Pengujian Hipotesis HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

commit to user 116 atau nilai ini lebih besar dari 0,05, sehingga Ho diterima maka kesimpulannya adalah tidak ada perbedaan variansi pada sampel atau sampel memenuhi kriteria homogen. Selanjutnya uji homogenitas prestasi belajar ditinjau dari motivasi tinggi dan rendah ditunjukkan pada tabel 4.11 di bawah ini. Tabel 4.11. Hasil uji homogenitas prestasi belajar ditinjau dari metode, KA dan motivasi belajar F-test P-value Kognitif Afektif Kognitif Afektif 7,00 8,13 0,428 0,321 Pada uji homogenitas prestasi belajar ditinjau dari metode TGT-TTS dan TGT-RI, kemampuan awal, dan motivasi belajar dilakukan menggunakan uji Bartlett. Pada gambar 50 lampiran 51 nampak jelas bahwa DotPlot memperlihatkan sebaran prestasi belajar kognitif antara metode, kemampuan awal, dan motivasi belajar yang tidak berbeda jauh. Nilia p-value besarnya 0,428 atau nilai ini lebih besar dari 0,05, sehingga Ho diterima maka kesimpulannya adalah tidak ada perbedaan variansi pada sampel atau sampel memenuhi kriteria homogen. Begitu pula pada uji homogenitas prestasi afektif belajar ditinjau dari metode TGT-TTS dan TGT-RI, kemampuan awal, dan motivasi belajar dilakukan menggunakan uji Bartlett. Pada gambar 54 lampiran 51 nampak jelas bahwa DotPlot memperlihatkan sebaran prestasi belajar afektif antara metode, kemampuan awal, dan motivasi belajar yang tidak berbeda jauh. Nilia p-value besarnya 0,321 atau nilai ini lebih besar dari 0,05, sehingga Ho diterima maka kesimpulannya adalah tidak ada perbedaan variansi pada sampel atau sampel memenuhi kriteria homogen.

C. Pengujian Hipotesis

commit to user 117 1. Uji Anava Tiga Jalan Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini berupa nilai prestasi belajar dengan metode TGT-TTS dan TGT-RI yang ditinjau dari kemampuan awal, dan motivasi belajar siswa yang dianalisa dengan analisis variansi tiga jalan yaitu 2 x 2 x 2 dengan isi sel tidak sama, dengan bantuan software minitab 15 menggunakan GLM General Linier Model , dilanjutkan uji lanjut untuk H yang ditolak. Adapun hasil pengolahan data melalui bantuan software minitab 15 dapat di lihat pada tabel 4.12 berikut ini: Tabel 4.12. Rangkuman ANAVA Tiga Jalan Prestasi Kognitif No Terhadap Prestasi Kognitif P 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Metode Kemampuan Awal Motivasi Belajar MetodeKemampuan awal MetodeMotivasi Belajar Kemampuan AwalMotivasi Belajar MetodeKemampuan AwalMotivasi Belajar 0,026 0,007 0,000 0,731 0,740 0,361 0,007 Kesimpulan: 1. P-Value metode = 0,026 0,05, maka Ho ditolak berarti metode berpengaruh terhadap prestasi kognitif. 2. P-Value kemampuan awal = 0,007 0.05, maka Ho ditolak berarti kemampuan awal berpengaruh terhadap prestasi kognitif. 3. P-Value motivasi belajar = 0,000 0.05, maka Ho ditolak, berarti motivasi belajar berpengaruh terhadap prestasi kognitif. 4. P-Value interaksi metode dan kemampuan awal = 0,731 0.05, maka Ho commit to user 118 diterima berarti tidak terdapat interaksi metode dan kemampuan awal terhadap prestasi kognitif. 5. P-Value interaksi metode dan motivasi belajar = 0,740 0.05, maka Ho diterima berarti tidak terdapat interaksi metode dan motivasi belajar terhadap prestasi kognitif. 6. P-Value interaksi kemampuan awal dan motivasi belajar = 0,361 0.05, maka Ho diterima berarti tidak terdapat interaksi kemampuan awal dan motivasi belajar terhadap prestasi kognitif.

