengumpulan data variabel kemampuan awal dan prestasi belajar kognitif digunakan metode tes, prestasi belajar afektif dan motivasi belajar digunakan metode angket. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis variansi tiga jalan dengan sel tak sama.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Ada pengaruh antara metode pembelajaran TGT dengan Teka-Teki Silang dan Roda Impian terhadap prestasi belajar siswa baik kognitif maupun afektif. (2) Kemampuan awal siswa memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar kognitif siswa pada materi Hidrokarbon. Sedangkan kemampuan awal tidak memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar afektif. (3) Motivasi Belajar siswa memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar kognitif siswa pada materi Hidrokarbon. Sedangkan motivasi belajar tidak memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar afektif. (4) Tidak ada interaksi antara siswa yang diberi metode pembelajaran baik melalui metode TGT-TTS maupun TGT-RI dengan kemampuan awal siswa baik terhadap prestasi belajar kognitif maupun afektif. (5) Tidak ada interaksi antara siswa yang diberi metode pembelajaran baik melalui metode TGT-TTS maupun TGT-RI dengan motivasi belajar siswa baik terhadap prestasi belajar kognitif maupun afektif. (6) Tidak ada interaksi antara siswa yang memiliki kemampuan awal dengan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif siswa. (7) Ada interaksi antara siswa yang diberi metode pembelajaran dengan menggunakan metode TGT-TTS maupun TGT-RI


(6)

commit to user

vi

dengan kemampuan awal, dan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif.

ABSTRACT

Widi Astuti, S830809226.. “Chemistry study uses Team Games Tournaments

(TGT) using Cross Word and Wheel of Fortune is reviewed from the beginning ability of student and motivating study of student ". Thesis, guide

1: Prof. Ashadi, guide 2: Drs. Haryono,M.Pd, surakarta: program science education Program of Graduate Studies of Sebelas Maret University, december 2010.

The objectives of the research are to know: (1) the effect of TGT learning method using cross word and wheel of fortune to the student’s achievement in chemistry. (2) the effect of high and low the beginning ability of student to the student’s achievement in chemistry. (3) the effect of high and low motivating study of student to the student’s achievement in chemistry. (4) interaction between Chemistry study uses Team Games Tournaments (TGT) using Cross Word and Wheel of Fortune is reviewed from beginning ability of student to the student’s achievement in chemistry. (5) interaction between Chemistry study uses Team Games Tournaments (TGT) using Cross Word and Wheel of Fortune is reviewed from and motivating study of student to the student’s achievement in chemistry. (6) interaction between the beginning ability of student and motivating study of student to the student’s achievement in chemistry. (7) interaction between learning method Team Games Tournaments (TGT) using Cross Word and Wheel of Fortune, the beginning ability of student and motivating study of student to the student’s achievement in chemistry.

The research is using experiment method. The population is the students of grade X, SMA Negeri 1 Mojolaban in the academic year 2009/2010, Sample is taken by claster random sampling technique, number 2 classes. The technique of collecting data from the variable of the beginning ability and cognitive student’s achievement are collected by tes method and those in affective student’s achievement and motivation are collected by questionnaires. The technique of analyzing data is ANAVA three ways different cell.

Based on the result of the research are concluded : (1) there are effect of TGT learning method using Cross Word and Wheel of Fortune to the kognitive and affective student’s achievement in chemistry. (2) there are effect of high and low the beginning ability of student to the kognitive student’s achievement but there is no effect of high and low memory to the affective studen’s achievement in chemistry . (3) there are effect of high and low motivating study of student to the student’s achievement in chemistry. (4) no interaction between learning method and the beginning ability of student to the student’s achievement in chemistry. (5) no interaction between learning method and motivating study of student to the student’s achievement in chemistry. (6) no interaction between the beginning ability of student and motivating study of student to the student’s


(7)

commit to user

vii

achievement in chemistry. (7) there are interaction between learning method Team Games Tournaments (TGT) using Cross Word and Wheel of Fortune the beginning ability of student, and motivating study of student to the student’s achievement in chemistry.

MOTTO

Raihlah ilmu dan untuk meraih ilmu lakukan dengan belajar dan sabar (Penulis)

Jangan menggantungkan diri kepada orang lain untuk melakukan sesuatu jika kita masih mampu untuk melakukannya sendiri


(8)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini kupersembahkan untuk : Bapak & Ibu tercinta

Adeku dedek dan Dek Yuda tersayang Mz Agung terkasih,

Semua sahabat terdekat_Qoe,( Ema, Riana, Endit, Mbak Havidoh)


(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program S2 Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penulisan tesis ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dorongan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan setulusnya kepada :

1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D., selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah berkenan memberikan fasilitas dalam menempuh pendidikan pada Program Pascasarjana.

2. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta telah memberikan arahan, bimbingan serta dukungannya bagi penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

3. Prof. Dr Ashadi., selaku pembimbing pertama yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan petunjuk bagi penulis dalam menyelesaikan tesis ini. 4. Drs. Haryono, M.Pd. selaku pembimbing kedua yang telah memberikan


(10)

commit to user

x

5. Drs.Tukiman, M.Pd, selaku Kepala SMA Negeri 1 Mojolaban yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

6. Drs. Bambang Suryono, Dipl.Ed, selaku Kepala SMA Negeri 1 Polokarto yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk mengadakan tryout penelitian.

7. Umi Hanifah, S.Pd, selaku Guru Kimia SMA Negeri 1 Mojolaban atas bantuan dan masukannya selama pengambilan data.

8. Siswa Kelas X-2 dan X-3 SMA Negeri 1 Mojolaban atas kerjasama yang telah diberikan saat pengambilan data.

9. Bapak dan Ibu tercinta yang senantiasa mendoakan yang terbaik dan memberikan kasih sayang, nasehat, dorongan, dan semangat bagi penulis. 10.Mas Agung dan adekku tersayang terimakasih atas dukungan, doa, nasehat

dan cintamu yang membuat semangat baru dalam hidupku.

11.Sahabat sejati (Riana, Ema, Endit, Rahmi, Okta, Ines) terimakasih atas indahnya persahabatan, riangnya canda tawa dalam hari – hariku dan semoga persahabatan kita tak akan putus oleh waktu dan keadaan, Amin.

12.Seluruh teman – teman P. Sains Paralel III angkatan September 2009 atas segala dukungannya.

13.Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Karya ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran guna perbaikan tesis ini. Akhirnya, semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan kimia.


(11)

commit to user

xi

Surakarta, Desember 2010

Penulis

DAFTAR ISI

halaman

JUDUL ... i

PERSETUJUAN... ii

PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Perumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 10


(12)

commit to user

xii

A. Tinjauan Pustaka... 11

1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Kimia ... 11

2. Pembelajaran Kooperatif... 26

3. Pembelajaran Kooperatif TGT ... 31

4. Teka-Teki Silang ... 35

5. Roda Impian ... 37

7. Kemampuan Awal... 38

8. Motivasi Belajar ... 40

9. Prestasi Belajar ... 46

10. Hidrokarbon ... 50

B. Penelitian yang Relevan ... 71

C. Kerangka Berpikir ... 75

D. Hipotesis ... 83

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 85

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 85

B. Metode Penelitian ... 85

C. Penetapan Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ... 87

D. Variabel Penelitian ... 88

E. Teknik Pengumpulan Data ... 89

F. Instrumen Penelitian... 90

G. Teknik Analisis Data ... 100

BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 85

A. Deskripsi Data ... 103


(13)

commit to user

xiii

C. Pengujian Hipotesis ... 113

D. Pembahasan ... 119

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 132

A. Kesimpulan ... 132

B. Implikasi ... 134

C. Saran ... 135

DAFTAR PUSTAKA ... 137


(14)

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

halaman 1. Data nilai rata- rata ulangan harian Hidrokarbon tahu pelajaran

2007/2008 dan 2008/2009 ... 6

2. Perbandingan Karbon Organik dan Anorganik ... 51

3 Rumus Struktur dan Rumus Molekul Alkana ... 57

4. Deret Homolog ... 58

5. Rumus Gugus Alkil ... 59

6. Data Sifat Alkana ... 61

7. Rumus Struktur dan Rumus Molekul Alkena ... 64

8. Rumus Struktur dan Rumus Molekul Alkuna ... 68

9. Rancangan Penelitian ... 86

10. Contoh Skor Penilaian Afektif ... 96

11. Deskripsi Data Kemampuan Awal Siswa………. 103

12. Deskripsi Data Motivasi Belajar Siswa ... 104

13. Deskripsi Data Prestasi Belajar Ranah Kognitif ... 105

14. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kelas TGT-TTS ... 105

15. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kelas TGT-RI ... 106

16. Deskripsi Data Prestasi Belajar Ranah Afektif ... 106

17. Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Masing –masing Kelompok ... 108

18. Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Prestasi Belajar Metode TGT- TTS dan TGT-RI ... 109


(15)

commit to user

xv

19. Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar Kemampuan Awal ... 110 20. Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar Motivasi Belajar ... 111 21. Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar ditinjau dari Metode,

Kemampuan Awal dan Motivasi Belajar ... 112 22. Rangkuman ANAVA Tiga Jalan Prestasi Kognitif ... 113 22. Rangkuman ANAVA Tiga Jalan Prestasi Afektif ... 114


