Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

commit to user 123 tinggi prestasi belajarnya tinggi sedangkan siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi dengan motivasi belajar tinggi maka prestasi belajarnya tinggi. Untuk siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi dengan motivasi belajar rendah maka prestasi belajarnya rendah sedangkan siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi dengan motivasi belajar tinggi maka prestasi belajarnya rendah. Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa terjadi interaksi antara kemampuan awal dengan motivasi belajar tetapi tidak signifikan.

D. Pembahasan

Tujuan dari penelirtian ini adalah mengetahui ada atau tidaknya pengaruh penggunaan metode pembelajaran TGT menggunakan permainan teka- teki silang dan metode pembelajaran TGT menggunakan permainan roda impian terhadap prestasi belajar siswa, ada atau tidaknya pengaruh antara kemampuan awal kategori tinggi dan kemampuan awal kategori rendah terhadap prestasi belajar siswa, ada atau tidaknya pengaruh antara motivasi belajar siswa kategori tinggi dan motivasi belajar siswa kategori rendah terhadap prestasi belajar siswa, ada atau tidaknya interaksi penggunaan metode pembelajaran TGT menggunakan permainan teka- teki silang dengan metode pembelajaran TGT menggunakan permainan roda impian dan kemampuan awal terhadap prestasi belajar siswa, ada atau tidaknya interaksi penggunaan metode pembelajaran TGT menggunakan permainan teka – teki silang dengan metode pembelajaran TGT menggunakan permainan roda impian dan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa, ada atau tidaknya interaksi kemampuan awal dan motivasi belajar siswa, ada atau tidaknya interaksi penggunaan metode pembelajaran TGT menggunakan permainan teka – teki silang dengan metode pembelajaran TGT menggunakan permainan roda impian, commit to user 124 kemampuan awal dan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi hidrokarbon. 1. Hipotesis Pertama Berdasarkan tabel 14.12 hasil analisis variansi General Linier Model GLM diperoleh harga p-value 0,026 lebih kecil dari 0,05, ini berarti bahwa hipotesis nol ditolak atau hipotesis alternatif diterima, hal ini menunjukkan terdapat pengaruh metode TGT-TTS dan TGT-RI terhadap prestasi belajar kognitif. Hal ini sesuai dengan harapan peneliti, bahwa ada perbedaan prestasi belajar kognitif antara siswa yang diberi pembelajaran dengan metode TGT-TTS dan TGT-RI. Pada penelitian ini materi yang disampaikan adalah hidrokarbon dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif yaitu metode pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dan berinteraksi untuk menyelesaikan tugas akademik, sehingga tercipta peluang munculnya aktivitas yang berupa kerjasama secara umum. Metode TGT memberikan alur yang runtun dan jelas yaitu dapat mengembangkan kemampuan sosial, membiasakan siswa percaya diri, meningkatkan kompetensi secara sehat antar siswa dan memperhatikan perbedaan individu sehingga motivasi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Metode pembelajaran TGT menggunakan Roda Impian lebih baik dalam meningkatkan prestasi belajar aspek kognitif dan afektif pada materi pokok hidrokarbon. Hal ini disebabkan karena metode TGT menggunakan Roda Impian mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan metopde TGT menggunakan TTS diantaranya: a. Permainan Roda Impian mempunyai variasi soal yang lebih banyak sehingga commit to user 125 siswa terlatih mengerjakan tipe soal. Materi hidrokarbon termasuk materi dasar bagi ilmu kimia karena pada materi ini siswa dikenalkan dengan senyawa karbon dan golongannya sehingga jika siswa lebih banyak berlatih maka siswa akan lebih mudah menguasai materi. Sebaliknya pada metode TGT menggunakan teka – teki silang jumlah soal lebih terbatas sehingga siswa kurang terlatih mengerjakan soal. b. Dilihat dari jenis permainan Roda Impian dan Teka-Teki Silang, Roda Impian lebih menarik karena permainan ini belum banyak dimainkan oleh siswa