83
4.1.6.3 Uji Koefisien Determinasi R
2
Berdasarkan Tabel 4.10, Nilai R-squared pada pengaruh variabel independen terhadap variabel intervening sebesar 79.80 artinya variabel
indeks harga saham gabungan sebagai variabel intervening dapat dijelaskan oleh kelima variabel independen, yakni inflasi, nilai tukar, suku bunga BI,
indeks Eido dan Indeks Nikkei 225 sedangkan sisanya sebesar 20.20 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Nilai R-squared pada pengaruh variabel indeks harga saham gabungan sebagai variabel intervening terhadap tingkat pengembalian
reksadana berdasarkan Tabel 4.11 sebesar 78.71 artinya variabel tingkat pengembalian reksadana dapat dijelaskan secara erat oleh variabel indeks
harga saham gabungan sedangkan sisanya sebesar 21.29 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengaruh Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan IHSG
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa inflasi secara parsial, memiliki pengaruh positif meskipun tidak signifikan terhadap indeks harga saham
gabungan. Inflasi berpengaruh tidak signifikan karena berdasarkan tingkat signifikansi 0.1683 yang lebih besar dari 0.05 dan t
hitung
sebesar 1.380381 lebih kecil dari t
tabel
sebesar 1.966688. Inflasi adalah kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus. Seperti
inflasi dibulan Agustus 2013 paling tinggi dibandingkan bulan-bulan sebelumnya, hal ini terjadi karena harga BBM bersubsidi mengalami kenaikan di bulan Juni
Universitas Sumatera Utara
84
hingga Agustus 2013 serta terjadi gejolak harga pangan tetapi indeks harga saham gabungan mengalami kenaikan. Hal ini tidak sejalan dengan pendapat Tandelilin
2001:214, kenaikan inflasi memberikan dampak negatif bagi investor, pada saat inflasi mengalami kenaikan maka harga produksi akan mengalami kenaikan
sehingga biaya operasional menjadi meningkat dan menyebabkan menurunnya laba perusahaan sehingga pembagian dividen akan mengalami penurunan sehingga
berimbas kepada harga saham tersebut. Ketidaksesuaian dari teori dengan penelitian ini bisa saja disebabkan karena
sektor yang terdapat didalam IHSG, seperti sektor manufaktur. Kenaikan inflasi dapat menyebabkan kenaikan pada bahan baku sehingga perusahaan akan menaikan
harganya tetapi masyarakat tetap membeli produk produk dalam memenuhi kebutuhannya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Maurina 2015
menyatakan bahwa inflasi berpengaruh positif terhadap indeks harga saham gabungan, artinya inflasi mengalami kenaikan sebesar 1 poin maka indeks harga
saham gabungan juga mengalami kenaikan sebesar 0.114114. Sedangkan, hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Wibowo 2016, Laila 2014 dan Astuti
2013 menyatakan bahwa inflasi berpengaruh negatif terhadap indeks harga saham gabungan.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa inflasi memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap indeks harga saham gabungan. Hal ini terjadi karena
selama periode penelitian, inflasi masih berada dibawah 10 dan investor masih optimis untuk melakukan investasi. Sehingga inflasi tidak bisa dijadikan sebagai
Universitas Sumatera Utara
85
patokan untuk melihat perubahan indeks harga saham gabungan oleh para investor karena investor tetap mempertahankan saham yang dimilikinya.
4.2.2 Pengaruh Nilai Tukar terhadap Indeks Harga Saham Gabungan IHSG