(16)

commit to user

xvi

DAFTAR GAMBAR

halaman

1. Analisis Belajar Observasional ... 23

2. Percobaan Menunjukan Karbon dan Hidrogen dalam Senyawa Organik ... 52

3. Rumus Bangun Metana... 53

4. Ikatan Tunggal... 54

5. Ikatan Rangkap Dua... 54

6. Ikatan Rangkap Tiga... 54

7. Rantai Lurus... 55

8. Rantai Bercabang... 55

9. Rantai Siklis... 55

10. Rantai Aromatis ... 55

11. Kedudukan Atom Karbon... 56

12. Model molekul Metana... 57

13. Model molekul Etana... 57

14. Model molekul Propana... 58

15. Model molekul Etena ... ... 64

16. Model molekul Propena ... .. 64

17. Model molekul Etuna... 68


(17)

commit to user

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

1. Silabus ... 140

2. Skenario Pembelajaran ... 142

3. Kisi – Kisi Tes Kemampuan Awal ... 150

4. Soal Kemampuan Awal ... 151

5. Lembar Jawaban ... 159

6. Kunci Jawaban Soal Kemampuan Awal ... 160

7. Kisi – Kisi Tes Kognitif ... 161

8. Soal Tes Kognitif ... 162

9. Kunci jawaban Tes Kognitif ... 173

10. Indikator Instrumen Afektif ... 174

11. Pedoman Penskoran Peniliaian Aspek Afektif ... 175

12. Alat Penilaian Afektif ... 176

13. Kisi – kisi Angket Motivasi Belajar ... 179

14. Pedoman Penskoran Angket Motivasi Belajar Kimia ... 180

15. Identitas Siswa ... 181

16. Angket Motivasi Belajar ... 182

17. Aturan Permainan Teka – teki silang ... 184

18. Indikator Teka – teki silang ... 185

19. Soal Teka – Teki Silang I ... 186


(18)

commit to user

xviii

21. Soal Teka – Teki Silang II ... 189

22. Kunci Jawaban Teka – Teki Silang II ... 191

23. Lembar Teka – teki silang I ... 192

24. Jawaban Teka- teki silang I ... 193

25. Lembar Teka – teki silang II ... 194

26. Jawaban Teka- teki silang II ... 195

27. Aturan Permainan Roda Impian ... 196

28. Indikator Soal Roda Impian ... 197

29. Soal Roda Impian ... 201

30. Jawaban Soal Roda Impian ... 207

31. Lembar kerja Siswa ... 223

32. Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa ... 255

33. Hasil Tryout Kemampuan Awal ... 265

34. Hasil Tryout Kognitif ... 267

35. Hasil Tryout Afektif ... 270

36. Hasil Tryout Motivasi ... 274

37. Daftar NilaiHidrokarbon Tahun 2007/2008 ... 277

38. Daftar NilaiHidrokarbon Tahun 2008/2009 ... 278

39. Daftar Nilai Individu Kelas X-2 tahun 2009/2010... 281

40. Daftar Nilai Kelompok Kelas X-2 tahun 2009/2010 ... 282

41. Nilai Afektif Kelas X-2 tahun 2009/2010 ... 286

42. Nilai Motivasi Kelas X-2 tahun 2009/2010 ... 288

43. Daftar Nilai Individu Kelas X-3 tahun 2009/2010... 289


(19)

commit to user

xix

45. Nilai Afektif Kelas X-3 tahun 2009/2010 ... 293

46. Nilai Motivasi Kelas X-3 tahun 2009/2010 ... 295

47. Data Induk Penelitian ... 296

48. Daftar Nilai Ulangan Nilai Redoks kelas X tahun 2009/2010 ... 299

49. Uji Keseimbangan ... 300

50. Uji Normalitas ... 308

51. Uji Homogenitas ... 312

52. Uji Lanjut ... 315

53. Deskripsi Prestasi Kognitif ... 317

54. Deskripsi Prestasi Afektif ... 319

55. Skor Individu Dalam Pertandingan Kelas X-2 ... 320

56. Rekap Poin Kelompok Kelas X-2 ... 321

57. Skor Individu Dalam Pertandingan Kelas X-3 ... 323

58. Rekap Poin Kelompok Kelas X-3 ... 324


(20)

commit to user


(21)

commit to user BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia adalah dengan perbaikan sistem pendidikan. Dengan adanya perombakan dan pembaharuan kurikulum yang berkesinambungan, mulai dari kurikulum 1968 sampai kurikulum 2004. Pada kurikulum 2004 yang dikenal dengan KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) yang berkaitan dengan pengembangan kurikulum yang menghasilkan standar nasional dan berorientasi pada kecakapan hidup (Life Skill) serta pendidikan akademik. Kurikulum ini menekankan pada pengembangan kemampuan menyelesaikan tugas – tugas sehingga dapat menumbuhkan tanggung jawab dan partisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran. Kurikulum Berbasis Kompetensi bertujuan untuk menciptakan lulusan yang berkompeten untuk membangun kehidupan diri, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam kurikulum ini, guru diberikan peluang yang luas untuk mengembangkan potensinya sesuai dengan kebutuhan sekolah dan sistem belajar tuntas benar - benar dituntut untuk diterapkan, dimana siswa dapat melanjutkan ke kompetensi berikutnya apabila kompetensi sebelumnya telah dikuasai.

Menurut Balitbang Depdinas, (2002: 1), Kurikulum Berbasis Kompetensi memiliki ciri – ciri sebagai barikut :

“1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal; 2. Berorentasi pada hasil belajar dan keberagaman; 3.Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi; 4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur pendidikan; 5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil dalam upaya peguasaan atau pencapaian suatu kompetensi”.


(22)

commit to user

Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi pembelajaran dilaksanakan secara menyeluruh untuk mencapai kompetensi sesuai standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan peserta didik berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu. KBK menuntut metode pengajaran yang bervariatif karena siswa tidak dinilai berdasarkan nilai kognitif saja tetapi juga afektif dan psikomotornya. Kurikulum ini menuntut guru dan siswa bersikap toleran menjunjung tinggi prinsip kebersamaan dan kebhinnekaan serta berpikiran terbuka. Dengan demikian guru dan siswa dapat bersama-sama belajar menggali kompetensinya masing-masing dengan optimal. Pendekatan dan pembelajaran yang didominasi oleh guru (teacher centered) harus mulai di ubah menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) sehingga guru hanya bertindak sebagai fasilitator saja. Oleh karena itu guru harus mampu merancang skenario atau strategi pembelajaran yang efektif, demokratis, terbuka dan menyenangkan. Penilaian di KBK merupakan penilaian tentang kemajuan belajar siswa yang diperoleh pada proses pembelajaran (penilaian proses) sehingga penilainnya tidak hanya diperoleh akhir periode tetapi dilakukan secara berkesinambungan dengan kegiatan pembelajaran dalam arti kemajuan belajar dinilai dari proses bukan semata – mata hasil.

Kurikulum yang saat ini sedang diterapkan dan dikembangkan oleh pemerintah adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai pengembangan dari kurikulum 2004. Prinsip yang digunakan dalam pengembangan KTSP adalah berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta lingkungannya. Pada KTSP ini, guru diberi kesempatan untuk mengembangkan indikator pembelajarannya sendiri sehingga guru dituntut untuk


(23)

commit to user

kreatif dalam memilih serta mengembangkan materi pembelajaran yang akan disampaikan disekolah. Materi yang dipilih disesuaikan dengan kebutuhan serta tingkat kemampuan masing – masing sekolah. Dengan kurikulum ini, maka guru sebagai pendidik harus bisa memilih strategi pembelajaran yang tepat bagi peserta didiknya.

Mata pelajaran kimia sering kali dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit, menakutkan, dan membosankan sehingga siswa kurang tertarik dalam memahami dan menguasai konsep – konsep dasar pada materi kimia. Akibat dari kesulitan – kesulitan yang ada diharapkan para guru kimia mampu menyajikan materi – materi kimia dengan lebih menarik dan bersahabat, serta mampu memberikan motivasi sehingga siswa akan termotivasi mempelajari kimia. Untuk menyajikan materi kimia secara lebih menarik, guru harus mempunyai kemampuan dalam mengembangkan metode pengajaran dan pemanfaatan media pembelajaran sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik. Beberapa hal yang mempengaruhi proses belajar siswa SMA dalam belajar kimia adalah sebagai berikut : kemampuan awal yang dimiliki siswa, peran aktif siswa dalam mengikuti pelajaran, kemampuan guru dalam penyampaian materi pelajaran, dan penggunaan metode mengajar yang sesuai dengan materi.

Nana Sudjana (1995: 158) mengatakan bahwa “ pengetahuan dan kemampuan dasar baru membutuhkan pengetahuan sebelumnya dan kemampuan yang lebih rendah dari pengetahuan baru tersebut”. Abd Gafur (1982: 57) menyatakan bahwa “Kemampuan awal dan karakteristik siswa adalah pengetahuan dan ketrampilan yang relevan, termasuk di dalamnya lain-lain latar belakang informasi karakteristik siswa yang telah ia miliki pada saat akan mulai mengikuti


(24)

commit to user

suatu program pengajaran”. Jadi kemampuan awal siswa adalah kemampuan yang dimiliki siswa dari apa yang dulu dipelajari sebagai dasar untuk mempelajari materi baru. Siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi akan lebih mudah menerima dan mempelajari materi pelajaran baru dibandingkan siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah.