7. P-Value interaksi metode, kemampuan awal serta motivasi belajar = 0,007

0.05, maka Ho ditolak berarti terdapat interaksi antara metode, kemampuan awal serta motivasi belajar terhadap prestasi kognitif. Tabel 4.13. Rangkuman ANAVA Tiga Jalan Prestasi Afektif No Terhadap Prestasi Afektif P 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Metode Kemampuan Awal Motivasi Belajar MetodeKemampuan awal MetodeMotivasi Belajar Kemampuan AwalMotivasi Belajar MetodeKemampuan AwalMotivasi Belajar 0,010 0,359 0,529 0,970 0,069 0,894 0.020 Kesimpulan: 1. P- Value metode = 0,010 0,05, maka Ho ditolak berarti metode berpengaruh terhadap prestasi afektif. 2. P- Value kemampuan awal = 0,359 0.05, maka Ho diterima berarti kemampuan commit to user 119 awal tidak berpengaruh terhadap prestasi afektif. 3. P-Value motivasi belajar = 0,529 0.05, maka Ho diterima berarti motivasi belajar tidak berpengaruh terhadap afektif 4. P-Value interaksi metode dan kemampuan awal = 0,970 0.05, maka Ho diterima berarti tidak terdapat interaksi metode dan kemampuan awal terhadap prestasi afektif . 5. P-Value interaksi metode dan motivasi belajar = 0,069 0.05, maka Ho diterima berarti tidak terdapat interaksi metode dan motivasi belajar terhadap prestasi afektif. 6. P-Value interaksi kemampuan awal dan motivasi belajar = 0,894 0.05, maka Ho diterima berarti tidak terdapat interaksi kemampuan awal dan motivasi belajar terhadap prestasi afektif. 7. P-Value interaksi metode, kemampuan awal serta motivasi belajar = 0,020 0.05, maka Ho ditolak berarti terdapat interaksi antara metode, kemampuan awal dan motivasi belajar terhadap prestasi afektif. 2. Uji Lanjut Pasca Analisis Variansi Tiga Jalan Uji lanjut anava atau uji komparasi ganda diperlukan untuk mengetahui karakteristik pada variabel bebas dan variabel terikat. Dalam penelitian ini uji komparasi ganda dilakukan pada hipotesis pertama, kedua, ketiga, dan ketujuh karena keputusan H o ditolak. Pada hipotesis keempat, kelima dan keenam tidak diperlukan uji komparasi ganda, karena keputusan H o tidak ditolak atau diterima. Pada gambar 55 lampiran 52, Hasil uji lanjut pasca anava pengaruh metode terhadap prestasi belajar kognitif menunjukkan bahwa tidak ada yang melewati batas commit to user 120 garis merah, berarti metode berpengaruh tetapi tidak signifikan terhadap prestasi kognitif. Begitu pula pada gambar 59 lampiran 51, hasil uji lanjut anava menunjukkan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar dalam ranah afektif yang signifikan antara metode pembelajaran TGT-TTS dengan TGT-RI. Siswa yang diberi pembelajaran dengan metode TGT-RI prestasinya lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diberi metode pembelajaran TGT-TTS. Selanjutnya hasil uji lanjut anava kemampuan awal pada gambar 56 lampiran 52, menunjukkan bahwa tidak ada yang melewati batas garis merah, berarti metode berpengaruh tetapi tidak signifikan terhadap prestasi kognitif. Sedangkan pada gambar 57 pada lampiran 52, hasil Uji lanjut Anava menunjukkan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar yang signifikan antara siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan rendah. Siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi memperoleh prestasi belajar lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah. Berdasarkan gambar 58 pada lampiran 52, hasil uji lanjut anava Interaksi antara metode, kemampuan awal, dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar kognitif menunjukkan jika ditinjau dari metode dengan kemampuan awal yaitu siwa yang mendapatkan perlakuan dengan metode TGT-RI, untuk siswa yang kemampuan awalnya tinggi maka prestasi belajar kognitifnya juga tinggi dan siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah maka prestasi belajar kognitifnya juga rendah, sehingga dapat dikatakan bahwa siswa yang kemampuan awalnya tinggi mempunyai prestasi lebih baik dari siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah Sedangkan siswa yang mendapatkan perlakuan dengan metode TGT-TTS, untuk siswa yang kemampuan awalnya tinggi maka prestasi belajar kognitifnya juga tinggi dan siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah maka prestasi belajar commit to