sehingga termasuk permainan yang baru bagi siswa dan dapat menimbulkan motivasi dalam belajar. Adanya alat permainan yang lebih menarik dengan menggunakan media flash dapat memberikan semangat baru bagi siswa untuk belajar ditambah pula seolah-olah siswa sedang mengikuti suatu kuis berhadiah. Jika pada model TGT menggunakan Teka-Teki Silang siswa sudah terbiasa dengan permainan tersebut maka kebosanan kadang muncul pada diri siswa yang menimbulkan rasa tidak semangat untuk belajar. c. Permainan Roda Impian menuntut siswa untuk berpikir luas karena tidak terdapat bantuan jawaban sehingga siswa akan lebih aktif dan termotivasi dalam mengikuti permainan. Selain itu dapat menumbuhkan rasa percaya diri siswa dan dapat melatih keberanian untuk mengeluarkan pendapat. Berdasar keunggulan-keunggulan di atas, permainan Roda Impian dapat menambah motivasi belajar dan lebih mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran, karena permainan ini lebih banyak melatih pengetahuan dan keberanian berpendapat dengan jalan mengerjakan berbagai variasi soal. Dalam permainan ini jumlah soal lebih banyak dan dalam menjawab ada batasan waktu commit to user 126 sehingga siswa dilatih untuk berpikir cepat, tepat dan kreatif misalnya dengan menggunakan cara-cara tertentu dalam menghafal nama-nama senyawa hidrokarbon agar menghemat waktu. Sebaliknya pada metode TGT menggunakan Teka-Teki Silang, daya pikir siswa sudah terarah untuk mencari satu jawaban yang benar sehingga kurang terlatih untuk berpikir yang lebih luas karena jawaban mudah ditebak. Pada umumnya siswa cenderung pasif setelah selesai menjawab pertanyaan padahal masih banyak pengetahuan yang belum mereka ketahui. Kurangnya antusiasme siswa dalam bermain menyebabkan permainan serasa berjalan monoton, teka- teki silang juga dapat menyebabkan kecanduan. Berbeda dengan bermain Roda Impian suasana mendebarkan kadang-kadang terjadi saat siswa memutar dan menunggu berhentinya roda serta menerka-nerka pertanyaan apa yang keluar. Sehingga suasana pada kelas Roda Impian terasa lebih menantang. Dengan adanya suasana tersebut siswa dibawa ke perasaan bahwa mereka sedang bermain tetapi tanpa mereka sadari pengetahuan dan ilmu mereka bertambah karena permainan tersebut. Berdasar uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran TGT menggunakan Roda Impian lebih baik daripada metode pembelajaran TGT menggunakan Teka-Teki Silang pada materi pokok hidrokarbon terhadap prestasi belajar siswa baik prestasi belajar kognitif maupun afektif. 2. Hipotesis Kedua Berdasarkan hasil analisis variansi General Linier Model GLM diperoleh harga p-value sebesar 0,007 atau lebih kecil dari 0,05 berarti bahwa H hipotesis nol ditolak atau H a hipotesis alternatif diterima, hal ini menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara kemampuan awal tinggi dan rendah terhadap commit to user 127 prestasi belajar siswa. Hal ini sesuai dengan harapan peneliti, bahwa ada pengaruh kemampuan awal tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa. Kemampuan awal merupakan pengetahuan yang dimiliki siswa dari pengalaman belajarnya yang telah lalu sehingga mampu melanjutkan belajar berikutnya. Kemampuan awal merupakan prasyarat agar proses pembelajaran dapat berlangsung dengan lancar. Masing-masing siswa belum tentu memiliki kemampuan awal yang sama. Pada penelitian ini data kemampuan awal diambil melalui tes kemampuan awal. Materi tes yang diberikan adalah materi yang sudah pernah diterima siswa sebelumnya dan berhubungan dengan materi yang akan diajarkan. Dalam penelitian ini, materi tes kemampuan awal yang diberikan berupa ikatan kimia kelas X semester satu khususnya ikatan kovalen, karena dalam mempelajari materi pokok hidrokarbon banyak materi yang berhubungan dengan ikatan kovalen misalnya dalam pembahasan golongan senyawa hidrokarbon yaitu alkana, alkena, dan alkuna. Kemampuan awal siswa merupakan salah satu factor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Hal ini karena siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi dalam penguasaan terhadap materi yang dulu dipelajari sebagai dasar untuk mempelajari materi baru yaitu materi pokok hidrokarbon lebih mampu memahami konsep dan menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam hal ini mengerjakan soal-soal dan menjawab pertanyaan pada waktu permainan berlangsung dari pada siswa yang berkemampuan awal rendah. Sehingga siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi cenderung memiliki prestasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan siswa yang memiliki kemampuan awal rendah. Hal ini sesuai dengan harapan peneliti bahwa kemampuan awal akan berpengaruh terhadap commit to user 128 prestasi belajar materi hidrokarbon. Perbedaan prestasi belajar antara siswa yang berkemampuan awal tinggi dan rendah ini sangat signifikan, hal ini dipertegas dengan hasil uji lanjut, pada gambar terlihat siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi memiliki pengaruh paling kuat terhadap prestasi belajar. Hal ini dikarenakan pada materi hidrokarbon memerlukan tingkat pemahaman secara kognitif yang baik, serta beberapa konsep kimia yang lain seperti ikatan kimia, sehingga tidak hanya belajar bersifat menghafal, tetapi diperlukan kemampuan pemahaman yang tinggi. Hal inilah yang menyebabkan siswa yang memiliki kemmapuan awal tinggi memperoleh prestasi yang maksimal disbanding siswa yang memiliki kemampuan awal rendah. 3. Hipotesis Ketiga Berdasarkan hasil analisis variansi General Linier Model GLM diperoleh harga p-value sebesar 0,000 atau lebih kecil dari 0,05 berarti bahwa H hipotesis nol ditolak atau H a hipotesis alternatif diterima, hal ini menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara motivasi belajar siswa tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini sesuai dengan harapan peneliti, bahwa ada pengaruh motivasi tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa. Siswa yang mempunyai tingkat motivasi belajar tinggi cenderung memiliki rasa ingin tahu yang lebih, belajar dengan penuh percaya diri, bertanggungjawab terhadap tugas-tugas dan selalu berusaha memperoleh prestasi belajar yang lebih baik, merasa senang dalam belajar dan dalam menghadapi masalah memiliki banyak alternatif pemecahan. Keyakinan dan keingintahuan yang kuat terhadap pengetahuan baru merupakan modal dasar bagi siswa dalam meraih prestasi belajar yang lebih baik. Untuk siswa yang memiliki motivasi belajar rendah cenderung bersikap pasif, commit to user 129 tidak mau belajar dengan giat, bergantung pada orang lain, menerima apa adanya dari guru, mudah menyerah pada kondisi, tidak mempunyai keinginan yang kuat untuk memperoleh prestasi belajar yang lebih baik. Motivasi belajar merupakan bagian dari karakteristik dan kepribadian siswa. Mengingat motivasi belajar berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa secara signifikan, maka dalam proses pembelajaran guru perlu menyesuaikan unsur- unsur pembelajaran dengan karakteristik dan kepribadian siswa. Kecakapan dan keterampilan guru dalam mengelola unsur-unsur pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan, kepribadian siswa dan tujuan pembelajaran akan meningkatkan motivasi belajar siswa dan memberikan hasil yang maksimal pada siswa. Berdasarkan tabel 4.13 hasil analisis variansi General Linier Model GLM diperoleh p-value sebesar 0,529 atau di atas 0,05, ini berarti menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar afektif. Dapat disimpulkan prestasi afektif siswa tidak dipengaruhi oleh motivasi belajar siswa baik tinggi maupun rendah. 