Dalam proses belajar mengajar pemilihan dan penggunaan metode yang tepat dalam menyajikan suatu materi dapat membantu siswa dalam mengetahui serta memahami segala sesuatu yang disajikan guru sehingga melalui tes hasil belajar dapat diketahui peningkatan prestasi belajar siswa. Melalui pembelajaran yang tepat diharapkan siswa mampu memahami dan menguasai materi ajar sehingga dapat berguna dalam kehidupan nyata. Salah satu indikator keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari prestasi belajar yang dicapai siswa. Prestasi belajar adalah cermin dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperoleh siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Untuk meningkatkan keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan tersebut adalah pendekatan pembelajaran konstruktivisme. Pendekatan pembelajaran ini merupakan strategi pembelajaran yang dapat mendorong siswa mengkonstruksi pengetahuannya, menerapkan pengetahuannya, belajar memecahkan masalah, mendiskusikan masalah dan mempunyai keberanian untuk menyampaikan ide.

Teori pembelajaran kooperatif menggunakan pendekatan pembelajaran konstruktivisme. Hal ini atas dasar siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah tersebu dengan temannya (Slavin, 1995: 5). Penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif mempunyai berbagai keuntungan,


(25)

commit to user

misalnya meningkatkan pencapaian akademik, pengembangan afektif dan sosial, serta meningkatkan hubungan ras atau etnik. Pembelajaran kooperatif juga membantu meningkatkan rasa percaya diri siswa dan melatih hidup bersama.Model pembelajaran kooperatif lebih menekankan kepada siswa untuk membentuk kelompok-kelompok dan setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan awal yang berbeda-beda (tinggi dan rendah), motivasi belajar siswa yang berbeda-beda (tinggi dan rendah), dan bekerjasama dalam semangat pembelajaran untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi metode yang diterapkan antara lain: metode Student Team Achievement Divison (STAD), Jigsaw, Teams Games Tournament (TGT), Number Heads Together (NHT), Group Investigation (GI), Team Assited Individualization (TAI). Sedangkan untuk menciptakan pembelajaran yang menarik bagi siswa diperlukan media pembelajaran yang inovatif seperti : TTS, Ular Tangga, Roda Impian, Piramida.

Dari beberapa metode pembelajaran kooperatif dan media pembelajaran tersebut, peneliti telah mempelajari teknik-teknik mekanisme proses pembelajaran masing-masing metode, untuk dipilih dan disesuaikan dengan keadaan siswa dari dua kelas, karena di kedua kelas tersebut siswa memiliki kecenderungan aktif untuk bermain. Diantara metode pembelajaran kooperatif yang dirasa sesuai untuk mengaktifkan dan meningkatkan prestasi belajar siswa adalah metode kooperatif Teams Games Tournaments (TGT). Alasannya karena metode kooperatif TGT tepat untuk melibatkan keaktifan siswa dalam mempelajari materi Hidrokarbon. Pada TGT siswa akan berkompetisi dalam permainan sebagai wakil dari kelompoknya. Sistem permainan yang dipakai pada penelitian ini adalah Teka-Teki Silang (Cross


(26)

commit to user

Word) dan Roda Impian (Wheel of Fortune). Permainan tersebut mempunyai perbedaan dalam hal teknik menjawab dan daya tarik. Dengan adanya permainan diharapkan siswa dapat tertarik dan tidak bosan dalam belajar kimia serta dapat mengarahkan siswa dalam suasana kerja sama sehingga dapat meningkatkan prestasi. Menurut Slavin (1995: 285), “TGT lebih tepat untuk mengajar obyek yang didefinisikan secara baik dengan satu jawaban benar seperti konsep dan fakta ilmu pengetahuan”. Ilmu kimia adalah ilmu pengetahuan yang berdasarkan pada fakta-fakta dan pemikiran-pemikiran para ahli. Oleh karena itu, ilmu kimia dapat menggunakan metode TGT. Salah satu materi dalam ilmu kimia adalah Hidrokarbon. Hidrokarbon merupakan salah satu materi pokok dalam pelajaran kimia yang penting untuk dipelajari karena berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, bersifat informatif, memerlukan pemahaman dan hafalan yang cukup dari siswa. Untuk itu perlu cara yang mudah dalam penyampaian materi Hidrokarbon kepada siswa yaitu dengan metode pembelajaran yang bervariasi agar siswa lebih aktif belajar dan tidak cepat merasa bosan.

Keberhasilan suatu pembelajaran selain ditentukan oleh faktor eksternal juga ditentukan oleh faktor internal. Metode pembelajaran, guru, bahan ajar, sarana dan prasarana merupakan faktor eksternal. Sedangkan faktor internal biasanya telah dimiliki dalam diri siswa yang meliputi bakat, minat, kemampuan awal, kreativitas, motivasi, keingintahuan dan kecerdasan siswa. Faktor internal yang akan diteliti dalam penelitan ini adalah kemampuan awal dan motivasi belajar siswa. Sebab dalam mempelajari materi Hidrokarbon dibutuhkan kemampuan prasyarat yang baik agar siswa mudah memahami materi Hidrokarbon yang baru diterima, disamping itu dalam menerapkan metode kooperatif TGT-TTS dan TGT-RI sangat diperlukan


(27)

commit to user

keaktivan agar diskusi atau kerja kelompok dapat berjalan lancar. Sebab siswa yang memiliki keaktifan tinggi lebih mudah mengeluarkan gagasan, memiliki dorongan rasa ingin tahu yang besar terhadap situasi atau permasalahan yang dihadapinya. Dengan demikian akan timbul aktivitas belajar siswa yang aktif dalam pembelajaran. Oleh sebab itu peneliti meninjau kemampuan awal dan motivasi belajar dalam penelitian ini.

Pada dasarnya setiap orang memiliki kepribadian yang khas misalnya individualis, kompetitif, dan kooperatif oleh karena itu setiap orang tidak akan memberikan respon yang sama pada suasana kerjasama (kooperatif). Dengan melihat kecenderungan–kecenderungan tersebut maka sangat dimungkinkan bahwa kemampuan awal siswa akan berpengaruh pada tinggi rendahnya tingkat pencapaian hasil belajar siswa. Siswa dengan kemampuan awal tinggi akan lebih mudah untuk menerima pelajaran. Sebaliknya siswa yang kemampuan awal rendah dimungkinkan prestasi belajarnya kurang karena siswa belum menguasai konsep – konsep dasar sebagai acuan untuk mempelajari materi baru.

Selain kemampuan awal, faktor motivasi belajar siswa juga mendukung keberhasilan suatu pembelajaran. Motivasi belajar dapat mendorong siswa untuk aktif dalam mengikuti proses pembelajaran, sebab siswa yang mempunyai motivasi belajar yang baik cenderung merasa ingin tahu lebih dalam materi yang disajikan oleh guru, kecenderungan memberikan orisinalitas gagasan-gagasan dalam mencoba memecahkan masalah yang dihadapi serta kritis dalam mengajukan pendapat-pendapat. Ironis sekali apabila guru dalam menyajikan materi hanya menggunakan model pembelajaran yang monoton sebagai akibatnya pola berpikir kreatif dalam diri setiap siswa tidak berkembang. Namun sangat disayangkan tingkat motivasi


(28)

commit to user

belajar siswa ini kurang mendapatkan perhatian oleh guru di SMA Negeri 1 Mojolaban. Guru dalam melaksanakan pembelajaran hanya berpusat pada guru, sehingga siswa menjadi pasif.

Persentase siswa di SMA Negeri 1 Mojolaban yang mencapai ketuntasan belajar pada mata pelajaran kimia masih rendah atau dibawah batas tuntas (62)., khususnya pada materi Hidrokarbon. Hal ini ditunjukkan pada tabel 1.1 persentase siswa yang mencapai ketuntasan belajar dua tahun terakhir pada rata-rata ulangan harian materi hidrokarbon tahun pelajaran 2007/2008 dan 2008/2009.

Tabel 1.1 Data nilai rata-rata ulangan harian hidrokarbon tahun pelajaran 2007/2008 dan 2008/2009

Tahun Ajaran Kelas Rata- rata nilai Hidrokarbon KKM Ketuntasan (%)

2007/2008 X-1 45,24 62 28,57

2007/2008 X-2 61,17 62 40,48

2007/2008 X-3 44,78 62 20

2008/2009 X-1 51,6 62 14,74

2008/2009 X-2 50,08 62 5

2008/2009 X-3 49,1 62 19,05

2008/2009 X-4 51,43 62 11,90

2008/2009 X-5 51,5 62 9,76

2008/2009 X-6 49,9 62 17,95

2008/2009 X-7 51,13 62 25

Sumber : Daftar nilai Ulangan harian materi Hidrokarbon kelas X SMA Negeri 1 Mojolaban tahun Pelajaran 2007/2008 dan 2008/2009.

Pada kelas X semester 2 materi yang diajarkan meliputi larutan elektrolit dan non elektrolit, reaksi oksidasi-reduksi dan senyawa hidrokarbon. Namun pada penelitian ini dilakukan pada materi Hidrokarbon. Materi ini mempunyai karakteristik berupa konsep dan hafalan. Materi ini masih dianggap oleh siswa kelas X SMA Negeri 1 Mojolaban sulit, hal ini dapat dilihat pada tabel 1.1 yang menunjukkan tidak lebih dari 50% yang mencapai ketuntasan minimal. Disamping itu, materi Hidrokarbon merupakan materi yang penting karena konsep-konsep dalam Hidrokarbon masih akan digunakan sebagai dasar dalam mempelajari materi


(29)

commit to user

selanjutnya sehingga diharapkan siswa mampu menguasai konsep-konsep yang diajarkan pada materi Hidrokarbon. Untuk mengatasi masalah tersebut maka perlu adanya penerapan metode pembelajaran yang sesuai untuk materi Hidrokarbon sehingga mampu meningkatkan prestasi belajar siswa.