user 121 kognitifnya juga rendah. Pada garis – garis hubung mean memperlihatkan slop garis saling sejajar baik yang menggunakan metode TGT-TTS maupun TGT-RI namun untuk nilai meannya tetap tinggi yang menggunakan TGT-RI. Jika diperhatikan dari kemampuan awal arah garis juga juga sejajar sehingga tidak memberikan informasi terjadinya interaksi. Bila ditinjau dari metode dengan kemampuan awal yaitu siwa yang mendapatkan perlakuan dengan metode TGT-RI, untuk siswa yang motivasi belajar tinggi maka prestasi belajar kognitifnya juga tinggi dan siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah maka prestasi belajar kognitifnya juga rendah, sehingga dapat dikatakan bahwa siswa yang motivasi belajar tinggi mempunyai prestasi lebih baik dari siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah Sedangkan siswa yang mendapatkan perlakuan dengan metode TGT-TTS, untuk siswa yang motivasi belajar tinggi maka prestasi belajar kognitifnya juga tinggi dan siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah maka prestasi belajar kognitifnya juga rendah.Pada garis- garis hubung mean memperlihatkan slop garis saling sejajar baik yang menggunakan metode TGT-TTS maupun TGT-RI namun untuk nilai meannya tetap tinggi yang menggunakan TGT-RI. Jika diperhatikan dari motivasi belajar arah garis juga sejajar sehingga tidak memberikan informasi terjadinya interaksi. Dari gambar 58 lampiran 52 dapat dilihat antara kemampuan awal dengan motivsi yaitu siswa yang kemampuan awalnya tinggi dan motivasi belajarnya rendah memperoleh prestasi belajar rendah dan siswa yang kemampuan awalnya tinggi memiliki motivasi tinggi maka prestasi belajarnya tinggi, sedangkan siswa yang memiliki kemampuan awal rendah, motivasi tinggi dan prestasi belajarnya rendah commit to user 122 dan siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah dengan motivasi tinggi maka nilai kognitifnya tinggi. Jika diperhatikan melalui motivasi belajar garis – garis hubung mean memperlihatkan slop satu garis dengan lainnya jaraknya jauh dengan kemiringan yang besar, sehingga tidak terdapat interaksi yang signifikan antara metode, kemampuan awal, dan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar kognitif. Berdasarkan gambar 60 pada lampiran 52, hasil uji lanjut anava Interaksi antara metode,kemmapuan awal, dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar afektif menunjukkan bahwa Siswa yang mendapatkan perlakuan dengan metode TGT-RI, untuk siswa yang kemampuan awalnya tinggi maka mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dari siswa yang kemampuan awalnya rendah, sedangkan siswa yang mendapatkan metode TTS, untuk siswa yang kemampuan awalnya tinggi mempunyai prestasi belajar lebih baik dari siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah, karena metode TGT-RI dan TGT-TTS tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar jika ditinjau dari kemampuan awal maka tidak terjadi interksi. Siswa yang mendapatkan perlakuan dengan metode TGT - RI, untuk motivasi belajar mempunyai prestasi yang lebih tinggi dari pada siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi sedangkan siswa yang mendapatkan perlakuan dengan metode TGT-TTS untuk siswa yang motivasi belajarnya rendah mempunyai prestasi lebih rendah dibanding siswa yang meiliki motivasi belajar tinggi. Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa terjadi interaksi antara metode dengan motivasi belajar tetapi tidak signifikan. Berdasarkan gambar inraksi kemampuan awal dengan motivasi belajar dapat dilihat bahwa siswa yang memiliki kemampuan awal rendah motivasi belajar commit to user 123 tinggi prestasi belajarnya tinggi sedangkan siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi dengan motivasi belajar tinggi maka prestasi belajarnya tinggi. Untuk siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi dengan motivasi belajar rendah maka prestasi belajarnya rendah sedangkan siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi dengan motivasi belajar tinggi maka prestasi belajarnya rendah. Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa terjadi interaksi antara kemampuan awal dengan motivasi belajar tetapi tidak signifikan.

D. Pembahasan