4. Hipotesis Keempat Berdasarkan hasil analisis variansi General Linier Model GLM diperoleh harga p-value sebesar 0,731 atau lebih besar dari 0,05 berarti bahwa H hipotesis nol diterima atau H 1 ditolak, hal ini menunjukkan tidak ada interaksi antara metode TGT-TTS dan TGT-RI dengan kemampuan awal. Siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi berarti siswa itu mempunyai kemampuan untuk menguasai konsep-konsep hidrokarbon dan mempunyai kemampuan untuk menarik kesimpulan dengan baik dari hasil diskusi dengan kelompoknya masing - masing, sedangkan siswa yang memiliki kemampuan awal commit to user 130 rendah kurang mampu menguasai konsep-konsep materi hidrokarbon dan kurang mampu dalam menarik kesimpulan yang diambil dari hasil diskusi dengan kelompoknya masing – masing. Sehingga siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi maupun rendah tidak tergantung dengan metode pembelajaran. Maka tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar materi hidrkarbon. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi dan diberikan pembelajaran menggunakan metode TGT-RI memperoleh prestasi belajar lebih tinggi dibanding dengan siswa yang memiliki kemampuan awal rendah. Dengan kata lain tidak ada interaksi antara metode pembelajaran TGT –TTS dan TGT-RI dengan kemampuan awal siswa. Berdasarkan tabel 4.13 hasil analisis variansi General Linier Model GLM diperoleh p-value sebesar 0,970 lebih besar dari 0,05. ini berarti menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara metode TGT-TTS dan TGT-RI dengan kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar afektif siswa. 5. Hipotesis Kelima Berdasarkan hasil analisis variansi General Linier Model GLM diperoleh harga p-value sebesar 0,740 atau lebih besar dari 0,05 berarti bahwa H hipotesis nol diterima atau H a hipotesis alternatif ditolak, ini menunjukkan tidak ada interaksi antara metode pembelajaran TGT-TTS dan TGT-RI dengan motivasi belajar siswa, hal ini belum sesuai dengan harapan peneliti bahwa tidak ada interaksi antara metode pembelajaran TGT-TTS dan TGT-RI dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa. Berdasarkan hipotesis pertama, metode pembelajaran TGT – RI lebih baik daripada metode pembelajaran TGT-TTS, baik terhadap prestasi belajar kognitif commit to user 131 maupun afektif. Sedangkan pada hipotesis ketiga motivasi belajar siswa sangat dibutuhkan oleh siswa dalam meningkatkan prestasi belajar kognitif pada proses pembelajaran dengan metode TGT–TTS maupun TGT-RI, semakin tinggi motivasi belajar siswa, maka akan semakin tinggi pula prestasi belajar kognitif siswa. Sehingga apapun metode pembelajaran yang diterapkan, baik metode TGT-TTS atau metode TGT-RI, siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan memiliki prestasi belajar kimia yang lebih baik daripada siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi interaksi antara metode pembelajaran dengan motivasi belajar. Hal ini dimungkinkan karena banyak faktor yang dapat mempengaruhi proses pencapaian prestasi belajar baik dalam maupun luar dari diri siswa diluar faktor metode pembelajaran dan motivasi belajar siswa yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: saat mengisi angket siswa dalam menigisi jawaban tidak sungguh- sungguh dari dalam diri siswa sehingga jawaban tidak sesuai dengan dengan apa yang ada pada diri siswa tersebut, siswa belajar hanya bertujuan untuk naik kelas bukan menuntut ilmu pengetahuan, siswa kurang antusias dalam mengikuti permainan pada proses pembelajaran, serta masih banyak keterbatasan dalam penelitian ini sehingga peneliti tidak dapat 4.13 hasil analisis variansi General Linier Model GLM diperoleh p-value sebesar 0,069 lebih besar dari 0,05. ini berarti menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara metode TGT- TTS dan TGT-RI dengan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar afektif siswa. 