Berdasar uraian di atas, peneliti mencoba menerapkan metode pembelajaran TGT-TTS dan TGT-RI ditinjau dari kemampuan awal dan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa. Penelitian dilakukan pada siswa kelas X semester 2 tahun pelajaran 2009/2010 di SMA Negeri 1 Mojolaban.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi beberapa permasalahan pada materi pokok Hidrokarbon sebagai berikut :

1. Belum semua guru SMA Negeri 1 Mojolaban mampu merancang skenario pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku dan menerapkan metode yang berorientasi pada student centered.

2. Mata pelajaran kimia masih disajikan secara abstrak dan belum menerapkan sistem pembelajaran yang kondusif.

3. Proses pembelajaran belum diselenggarakan secara kreatif dan inovatif sehingga guru belum menciptakan pembelajaran yang menarik bagi siswa, padahal telah dikembangkan pembelajaran yang menarik bagi siswa seperti

TTS, Ular Rangga, Roda Impian, Piramida.

4. Guru belum memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi dan menerapkan sesuai situasi dan kondisi siswa, padahal telah dikembangkan berbagai metode pembelajaran kimia yang sesuai dengan


(30)

commit to user

karakteristik siswa dan materi seperti STAD, TGT, NHT, TPS, Jigsaw, GI. 5. Perbedaan kondisi awal antar siswa seperti kemampuan awal, motivasi belajar,

kreativitas belajar dan aktivitas belajar belum diperhatikan oleh guru.

6. Masih banyak guru yang jarang melaksanakan pembelajaran kooperatif untuk meningkatakan pencapaian prestasi siswa.

7. Guru belum memperhatikan jenis permainan pada metode TGT yang dapat menyebabkan perbedaan prestasi belajar siswa.

8. Guru belum memperhatikan kemampuan awal siswa yang bervariasi. 9. Guru belum memperhatikan motivasi belajar siswa yang bervariasi.

10.Guru cenderung memberikan penilaian hanya pada aspek kognitif saja, padahal seharusnya penilaian mencakup kognitif, afektif, psikomotor.

11.Materi kimia yang disajikan pada kelas X adalah Struktur Atom, Sistem Periodik Unsur, Ikatan Kimia, Stoikiometri, Larutan Elektrolit, Reaksi Redoks, Hidrokarbon, dan Minyak Bumi diantara materi tersebut berkaitan, namun guru belum menunjukkan keterkaitannya.

C. Pembatasan Masalah

Penelitian harus mempunyai arah yang jelas dan pasti, sehingga perlu diberikan batasan masalah. Bedasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka pengkajian dan pembatasan masalah dititikberatkan pada :

1. Subyek Penelitian

Subyek penelitiannya adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Mojolaban semester genap.

2. Metode Pembelajaran


(31)

commit to user

pembelajaran kooperatif TGT menggunakan permainan TTS dan Roda Impian. 3. Kemampuan Awal

Kemampuan awal siswa dikatagorikan menjadi tinggi dan rendah. 4. Motivasi belajar

Motivasi belajar siswa dikategorikan menjadi tinggi dan rendah. 5. Prestasi Belajar Siswa

Prestasi belajar siswa yang diukur dalam penelitian ini ditinjau dari aspek kognitif dan afektif.

6. Materi Pokok

Materi yang diberikan dibatasi pada Hidrokarbon.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dalam penelitian ini dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. apakah ada pengaruh pembelajaran menggunakan metode TGT dengan permainan TTS dan Roda Impian terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok Hidrokarbon ?

2. apakah ada pengaruh kemampuan awal siswa tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar kimia pada materi pokok Hidrokarbon?

3. apakah ada pengaruh motivasi belajar siswa tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar kimia pada materi pokok Hidrokarbon?

4. apakah ada interaksi antara pembelajaran menggunakan metode TGT dengan permainan TTS dan Roda Impian dengan kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar kimia pada materi pokok Hidrokarbon?


(32)

commit to user

permainan TTS dan Roda Impian dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar kimia pada materi pokok Hidrokarbon?

6. apakah ada interaksi antara kemampuan awal siswa dengan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar kimia pada materi pokok Hidrokarbon?

7. apakah ada interaksi antara penggunaan metode TGT , kemampuan awal siswa dan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar kimia pada materi pokok Hidrokarbon?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah tersebut di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. pengaruh pembelajaran menggunakan metode TGT dengan permainan TTS dan Roda Impian terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok Hidrokarbon. 2. pengaruh kemampuan awal siswa tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar

kimia pada materi pokok Hidrokarbon.

3. pengaruh motivasi belajar siswa tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar kimia pada materi pokok Hidrokarbon.

4. interaksi antara pembelajaran menggunakan metode TGT dengan permainan TTS dan Roda Impian dengan kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar kimia pada materi pokok Hidrokarbon.

5. interaksi antara pembelajaran menggunakan metode TGT dengan permainan TTS dan Roda Impian dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar kimia pada materi pokok Hidrokarbon.

6. interaksi antara kemampuan awal siswa dengan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar kimia pada materi pokok Hidrokarbon.


(33)

commit to user

7. interaksi antara pembelajaran menggunakan metode TGT dengan kemampuan awal siswa dan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar kimia pada materi pokok Hidrokarbon.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk menberikan : 1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai masukan guna memperluas wawasan bagi guru dalam memilih model pembelajaran.

b. Sebagai bahan rujukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya kimia.

c. Menambah khasanah karya ilmiah dalam mata pelajaran kimia. 2. Manfaat Praktis

a. Hasil Penelitian ini dapat dijadikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi sekolah dalam rangka perbaikan dan peningkatan proses belajar mengajar. b. Masukan kepada guru maupun tenaga kependidikan lainnya agar lebih mencermati dalam menentukan metode pembelajaran sehingga mencapai tujuan dengan baik. Sebagai contoh dalam penerapan model pembelajaran kooperatif metode TGT-TTS dan TGT-RI.


(34)

commit to user BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Pembelajaran kimia

Menurut Poerwadarminta (1984: 22) istilah “pembelajaran” sama dengan “pengajaran”. Pengajaran mempunyai arti : cara (perbuatan) mengajar atau mengajarkan. Menurut Alvin W. Howard, pembelajaran adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah atau mengembangkan ketrampilan, sikap, cita-cita, penghargaan dan pengetahuan. (Slameto, 2003:32) direncanakan oleh guru untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Menurut Murshell, pembelajaran digambarkan sebagai “mengorganisasikan belajar”, sehingga dengan mengorganisasikan itu, belajar menjadi berarti atau bermakna bagi siswa. (Slameto, 2003:32). pembelajaran adalah suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar (Sardiman A.M., 1994:46-47).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat siswa belajar yaitu dengan bertambahnya pengetahuan atau perubahan tingkah laku pada dirinya dan suatu usaha untuk menciptakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya kegiatan belajar bagi para siswa.

a. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya. Belajar


(35)

commit to user

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan dan perilaku individu. Menurut Mohammad Joko Susilo (2007 : 165), “ belajar yaitu keaktifan siswa dan motivasi siswa untuk mengembangkan kompetensi, tata nilai, sikap, dan kemandirian”. Dalam belajar siswa diharapkan mengalami perubahan tingkah laku dari aktivitas yang dialami siswa pada proses pembelajaran sehingga dalam diri siswa timbul motivasi yang dapat mengembnagkan pengetahuan, ketrampilan, nilai, dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir. ”Aktivitas belajar sangat berkaitan dengan fungsi otak. Perkembangan dan cara kerja fungsi otak dipengaruhi oleh hasil interaksi dengan objek belajar atau lingkungan” ( Muhibbin Syah, 2005: 89). Dalam hal ini seorang siswa dapat belajar bagaimana caranya belajar dari pengalaman belajar yang dialami. Pengalaman belajar adalah interaksi antara subjek belajar dengan objek belajar, misalnya siswa mengerjakan tugas, melakukan pemecahan masalah, mengamati suatu gejala, percobaan dan lain-lain.

b. Teori – teori Belajar

Banyak teori belajar yang telah disusun oleh para ahli namun tidak dapat dikatakan bahwa hanya satu teori yang paling tepat. Setiap teori mempunyai keunggulan dan kelemahan masing-masing sehingga dalam pelaksanaannya perlu menggabungkan beberapa teori agar saling melengkapi. Beberapa teori yang dapat kita jadikan acuan pada penelitian ini antara lain:

1). Teori Belajar Konstruktivisme

Menurut Von Glaserfelt dalam Paul Suparno (1997 : 18),” Kontruktivis adalah konstruksi kita sendiri”. Menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan (Asri Budiningsih, 2005: 58).


(36)

commit to user

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, tetapi siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan dalam diri mereka sendiri. Pengetahuan dibangun dalam pikiran (dikonstruksi) dari hasil interpretasi atau suatu gejala, sehingga pengetahuan sangatlah dipengaruhi oleh pola pikir siswa itu sendiri. Siswa harus dibiasakan untuk memecahkan masalah dan menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya. Oleh karena itu, agar peserta didik benar-benar memahami, mereka harus bekerja keras untuk memecahkan masalah dan kesulitan yang ada dengan ide-ide dan kemampuannya.

Paul Suparno (1997 : 28),” belajar merupakan proses mengkonstruksi (membangun) pengetahuan melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungan sehingga diperlukan keaktifan dari masing – masing siswa”. Belajar merupakan pembentukan pengetahuan yang dilakukan oleh sipembelajar, siswa harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal- hal yang dipelajari. Paradigma konstruktivistik memandang siswa sebagai pribadi yang sudah memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu, sehingga kemampuan awal tersebut akan menjadi dasar dalam mengkontruksi pengetahuan yang baru.

Von Galserfeld dalam Paul, S. (1997: 60), berpendapat bahwa ada beberapa kemmapuan yang diperlukan dalam proses mengkontruksi pengetahuan yaitu : ” a). Kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengetahuan; b). Kemampuan membandingkan dan mengambil keputusan akan kesamaan dan perbedaan; c). Kemampuan untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari pada yang lain”.


(37)

commit to user

sendiri otak siswa sebagai mediator, yaitu memproses masukan dari dunia luar dan menentukan apa yang mereka pelajari. Pembelajaran merupakan kerja mental aktif, bukan menerima pengajaran dari guru secara pasif. Dalam kerja mental siswa, guru memegang peranan penting dengan cara memberikan dukungan, tantangan berpikir, melayani sebagai pelatih atau model, namun siswa tetap merupakan kunci pembelajaran.

Para ahli konstruktivis menyatakan bahwa belajar melibatkan konstruksi pengetahuan saat pengalaman baru diberi makna oleh pengetahuan terdahulu. Persepsi yang dimiliki oleh siswa mempengaruhi pembentukan persepsi baru. Siswa menginterpretasi pengalaman baru dan memperoleh pengetahuan baru berdasar realitas yang telah terbentuk di dalam pikiran siswa.

Menurut Mordechai Gordon dalam jurnalnya yang berjudul

Between Constructivism and Connectedness ”(2008: 325):

“ Thus, constructivist teacher education programs typically agree on the following four principles formulated: a). Constructivist learning is about constructing knowledge, not receiving it.; b). Constructivist learning is about understanding and applying, not recall.; c). Constructivist learning is about thinking and analyzing, not accumulating and memorizing; d). Constructivist learning is about being active, not passive.

Berdasarkan pengertian diatas, program pendidikan guru menyetujui tipe pembelajaran konstrutivisme yang terdiri dari empat prinsip antara lain : a). Pembelajaran kontruktivis merupakan pembelajaran yang bersifat membangun pengetahuan dan bukan menerima pengetahuan, b). pembelajaran kontruktivis berupa pengertian dan penerapan konsep bukan penarikan kesimpulan, c). Pembelajaran kontruktivis merupakan membelajaran untuk berpikir dan menganalisis bukan untuk mengumpulkan dan menghafalkan pengetahuan, d).


(38)

commit to user

Pembelajaran kontrunstivis merupakan pembelajaran yang bersifat aktif bukan pembelajaran yang bersifat pasif.

Pembelajaran kontruktivis merupakan pembelajaran yang membangun atau membentuk pengetahuan itu dari dalam diri siswa berdasarkan pengalaman yang dialami. Dengan pengalaman yang dimiliki maka penerapan konsep untuk membetuk pengetahuan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari – hari. Selain itu dalam pembelajaran kontruktivisme merupakan pembelajaran untuk berpikir dan menganalisis pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman (pelajaran kimia khususnya materi Hidrokarbon) dari pembelajaran yang bersifat abstrak menjadi konkrit sehingga siswa benar – benar mengerti dan paham materi Hidrokarbon dan siswa tidak menghafal konsep materi Hidrokarbon dalam belajar. pembelajaran konstruktivisme siswa dituntut aktif dalam belajar sehingga dengan keaktifan itu siswa lebih cepat dalam memperoleh pengetahuan.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa implikasi dari teori belajar konstruktivistik ini adalah aktivitas siswa dalam mengkontruksi pengetahuannya sendiri, sehingga siswa akan terbiasa dan terlatih untuk berpikir sendiri, memecahkan masalah yang dihadapinya, aktif, mandiri, kritis, kreatif dan mampu mempertanggung jawabkan pemikirannya secara rasional.

2). Teori Belajar Kognitif

Menurut Asri Budiningsih ( 2005 :51), ” belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat dialami dan diukur”. Berdasarkan uraian diatas setiap orang telah memiliki pengetahuan dan pemahaman yang telah tertata dalam bentuk struktur kognitif yang dimilikinya. Proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran atau informasi baru


(39)

commit to user

beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang. Teori psikologi kognitif memandang belajar sebagai proses pemfungsian unsur – unsur kognisi terutama pikiran untuk mengenal dan memahami stimulus dari luar. Hal ini berarti aktivitas belajar ditentukan pada proses internal dalam berpikir yakni pengolahan informasi. Prinsip – prinsip teori kognitif dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut : a). siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya. Mereka mengalami perkembangan kognitif melalui tahap – tahap tertentu; b). anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik, terutama jika menggunakan benda – benda konkrit; c). keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar sangat penting karena hanya dengan mengaktifkan siswa maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik; d). untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengaitkan pengalaman dan informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki si pembelajar; e). pemahaman dan retensi akan meningkat jika materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari sederhana ke komplek; f). belajar memahami akan lebih bermakna daripada belajar meghafal; g). adanya perbedaan individu pada diri siswa perlu diperhatikan karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan siswa. Teori yang termasuk dalam teori kognitif antara lain :

a). Teori perkembangan Piaget

Piaget adalah ahli psikologi ynag pertama menggunakan filsafat konstruktivis dalam proses belajar. Piaget menjelaskan bagaimana proses pengetahuan seseorang dalam teori perkembangan intelektual yaitu berpikir konkrit ke abstrak. Menurut Piaget perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik,


(40)

commit to user

yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf. Semakin bertambah umurnya maka kemampuan seseorang akan semakin meningkat. Piaget tidak melihat perkembangan kognitif sebagai sesuatu yang dapat didefinisikan secara kuantitatif. Ia menyimpulkan bahwa daya pikir atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula kualitatifnya. Piaget membagi tahap – tahap perkembangan kognitif menjadi empat yaitu : (1). Tahap sensorimotor ( umur 0-2 tahun) yaitu pertumbuhan kemampuan anak tampak dari kegiatan motorik dan persepsinya yang sederhana; (2). Tahap Preoperasional ( umur 2- 7/8 tahun) yaitu anak telah mampu menggunakan bahasa dalam mengembangkan konsepnya walaupun masih sangat sederhana; (3). Tahap Oerasional konkret ( umur 7/8-12/12 tahun) yaitu ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah pada penggunaan aturan – aturan yang jelas dan logis dan ditandai adanya reversible dan kekekalan. Anak telah memiliki kecakapan berpikir tetapi hanya dengan benda – benda yang bersifat konkret dan masih memiliki masalah mengenai cara berpikir abstrak; (4). Tahap opersional fornal ( umur 11/12-18 tahun) yaitu pada tahap ini anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola pikir ” kemungkinan”.

Skema merupakan suatu struktur mental atau kognitif yang dengan seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya. Menurut piaget, adaptasi adalah proses penyesuaian skema dalam merespon lingkungan melalui asimilasi dan akomodasi. Asimilasi merupakan proses kognitif yang dengan seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep, ataupun pengalaman baru kedalam skema atau pola yang sudah ada di dalam pikirannya. Akomodasi merupakan proses pengintegrasian stimulus baru kedalam skema yang telah


(41)

commit to user

terbentuk secara tidak langsung. Selanjunya dalam proses perkembangan kognitif seseorang diperlukan keseimbangan antara antara asimilasi dan akomodasi.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa materi yang diajarkan harus sesuai tingkat perkembangan kognitif siswa yang tergolong pada tingkat operasional konkrit sehingga konsep diwujudkan dalam bentuk konkrit.

b) Teori Vygotsky

Teori perkembangan kognitif yang dinyatakan oleh Vygotsky mengembangkan pemahaman pada hakekat sosiokultural dari pembelajaran di mana pebelajar tinggal yakni interaksi sosial melalui dialog dan komunikasi verbal. Vygotsky memperkenalkan gagasan Zone Proximal Development (ZPD). Menurut Vygotsky bahwa pembelajaran terjadi apabila siswa bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas tersebut masih berada dalam jangkauan kemampuan siswa, atau tugas-tugas itu berada dalam ZPD siswa, yaitu tingkat perkembangan intelektual yang sedikit lebih tinggi di atas perkembangan intelektual siswa yang dimiliki saat ini. Vygotsky membedakan antara perkembangan dengan belajar. Belajar tidak sama dengan perkembangan tetapai belajar terkait dengan perkembangan, yakni belajar dapat menyebabkan terjadinya proses perkembangan intelektual. Vygotsky memberikan batasan tentang teori perkembangan ZPD, yakni sebagai berikut : jarak antara tingkat perkembangan sesungguhnya didefinisikan sebagai kemampuan memecahkan masalah secara mandiri dan tingkat perkembangan potensial yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau melalui kerjasama dengan teman sebaya yang lebih mampu. Vygotsky sangat yakin bahwa ”kemampuan yang tinggi pada umumnya akan muncul dalam dialog atau kerjasama