6. Hipotesis Keenam Berdasarkan hasil analisis variansi General Liniar Model GLM diperoleh harga p-value sebesar 0,361 atau lebih besar dari 0,05 berarti bahwa H hipotesis commit to user 132 nol diterima atau H a hipotesis alternatif ditolak, ini menunjukkan tidak ada interaksi antara kemampuan awal dengan motivasi belajar siswa. Hal ini dapat dijelaskan, siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi dan memperoleh prestasi belajar yang tinggi belum tentu memiliki motivasi belajar yang tinggi, Begitu pula sebaliknya. Sehingga dapat ditarik kesimpulan tidak ada interaksi antara kemampuan awal dengan motivasi belajar siswa. Tidak adanya interaksi antara kemampuan awal dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar dapat dijelaskan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran, kenyataan yang terjadi di lapangan untuk mendapatkan pengetahuan dalam sains antara lain: kurang menghargai pendapat orang lain, siswa belum begitu menguasai konsep awal, siswa belum mempunyai motivasi untuk belajar lebih giat. Perlu dipahami bahwa motivasi belajar merupakan daya dorong yang menjadikan siswa melakukan kegiatan belajar. Adanya motivasi yang tinggi dapat mempengaruhi seseorang belajar dengan baik sehingga akan dapat menghasilkan prestasi yang tinggi. Sebaliknya motivasi belajar yang rendah kurang atau tidak dapat mendorong siswa melakukan kegiatan belajar dengan baik sehingga siswa yang memiliki motivasi belajar yang rendah tidak dapat mencapai hasil belajar dengan baik. Berdasarkan tabel 4.13 hasil analisis variansi General Linier Model GLM diperoleh p-value sebesar 0,894 lebih besar dari 0,05, ini berarti menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara kemampuan awal dengan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar afektif siswa. 7. Hipotesis Ketujuh Berdasarkan hasil analisis variansi General Linier Model GLM diperoleh harga p-value sebesar 0,007 atau lebih kecil dari 0,05 berarti bahwa H hipotesis commit to user 133 nol ditolak atau H 1 hipotesis alternatif diterima, ini menunjukkan ada interaksi antara metode pembelajaran TGT-TTS dan TGT-RI dengan kemampuan awal, motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dijelaskan bahwa siswa yang mempunyai kemampuan awal baik itu tinggi maupun rendah, dan motivasi tinggi maupun rendah bila diajar menggunakan metode TGT-TTS dan TGT-RI akan tinggi pula prestasi kognitifnya. Telah dijelaskan pada uraian sebelumnya, bahwa metode TGT-TTS dan TGT-RI masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan terhadap prestasi belajar siswa. Dalam hal kognitif, metode TGT- RI lebih unggul dibandingkan dengan metode TGT- TTS. Hasil analisis interaksi antara metode, kemampuan awal, dan motivasi belajar siswa semakin menunjukkan bahwa keberhasilan suatu pembelajaran dipengaruhi oleh banyak faktor. Berbagai faktor tersebut dapat berasal dari guru, peserta didik, lingkungan maupun media pembelajaran dan banyak faktor lainnya. Perlu diketahui bahwa dalam pembelajaran pada materi tertentu memerlukan faktor – faktor tertentu yang dapat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran. Karena itu guru harus dapat memahami setiap materi pelajaran yang hendak disampaikan kepada siswa dan juga guru harus memperhatikan kondisi siswa serta kesediaan sarana dan prasarana belajar. Sebagaimana telah dijelaskan diatas bahwa interaksi antara faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar dapat dikatakan interaksi yang saling mengisi satu sama lainnya. Melemahnya satu faktor dapat diisi oleh faktor yang lain yang lebih baik, hal ini berlangsung secara berkesinambungan sehingga berbagai faktor tersebut akan mempengaruhi keberhasilan pembelajaran sehingga terjadi interaksi yang positif dari beberapa faktor sehingga keberhasilan belajar dapat tercapai. Berdasarkan tabel 4.13 hasil analisis variansi General Linier Model GLM commit to user 134 dieroleh harga p-value sebesar 0,020 atau lebih kecil dari 0,05, ini menunjukkan ada interaksi antara metode TGT-TTS dan TGT-RI , kemampuan awal dan motivasi siswa terhadap prestasi belajar afektif siswa. Dalam hal afektif metode TGT-RI juga lebih unggul dibandingkan metode TGT-TTS. Namun perbdaan ini sangat signifikan. Hal ini dapat dilihat nilai rata- rata afektif yang diberi pembelajaran menggunakan metode TGT-RI yaitu 101,33 sedangkan nilai rata- rata metode TGT- TTS yaitu 97,163. Metode TGT-TTS dan TGT-RI memberikan respon yang baik kepada siswa dalam bekerjasama, berkomunikasi sehingga membuat siswa tertarik dalam materi pokok Hidrokarbon.

E. Keterbatasan Penelitian