(42)

commit to user

antar individu siswa, sebelum kemampuan yang lebih tinggi itu diserap ke dalam individu siswa”(Slavin, 1995:4). Ada dua hal yang ditekankan dalam teori Vygotsky, yakni :

”(1). Menghendaki setting kelas dengan pembelajaran yang berorientasi pada pembelajaran kooperatif, sehingga siswa dapat berinteraksi dengan sekelompok temannya dalam tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif di dalam masing-masing ZPD-nya; (2). Menekankan tentang scafolding, yang artinya memberikan kepada seorang siswa bantuan belajar dan pemecahan masalah pada tahap-tahap awal pembelajaran yang kemudian mengurangi bantuan itu dan memberikan kepada siswa untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia dapat melakukannya. Bantuan yang diberikan siswa dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan, menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan, memberikan contoh, atau apaun yang lain yang memungkinkan siswa tumbuh secara mandiri ”(Slavin, 1994 : 49).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa implikasi utama dari teori Vygostky terhadap pembelajaran adalah kemampuan untuk mewujudkan tatanan pembelajaran kooperatif dengan dibentuk kelompok – kelompok belajar yang mempunyai tingkat kemampuan berbeda dan penekanannya dalam pembelajaran supaya siswa mempunyai tanggung jawab terhadap belajar.

3). Teori Belajar bermakna dari Ausubel

Belajar merupakan asimilasi yang bermakna bagi siswa. Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa dalam bentuk struktur kognitif. Oleh karena itu diperlukan suatu upaya untuk mengorganisasi isi atau materi pelajaran serta penataan kondisi pembelajaran agar dapat mempermudah proses asimilasi pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif orang yang belajar. Ausubel berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan potensi kognitif siswa melalui proses belajar yang bermakna. Inti dari teori belajar bermakna Ausubel adalah proses belajar akan mendatangkan hasil atau bermakna


(43)

commit to user

kalau guru dalam menyajikan materi pelajaran yang baru dapat menghubungkannya dengan konsep yang relevan yang sudah ada dalam struktur kognisi siswa.

Menurut Ausubel dalam Ratna Willis Dahar ( 1989: 117) teori belajar bermakna menerapkan prinsip – prinsip sebagai berikut: “Pengatur awal ( Advance organizer), Diferensiasi progresif, Rekonsilasi integratif, dan Belajar superordinat” . a) Pengatur awal: Penyampaian awal tentang materi yang akan dipelajari siswa dan menolong mereka untuk mengingat kembali informasi - informasi yang berhubungan yang dapat digunakan dalam membantu menanamkan pengetahuan baru sehingga diharapkan siswa secara mental akan siap untuk menerima materi kalau mereka mengetahui sebelumnya materi apa yang akan disampaikan guru. Contoh: handout sebelum perkuliahan, b) Diferensiasi progresif: Materi pelajaran yang disampaikan guru hendaknya bertahap. Diawali dengan guru mengajarkan konsep – konsep yang umum dulu, kemudian dilanjutkan ke hal-hal yang khusus, disertai dengan contoh-contoh, sebagai contoh dalam pembelajaran ilmu kimia pada materi hidrokarbon terlebih dahalu menjelaskan senyawa karbon dengan menunjukan mengapa senyawa itu disebut senyawa karbon, kemudian menjelaskan ada dua macam senyawa karbon yaitu senyawa alifatik dan senyawa aromatik hal ini dijelaskan berdasarkan perbedaannya, kemudian senyawa alifatik diturunkan menjadi beberapa golongan yaitu senyawa hidrokabon dan senyawa karbon kation. Kemudian hidrokarbon diperinci menjadi deret homolog alkana, alkena, dan alkuna berdasarkan sifat – sifatnya. Kemudian untuk deret homolog diberikan contoh – contoh yang terdapat dalan kehidupan sehari – hari, c) Rekonsilasi integratif: Penjelasan yang diberikan oleh guru tentang kesamaan dan perbedaan konsep-konsep yang telah mereka ketahui dengan konsep-konsep yang baru saja dipelajari, d)


(44)

commit to user

Belajar superdinat: terjadi bila konsep - konsep yang telah dipelajari sebelumnya dikenal sebagai unsur – unsur dari suatu konsep yang lebih luas.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa implikasi utama dari teori belajar bermakna adalah proses belajar akan mendatangkan hasil atau makna kalau guru dalam menyajikan materi pelajaran yang baru dapat menghubungkannya dengan konsep yang relavan yang sudah ada dalam struktur kognisi siswa. Materi yang diajarkan harus berhubungan dengan materi sebelumnya. Disamping itu kesesuaian teori Ausubel dengan metode TGT-TTS dan TGT-RI adalah kedua metode tersebut konsep bermakna secara logis dalam belajar yang dilandasi oleh pengatahuan dan pengalaman terdahulu, sehingga siswa dapat mengaitkan pengetahuan lama tersebut terhadap informasi – informasi baru dan selanjutnya dapat menarik kesimpulan untuk dijadikan suatu fakta, konsep yang baru. Konsep baru ini digunakan sebagai pengetahuan lama dalam mempelajari materi baru. 4). Teori Pemrosesan informasi Gagne

Asumsi yang menyadari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase (Ratna Wilis Dahar, 1989 : 141) yaitu ”delapan tahapan tersebut adalah: (1) motivasi; (2) pemahaman; (3) pemerolehan; (4) penyimpanan; (5) ingatan kembali; (6) generalisasi; (7) perlakuan dan (8) umpan balik”. Dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa implikasi utama dari teori pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi – kondisi internal dan


(45)

commit to user

kondisi – kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran berupa metode pembelajaran dan media pembelajaran.

5).Teori Motivasi

Motivasi merupakan salah satu cabang ilmu yang berhubungan dengan tingkah laku manusia. Tingkah laku manusia dari periode yang satu berbeda dari periode yang lain begitu pula dari daerah ynag satu berbeda dari daerah yang lain. Perbedaan ini disebabkan adanya perbedaan pandangan hidup manusia itu sendiri dan perbedaan pandangan hidup manusia atas manusia. Perspektif motivasional terdiri atas belajar secara kerjasama yang berfokus kepada tujuan atau penghargaan kepada siswa yang berkooperatif. Deutsch (1949) dalam Slavin (1995: 16), mengidentifikasikan tiga tujuan kooperatif yaitu:

” a). kooperatif yang berorientasi kepada pencapaian tujuan orang lain; b). kooperatif yang bersifat perseorangan, yaitu berorientasi bukan untuk orang lain; c). struktur kerjasama yang menciptakan suatu situasi dimana satu-satunya jalan agar tercapainya tujuan dirinya sendiri adalah dengan mensukseskan tujuan dari kelompoknya dahulu”.

Oleh karena itu mereka harus saling membantu antar anggota kelompoknya dan yang lebih penting adalah mereka harus berusaha secara maksimal untuk mensukseskan tujuan kelompoknya. Dengan kata lain, memberi penghargaan kelompok berdasarkan pada pencapaian kelompok (atau penjumlahan pencapaian individu) menciptakan suatu struktur hubungan penghargaan antar pribadi di mana anggota kelompok akan memberi atau menahan sosial reinforcers ( seperti dorongan dan pujian) sebagai hubungan atasusaha antar anggota kelompok .


(46)

commit to user

6). Teori Belajar Sosial

Teori belajar sosial adalah perluasan dari teori belajar perilaku yang tradisional. Teori ini dikembangkan oleh Albert Bandura (1969). Teori ini menerima sebagian besar prinsip-prinsip teori belajar perilaku, tetapi memberikan lebih banyak penekanan pada efek-efek dari isyarat-isyarat dari perilaku, tetapi memberikan lebih banyak penekanan pada efek-efek dari isyarat-isyarat pada perilaku dan pada proses-proses mental internal.

Lebih jauh Bandura ( 1977 ) dalam Ratna Wilis Dahar (1989 : 27), menjelaskan bahwa “manusia itu tidak didorong oleh kekuatan-kekuatan dari dalam dan juga tidak dipukul oleh stimulus-stimulus lingkungan”. Fungsi psikologi diterangkan sebagai interaksi yang kontinu dan timbal balik dari determinan - determinan pribadi dan determinan - determinan lingkungan. Pernyataan ini didapatkan dari studi awal yang mula-mula dilakukan oleh Bandura yang menemukan peranan model tingkah laku dalam belajar tingkah laku pro sosial dan juga tingkah laku anti sosial.

Menurut Bandura (1977) dalam William Crain (2007 : 304), ada empat komponen pada proses belajar lewat pengamatan (observasi) yang dapat dilihat dalam gambar 2.1.

Gambar 2. 1. Analisis Belajar Observasional

a) Proses Perhatian (Attention)

Pada fase ini siswa memberikan perhatian kepada suatu model. Model – model yang menarik, berhasil menimbulkan minat dan popular biasanya banyak

Peristiwa Penampilan

Model

Proses Perhatian

Proses Retensi

Proses Reproduksi

Proses Motivasi


(47)

commit to user

menarik perhatian siswa. Dalam kelas, guru mmeperoleh perhatian dari para siswa jika guru menyajikan isyarat- isyarat yang jelas dan menarik menggunakan hal – hal baru, aneh atau tak terduga dengan memotivasi para siswa agar menaruh perhatian ( misalnya dengan berkata, ”dengarkanlah baik – baik, ini akan muncul dalam ujian minggu depan”).

b. (Proses Mengingat (Retention)

Pada fase ini siswa mencoba menyajikan simbol-simbol (disebut dengan proses pengkodean simbolis) dari penapilan si model, lalu mengorganisasikan secara kognitif dalam sistem ingatannya untuk diubah menjadi kode-kode visual dan

verbal, lalu menyimpan kode – kode tersebut dalam ingatan untuk digunakan b) Proses Reproduksi Motorik (Motoric Reproduction)

Pada fase ini kode-kode simbolik verbal dan visual dalam memori dibangkitkan untuk membimbing penampilan perilaku. Seperti halnya proses mengingat, proses ini dipengaruhi oleh tingkat perkembangan individu. Fase ini memungkinkan model atau guru melihat apakah komponen-komponen suatu urutan perilaku telah dikuasai siswa atau belum.

Agar siswa berhasil dalam belajarnya, maka perlulah memperhatikan prinsip-prinsip belajar. Beberapa prinsip-prinsip belajar diantaranya adalah sebagai berikut: a) Belajar perlu memiliki pengalaman dasar; b) Belajar harus memiliki tujuan yang terarah; c) Belajar memerlukan situasi yang problematis, yang akan membangkitkan motivasi belajar; d) Belajar harus memiliki tekad dan kemauan yang keras dan tidak mudah putus asa; e)Belajar memerlukan bimbingan, arahan serta dorongan; f) Belajar memerlukan latihan; g) Belajar memerlukan metode yang tepat; h) Belajar membutuhkan waktu dan tempat yang tepat.


(48)

commit to user

Dengan memahami pengertian belajar dengan benar dan memahami prinsip-prinsip belajar, maka seorang guru dapat merencanakan metode pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan disesuaikan dengan karakter siswa yang diajar.

2. Pembelajaran kooperatif a. Pengertian pembelajaran kooperatif

Menurut teori konstruktivis pembelajaran kooperatif berdasar atas teori bahwa “siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah itu dengan temannya” (Slavin, 1995: 5). Dalam hal ini pembelajaran konstruktivis menekankan dan menitikberatkan pada bagaimana persiapan siswa untuk memecahkan masalah dalam situasi yang ambigu sehingga dalam kondisi tersebut siswa dapat bekerja sama saling membantu dalam stu kelompok. Menurut Effandi Zakaria and Zanaton Iksan dalam jurnalnya yang berjudul

Promoting Cooperatif Learning in Scince and Mathematic Education : A Malaysian Perspectif” (2006:2)

“ Cooperative learning is grounded in the belief that learning is most effective when students are actively involved in sharing ideas and work cooperatively to complete academic tasks. Cooperative learning has been used as both an instructional method and as a learning tool at various levels of education and in various subject areas.”

Pembelajaran kooperatif berdasarkan atas kepercayaan bahwa pembelajaran yang paling efektif ketika siswa terlibat aktif dalam mengeluarkan pendapat dan bekerja sama untuk menyelesaikan tugas akademik. Pembelajaran kooperatif menggunakan perpaduan antara metode pembelajaran dan alat atau media pembelajaran.


(49)

commit to user

pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang silih asuh (saling tenggang rasa) untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan”. Dalam hal ini pembelajaran pembelajaran koopertif merupakan strategi belajar dengan jumlah kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda dan dalam menyelesaikan tugas kelompok setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memamahi materi pelajaran. Menurut Isjoni ( 2007: 12)“ pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran“.

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar yang menekankan siswa belajar dalam kelompok heterogen campuran yang beranggotakan 4 sampai 5 siswa. Kelompok heterogen meliputi tingkat kemampuan akademik, jenis kelamin, suku/ras, dan status sosial. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil dan memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama, berinteraksi satu dengan yang lainnya, saling membantu untuk memahami suatu bahan pelajaran. Siswa berprestasi tinggi akan memperoleh pengetahuan lebih karena sebagai tutor dan siswa yang berprestasi kurang akan mengalami peningkatan pengetahuannya.

Berdasarkan uraian di atas, maka pembelajaran kooperatif dapat diartikan sebagai suatu bentuk belajar bersama dalam sebuah tim atau kelompok belajar dan para anggota dalam kelompok bekerja secara bersama-sama untuk mencapai tujuan yang sama yang telah ditetapkan sebelumnya.


(50)

commit to user

Roger dan David Johnson dalam Anita Lie (2004: 31) mengatakan bahwa “tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning”. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran kooperatif harus diterapkan yaitu:

1) Saling Ketergantungan Positif

Dalam bekerja kelompok setiap anggota bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang lain bisa berhasil sehingga guru harus menciptakan suasana yang mendorong agar siswa saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang disebut saling ketergantungan positif.

2) Tanggung Jawab Perseorangan

Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Dalam cooperative learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik karena penilaian dilakukan secara sendiri dan kelompok. Nilai kelompok dibentuk dari “sumbangan” setiap anggota. Untuk menjaga keadilan, setiap anggota menyumbangkan poin di atas nilai rata-rata mereka. Ini berarti setiap siswa berprestasi tinggi atau rendah, mempunyai kesempatan untuk memberikan kontribusi. Siswa yang berprestasi tinggi tidak merasa dirugikan karena nilai yang disumbangkan adalah sisa dari nilai rata-ratanya. Sedang siswa yang berprestasi kurang akan terpacu untuk meningkatkan kontribusi mereka sehingga dapat menaikkan nilai pribadi mereka sendiri.

3) Tatap Muka

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegaiatan ini akan memberikan keuntungan bagi anggota kelompok karena siswa akan memperoleh sumber belajar yang bervariasi.


(51)

commit to user

4) Komunikasi antar Anggota

Pembelajaran kooperatif membutuhkan suatu komunikasi yang efektif dan positif tanpa menyinggung perasaan anggota yang lain. Komunikasi yang baik antar anggota sangat diharapkan demi tercapainya tujuan bersama.

5) Evaluasi Proses Kelompok

Guru perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

Pembelajaran kooperatif dibedakan menjadi beberapa model yaitu: a) Student Team Achievement Divisions (STAD); b) Teams Games Tournaments (TGT); c) Jigsaw; d) Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC); e) Team Accelerated Instruction (TAI). Selain itu ada juga metode belajar lain masih juga dikembangkan dan dipelajari yaitu : a) Group Investigation; b) Learning Together; c) Complex Instruction; d) Structural Dyadic Methods (Slavin, 1995: 5).

Metode kooperatif mempunyai kelebihan-kelebihan dibandingkan metode lain, yaitu: a) Meningkatkan kemampuan siswa; b) Meningkatkan rasa percaya diri; c) Menumbuhkan keinginan untuk menggunakan keahlian dan pengetahuan; d) Memperbaiki hubungan antar kelompok. Disamping itu ada juga kelemahannya, yaitu: a) Memerlukan persiapan yang rumit untuk melaksanakannya; b) Bila terjadi persaingan negatif, maka hasilnya akan buruk. Menurut Robyn M. Gillies dalam jurnalnya yang berjudul

The Effects of Cooperative Learning on Junior High School Students’ Behaviour Discourse and Learning During a Science-Based Learning Activity” (2008: 332) :


(52)

commit to user

members realize that they are required to contribute and to assist others to do likewise. It also includes ensuring that students are taught the interpersonal and small-group skills that are required to help students communicate effectively with their peers, manage conflict, allocate resources fairly and make decisions democratically. When these elements have been embedded into the small group structure, students are more likely to feel included and accepted as part of the ‘group’, and this, in turn, provides the impetus for them to feel motivated to achieve and contribute to both their own and the group’s goals” .

Termasuk memastikan bahwa tugas kelompok diadakan agar para siswa menyadari bahwa mereka saling menbutuhkan sumbangan dalam berpikir dan saling membantu satu sama lain. Hal ini juga memastikan bahwa mereka juga berhubungan antar pribadi dan kelompok kecil lainnya. Dengan keahlian itu, dibutuhkan komunikasi secara efektif dengan teman sebaya untuk mengurangi perselisihan dan membuat keputusan secara demokratis. Bila unsur ini telah ditanamkan ke struktur kelompok kecil maka siswa akan masuk dan menerima sebagai bagian dari ‘group’ itu. Untuk Selanjutnya, siswa akan terdorong untuk merasakan motivasi dalam berperan dan mencapai tujuan belajar dari dalam diri siswa maupun dari kelompoknya.

3. Pembelajaran Kooperatif TGT

Dalam penelitian ini menggunakan pembelajaran kooperatif TGT. TGT dikembangkan pertama kali oleh David De Vries dan Keith Edward (Slavin, 1995: 6). Beberapa komponen dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif TGT, yaitu: a. Presentasi Kelas

Presentasi kelas digunakan guru untuk memperkenalkan materi pelajaran dengan pengajaran langsung atau diskusi ataupun presentasi audiovisual. Guru menyebutkan konsep-konsep yang harus dipelajari, memberikan cerita singkat untuk pendahuluan mengenai materi yang akan diajarkan dalam kehidupan sehari-hari.


(53)

commit to user

Bedanya presentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah bahwa presentasi tersebut haruslah benar-benar berfokus pada unit TGT. Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu mereka mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis mereka menentukan skor tim mereka.

b. Tim

Tim terdiri atas 4 atau 5 siswa. Anggota mewakili kelompok yang ada di kelas dalam hal kemampuan akademik dan jenis kelamin. Setelah guru memberikan poin-poin materi secara garis besar, kegiatan tim adalah diskusi antar anggota, saling membandingkan jawaban dan mengoreksi miskonsepsi anggota kelompok. Tim merupakan komponen terpenting dalam pembelajaran kooperatif metde TGT. Selama belajar dalam tim masing-masing siswa bertugas untuk mempelajari lembar kerja yang diberikan oleh guru dan saling membantu apabila ada teman sekelompoknya yang belum menguasai materi pelajaran.

c. Permainan

Permainan disusun untuk menguji pengetahuan yang dicapai siswa dan biasanya disusun dalam pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan materi dalam presentasi kelas dan latihan lain. Permainan dalam pembelajaran kooperatif dengan TGT dapat berupa permainan yang mudah dan banyak dikenal. Dalam penelitian ini permainan yang digunakan adalah Teka-Teki Silang (Cross Word) dan Roda Impian (Wheel of Fortune).

d. Tournament

Tournament adalah saat dimana permainan berlangsung dan dilaksanakan setelah guru memberikan presentasi kelas dan setiap tim telah melaksanakan kerja


(1)

commit to user

dieroleh harga p-value sebesar 0,020 atau lebih kecil dari 0,05, ini menunjukkan ada interaksi antara metode TGT-TTS dan TGT-RI, kemampuan awal dan motivasi siswa terhadap prestasi belajar afektif siswa. Dalam hal afektif metode TGT-RI juga lebih unggul dibandingkan metode TGT-TTS. Namun perbdaan ini sangat signifikan. Hal ini dapat dilihat nilai rata- rata afektif yang diberi pembelajaran menggunakan metode RI yaitu 101,33 sedangkan nilai rata- rata metode TGT-TTS yaitu 97,163. Metode TGT-TGT-TTS dan TGT-RI memberikan respon yang baik kepada siswa dalam bekerjasama, berkomunikasi sehingga membuat siswa tertarik dalam materi pokok Hidrokarbon.

E. Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini terdapat keterbatasan yaitu terkendala dengan waktu. Dalam model pembelajaran kooperatif seharusnya dibutuhkan waktu yang cukup panjang untuk menuntaskan dari langkah awal sampai langkah akhir. Sehingga jalannya proses pembelajaran yang seharusnya menyesuaikan dengan pencapaian tujuan pembelajaran, namun kenyataannya justru berjalan menyesuaikan waktu.


(2)

commit to user

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan kajian teori dan didukung adanya hasil analisis serta mengacu pada perumusan masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Model pembelajaran kooperatif menggunakan metode pembelajaran TGT menggunakan permainan teka – teki silang dan metode TGT menggunakan permainan roda impian .memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif pada materi Hidrokarbon. Metode pembelajaran TGT dengan Roda Impian lebih baik daripada metode pembelajaran TGT dengan Teka-Teki Silang. Hal ini ditunjukkan dari hasil analisis variansi GLM untuk prestasi belajar kognitif diperoleh harga p-value 0,026, sedangkan untuk prestasi belajar afektif nilai p-value 0,010 atau kurang dari 0,05 yang menolak hipotesis nol.

2. Kemampuan awal siswa memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar kognitif siswa pada materi hidrokarbon. Hal ini ditunjukkan dari hasil análisis variansi GLM diperoleh harga p-value 0,007 atau kurang dari 0,05 yang menolak hipotesis nol. Siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi mempunyai rata- rata hasil belajar kognitif 72,70 atau lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah yakni 70,90, sedangkan kemampuan awal tidak memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar afektif.


(3)

commit to user

3. Motivasi belajar siswa memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar kognitif pada materi hidrokarbon. Siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi memiliki prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. Hal ini dapat ditunjukkan dari hasil analisis GLM diperoleh harga p-value 0,000 atau kurang dari 0,05 yang menolak hipotesis nol. Siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi, rerata hasil belajr kognitif sebesar 75,46 atau lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah yakni 71,19. Sedangkan motivasi belajar tidak memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar afektif.

4. Tidak ada interaksi antara siswa yang diberi metode pembelajaran baik melalui metode TGT-TTS maupun TGT-RI dengan kemampuan awal siswa baik terhadap prestasi belajar kognitif maupun afektif. Hal ini ditunjukkan dari hasil análisis variansi GLM diperoleh harga p-value prestasi belajar kognitif dan afektif berturut – turut adalah 0,731 dan 0,970 atau lebih besar dari 0,05 yang artinya menerima hipótesis nol.

5. Tidak ada interaksi antara siswa yang diberi metode pembelajaran baik melalui metode TGT-TTS maupun TGT-RI dengan motivasi belajar siswa baik terhadap prestasi belajar kognitif maupun afektif. Hal ini ditunjukkan dari hasil análisis variansi GLM diperoleh harga p-value prestasi belajar kognitif dan afektif berturut – turut adalah 0,740 dan 0,069 atau lebih besar dari 0,05 yang artinya menerima hipótesis nol.

6. Tidak ada interaksi antara siswa yang memiliki kemampuan awal dengan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif siswa. Hal ini ditunjukkan dari hasil análisis variansi GLM diperoleh harga p-value prestasi


(4)

commit to user

belajar kognitif dan afektif berturut – turut adalah 0,361 dan 0,894 atau lebih besar dari 0,05 yang artinya menerima hipótesis nol.

7. Terdapat interaksi antara siswa yang diberi metode pembelajaran dengan menggunakan metode TGT-TTS maupun TGT-RI dengan kemampuan awal, dan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif. Hal ini ditunjukkan dari hasil analisis variansi GLM diperoleh harga p-value prestasi belajar kognitif dan afektif berturut – turut adalah 0,007 dan 0,020 atau lebih besar dari 0,05 yang artinya menerima hipotesis nol.

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan di atas, implikasi yang dapat peneliti sampaikan sebagai berikut :

1. Implikasi Teoritis.

a. Pembelajaran dengan metode TGT menggunakan permainan roda impian lebih baik dibandingkan dengan metode TGT menggunakan permainan teka – teki silang pada materi pokok hidrokrabon, sehingga pembelajaran kimia pada materi pokok hidrokrabon sebaiknya disajikan dengan metode TGT menggunakan permainan roda impian.

b. Pada pembelajaran materi pokok hidrokrabon perlu memperhatikan kemampuan awal siswa, karena siswa dengan kemampuan awal tinggi mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan siswa dengan kemampuan awal rendah. Sebagai langkah awal guru perlu adanya pengukuran terhadap kemampuan awal siswa yang tepat, sehingga guru dapat mengetahui tingkat kondisi siswa dan dapat meningkatkan kemampuan awal siswa. Upaya yang dapat ditempuh guru untuk meningkatkan kemampuan awal yakni dengan memberikan latihan-latihan


(5)

commit to user

soal sehingga dapat memantapkan penguasaan konsep-konsep kimia bagi siswa. c. Pada pembelajaran materi pokok hidrokrabon perlu memperhatikan motivasi belajar siswa, karena siswa dengan motivasi belajar tinggi mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan siswa dengan motivasi belajar siswa rendah dengan ini guru perlu mengukur tingkat motivasi belajar siswa, agar dapat diketahui seberapa besar kapasitas motivasi belajar siswa dalam dalam proses pembelajaran.

2. Implikasi Praktis

a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi pendidik dalam upaya peningkatan prestasi belajar yang dicapai siswa pada materi Hidrokarbon. b. Pengajaran dengan metode TGT dapat dijadikan suatu pertimbangan bagi guru

sebagai alternatif untuk menyampaikan materi pelajaran kepada siswa khususnya pada materi hidrokarbon.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dalam penelitian ini, maka penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut:

1. Dalam penggunaan metode pembelajaran TGT, hendaknya dilakukan dengan persiapan yang matang, sehingga pembelajaran dapat berjalan lacar sesuai dengan rencana.

2. Hendaknya guru menerapkan model TGT pada materi pokok lain yang sesuai supaya pembelajaran lebih bervariasi sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar dan melatih kreativitas siswa.

3. Saat pembagian kelompok, guru diharapkan memperhatikan perbedaan kemampuan awal siswa serta perbedaan jenis kelamin. Kelompok harus dibuat


(6)

commit to user

seheterogen mungkin agar terjadi interaksi siswa didalam kelompoknya.

4. Guru perlu memperhatikan kemampuan awal siswa. Langkah yang perlu dilakukan oleh guru yakni rutin memberikan latihan soal sehingga siswa akan lebih mudah memahami konsep-konsep kimia.

5. Guru perlu melakukan perbaikan tingkat motivasi belajar siswa. Upaya yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan motivasi belajar siswa yakni dengan menanamkan rasa percaya diri pada diri siswa, memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk melatih keberaniaannya dalam berpendapat, memberikan sebuah permasalahan yang harus diselesaikan siswa dengan caranya sendiri. 6. Untuk memperkuat penelitian ini, maka perlu diadakan penelitian lebih lanjut

mengenai penggunaan metode TGT menggunakan permainan teka – teki silang dan roda impian pada materi kimia lain yang bersifat informatif.